5. Insiden Bekal

169 36 8
                                    

Author POV

Rujin sudah berteriak teriak memanggil nama Juna yang mana orangnya lagi duduk anteng sambil menyumpal telinga dengan earphones di dalam kelas.

Cowok berkulit sawo matang itu masih dengan heboh berjalan menuju bangku Juna, yang juga bangku dia sendiri.

"Woi, berisik," protes Jino yang lagi nyalin tugas di bangku depan Rujin. Rujin tak peduli, dan menggoncang tubuh Juna pelan.

Juna jadi melepas earphones dan fokus pada Rujin yang terlihat heboh itu.

"Paan?"

Rujin justru mendengus sambil bersedekap. Juna yang tahu jiwa tidak normal Rujin banya kembali tak peduli dan bersiap ingin menyumpal telinga lagi. Tapi, Rujin buru-buru mengeluarkan sebuah tupperware warna ungu dari dalam tasnya. Juna mengernyit. Lah, Rujin bawa bekal?

"Dari Yuna. Buat lo," kata Rujin sambil menaruh kotak bekal itu ke hadapan Juna.

"Dih. Buat lo aja," balasnya cuek. Sambil sedikit menggeser bekal itu ke Rujin.

Rujin berkacak pinggang dengan kesal.

"Udah lo ambil aja. Makan tuh sekali kali. Kasihan tadi dia masang tampang melas, jadi gue nggak tega nolak," kata Rujin lagi.

Juna melirik kotak bekal itu sekilas, kemudian mendengus dan kembali memakai earphone, membiarkan kotak itu terlantar sementara.

Rujin sendiri sudah heboh ikut Jino yang lagi menyalin tugas di bangku.

Juna mendengus.

.
.

Yuna's pov

Gue bingung aja, kenapa hampir tiap hari hujan. Dan begonya, gue selalu lupa bawa payung. Bahkan kepikiran aja enggak. Lalu kalau sudah begini, gue cuma bisa mencak-mencak nyalahin Yaya yang udah pulang sejak tadi.

Kenapa nggak pulang bareng Yaya?

Gue masih harus download drama Korea.

Sori. Tapi itu emang kebiasaan gue. Mumpung sekalian gue lagi bawa laptop.

Gue mendengus sambil natap hujan dengan bosan. Gue juga malas kalau harus hujan-hujanan lagi.

"Mulai besok nggak usah ngasih gue bekal lagi," seseorang membuyarkan lamunan gue. Gue tersentak kaget mendengar suara yang familiar itu.

Gue noleh. Mata gue melotot kaget, tau-tau udah ada Juna di samping gue, ngulurin tangan ngasih kotak bekal yang tadi pagi gue kasih ke dia lewat Rujin tentunya.

Gue ngerjap, masih hilang fokus.

"Nih."

Gue ngerjap lagi. Pengen salto rasanya ketika tangannya raih tangan gue, dan bergantian naruh kotak bekal itu ke atas tangan.

Dia mendengus, kemudian ingin berniat pergi.

"Tapi lo tiap hari makan pop mie mulu, Jun."

Dia noleh dengan ekspresi biasanya.

"Bukan urusan elo."

Singkat. Padat. Nyesek juga.

Tapi gue malah nyengir menyahutinya. Mungkin dia heran aja, kenapa gue nyengir pas dia lagi datar begitu. Gue nggak peduli.

Balik ke realita.

Dia udah melangkah pergi gitu aja tanpa pamit ke gue. Gue sedikit tersentak ketika dia sudah mulai ngejauh.

Gue bingung, kenapa gue ikut lari ngejar dia?

Yang jelas.

"Arjuna!"

Bukan Panah ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang