23. Arjuna's POV : Popmie's Story

147 30 21
                                    

3. Popmie's Story

-

"Nggak, gue lagi mager ngejar bola," kata gue sewot ketika Rujin dan Jino ngajakin gue main futsal tanding bareng kelas 11 IPS 3. Sejak pagi emang gue udah mager banget. Bahkan kalau hari ini nggak ada ulangan Bahasa Inggris, gue udah rencana nggak masuk. Tapi apalah daya, papa bangunin gue dan nyuruh gue berangkat sekolah.

Enggak, sebenarnya ada alasan lain yang buat gue makin nggak minat ngapa-ngapain. Soal mama. Bukan soal Yuna yang gue blok kemarin. Ya awalnya gue mau batalin blok gue, tapi gengsi dan gue biarin untuk sementara ini.

Gue berjalan keluar kelas dan menuju kantin dengan masih kesal mengingat pesan mama semalam.

Mama : rencananya mama mau bulan madu ke bali. Mau meet up?

Gue menghela nafas kasar dan tetap melanjutkan langkah menuju kantin. Oke, mumpung hari agak mendung dan berangin, gue mau makan popmie saja. Gue segera membeli popmie dan berjalan menuju meja kantin untuk memakan popmie gue sebelum dingin sambil sesekali memlihati hape, mengamati snapgram teman-teman kelaa yang lagi heboh ngeroyok Riyan, si ketua kelas yang hobi ngebadut di kelas.

Hape gue getar lagi, pesan dari mama lagi.

Gue mendengus dan dengan malas membuka pesan tersebut.

Mama : mama pengen ketemu sama kamu jun. Plis, sekali aja. Habis itu mama bakal pergi jauh dari kamu dan papa kamu

Gue membanting hape ke meja, dan mememilih tak membalas pesan mama. Kembali meneyeruput mie dengan khusyuk. Dan popmie gue selesai dalam kurun waktu lima menit. Gue segera meminum minuman kaleng yang tadi gue beli sekali tenggak, dan berakhir dengan meremas kaleng tersebut sampai mengkerut.

Sial. Bayangan soal mama kembali muncul.

Gue mencoba duduk santai sambil menyandarkan tubuh ke dinding. Iya, gue hobi ngambil tempat di kantin yang bisa buat nyender.

Perlahan gue memejamkan mata menikmati hembusan angin, yang sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.

"Tok, tok, tok" suara ketukan di meja depan gue membuat gue mendengus dalam hati. Bersiap ingin mengumapt kalau itu Rujin ataupun Jino.

Gue membuka mata pelan. Refleks, gue hampir termundur saking kagetnya dengan kaehadiran Yuna. Cewek itu bahkan sudah menarih sebotol yakult di meja depan gue.

Yakult ya? Gue mendegus pelan.

"Ngapain lo?"

Enggak, ini gue nggak jual mahal. Gue emang lagi nanya. Tapi kayaknya nada gue salah deh. Mungkin efek pesan mama barusan.

"Gue mau ngasih lo yakult. Gue beli banyak," katanya. Gue menatap botol yakult dan Yuna secara bergantian. Yuna terlihat diam ngamati gue.

"Gue temen sebangku Yaya."

Gue berekspresi datar, bingung maksud kedatangan cewek ini. Tiba-tiba datang, ngasih yakult dan ngomong begitu? Tunggu, gue harus cool.

"Terus urusannya sama gue apa?"

Gue bisa melihat dia sedikit termundur saking kagetnya dengan ketusan gue. Gue bahkan kaget juga dengan nada bicara gue yang meninggi. Gue jadi menghela nafas lelah, beranjak ingin pergi sebelum kalimat pedas gue keluar, mengingat temperamen gue itu buruk. Apalagi keterjang soal mama yang bakal bulan madu ke Bali.

Gue pergi ninggalin Yuna gitu aja tanpa berniat mengambil yakult pemberiannya. Bahkan gue juga bisa mendengar kasak-kusuk meremehkan Yuna karena nggak gue anggap. Gue jadi menghela nafas menyesal tapi tetap lanjut pergi.

Bukan Panah ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang