.
.
.Gue heran aja, kenapa sekarang gue kok jadi manja gini. Biasanya gue hujan-hujanan juga nggak bakal meriang kayak gini. Hidung gue mampet, mata gue panas ditambah kepala gue pusing benget.
"Kamu sih. Udah Mama bilangin suruh mandi, eh nggak mandi, malah langsung tidur. Kalau sakit gini siapa yang susah," omel mama sambil meletakkan air jahe anget ke hadapan gue.
"Mama telepon wali kelas kamu aja ya. Nggak usah masuk hari ini," katanya sambil beranjak.
"Yuna masuk aja, Ma. Hari ini ada kuis matematika. Yuna nggak mau kehilangan kesempatan," kata gue.
Mama melotot, "Jangan keras kepala."
"Ma," rengek gue sambil memasang wajah melas. Berharap mama iyain permintaan gue untuk tetap pergi ke sekolah.
"Kamu lagi sakit, Yuna," kata mama sambil bersedekap mandang gue yang lagi menggaruk hidung.
"Nggak masalah, Ma. Mama kan tau kalau anak Mama ini kuat kayak macan biskuat," mama memutar bola mata setelah gue berbicara begitu.
"Yaudah. Mama antarin. Entar Mama jemput," katanya sambil melenggang pergi, untuk bersiap.
Gue segera meraih seragam dan berdandan seperlunya.
.
."Telepon Mama kalau kamu pengen pulang. Mama bakal jemput kamu. Mama cuma arisan di rumah," kata mama sambil mandang gue dari mobil, dengan menurunkan kaca mobil.
"Iya, Ma. Yuna strong woman lah," jawab gue sambil bersedekap sok kuat. Padahal kepala gue pusing banget. Ya inilah Ayuna, si nekat yang berkepala batu.
Mama mengngguk, dan segera menancap gas pulang.
Lega sih punya mama yang cerewet gitu. Jadi makin nggak miris inget soal Arjuna.
Arjuna? Dih, masih ae lo Na mikirin tuh cowok. Belum tentu juga tuh cowok mikirin elo.
Gue segera melangkah memasuki gerbang.
"Yayakuh!" pas bener deh. Ada Yaya yang barusan melangkah dari arah parkiran. Gue juga bisa lihat ada Rujin yang udah pamit dulu ke Yaya untuk gabung dengan teman-temannya. Cewek itu menoleh ke gue. Lalu tersenyum sambil melambaikan tangan.
Gue tambah pusing ketika gue sedikit berlari menuju ke Yaya.
"Ya, hari ini lo harus jagain gue," kata gue sambil merangkul lengan cewek itu.
"Dih, ngapain gue harus jagain elo," elaknya sambil menoleh ke gue dengan nada jijik yang dibuat-buat.
"Njir, gue sakit ini. Pusing gue," kata gue ke Yaya. Cewek itu menyipit mengamati gue.
"Dih, iya. Badan lo panas. Lo kok masuk sekolah sih?"
Gue makin pusing aja ketika Yaya nyerocos terus.
"Gue kan strong woman," jawab gue sekenanya sambil mencoba tetap membuka mata. Nggak, gue nggak boleh pingsan. Gue strong.
"Lah, emang lo Do Bongsoon?" Ejeknya.
Sial, tubuh gue lemes. Mata gue ngerjap terus sambil mendengar celetehan Yaya yang sudah nggak bisa gue dengar dengan jelas.
Udah, abis itu gue nggak ingat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Panah Arjuna
Teen Fiction[Completed] Ayuna suka yakult, tapi Arjuna nggak suka yakult. Ayuna suka Arjuna, apa Arjuna juga suka Ayuna? BUKAN PANAH ARJUNA Copyright©2018, inesby All Rights Reserved | 24 November 2018 Plagiarism not allowed.