28. Arjuna's POV : Agen Rahasia

168 28 10
                                    

8. Agen Rahasia

-

Satu hal yang gue tau, Yuna beneran sudah jauh mengira kalau gue ada apa-apa sama Arin. Padahal gue sama Arin di kelas udah kayak hidden rival. Bahkan si bego Yaya juga ngira gue pacaran sama Arin sampai ngehasut Yuna neko-neko. Dan karena hal itulah akhir-akhir ini dia menghindar karena kesalahpahaman tersebut. Iya sih, karena emang belum gue jelasin semuanya. Nunggu waktu yang tepat saja.

"Hah, seriusan lo?" Arin terpekik kaget setelah gue ceritain detailnya soal Yaya dan Yuna yang nganggap gue pacaran sama dia.

"Lah, gue kan suka sama Karrel, bukan sama elo," katanya menyangkal. Tak terima.

"Ya makanya. Ini tuh bermula dari elo pura-pura narik tangan gue masuk mobil. Bahkan si Rujin dan Yaya juga tau hal itu. Nggak tau mereka dapat info dari siapa," jelas gue sambil bersedekap. Kali ini kami berdua sedang duduk dibangku kelas paling belakang.

"LAH ELO NGGAK PACARAN SAMA ARIN?"

Sialan gue baru sadar kalau ada Rujin yang lagi tiduran di lantai. Cowok itu jadi berdiri dan langsung heboh menghadap gue dan Arin. Jino yang tadinya sibuk ngegame, mendengar seruan Rujin jadi kepo dan bergerak mendekat. Arin terlihat garuk-garuk kepala bingung. Gue mengumpat dalam hati saja. Mungkin emang harusnya gue bilang aja pada tuh duo biar nggak heboh kalau akhirnya kebongkar. Lihat, sekarang pandangan teman sekelas jadi fokus ke gue. Dan gue nggak suka perhatian itu.

Gue menghela nafas berat, memandang Jino dan Rujin kesal. Males nyeritain, tapi harus nyeritain. Beuh.


"Ya Allah, ternyata selama ini gue salah paham sama hubungan kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya Allah, ternyata selama ini gue salah paham sama hubungan kalian. Omaigat," kata Rujin heboh sambil gebrak-gebrak meja setelah Arin menceritakan detailnya. Gue bersedekap sambil memejamkan mata, mencoba pura-pura nggak peduli.

"Terus kenapa elo nempel mulu ke Juna?" tunjuk Rujin pada Arin sok menuding.

"Karena Karrel," jawaban santai gue buat Arin melotot tajam kearah gue. Gue santai dan lanjut melakukan semedi.

"Hah! Ya, ya, ya harusnya gue sadar seperti apa hubungn kalian. Tapi sumpah gue salah paham sejauh ini dan udah bikin Yuna makin salah paham karena terusan bilang kalau Arin ngejar Juna."

"Lah, elo mah nggak mikir dulu kalau ngomong," amuk gue sambil menonyor wajah Rujin. Dia mendengus, kembali memandang gue dan Arin bergantian. Jino sejak tadi masih diam mengamati. Dia juga kelihatan lagi mikirin sesuatu. Jangan bilang dia suka sama Yuna?

"Rin, jadi Karrel itu udah jelas suka sama elo tapi belum nembak?"

Nah, Jino malah ngurusin kisah asmara Arinda. Arin justru mengangguk layu, sok cemberut yang dibuat-buat buat gue dan Rujin decak malas secara bersamaan.

"Nah, gue ada ide!"

"Paan?"

"Ini bakal jadi sekali dayung, dua, tiga pulau terlampaui," kata Jino semangat.

Bukan Panah ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang