21. Arjuna's POV : Bertemu Ayuna

200 32 18
                                    

^^Selamat membaca dari sudut pandang Arjuna^^

.
.

.

1. Bertemu Ayuna

-

"Oi, kantin kuy," Rujin menepuk bahu gue buat gue sedikit tersentak dan menoleh pada cowok bergigi gingsul tersebut. Di sampingnya sudah ada Jino yang nyengir.

"Elo yang traktir?"

Rujin mengumpat kecil. Gue melengos saja, dan memilih berdiri. Segera berjalan menuju kantin. Dua cowok itu akhirnya menyejajarkan langkah, ngiringi gue. Gue udah ngerasa jadi center-nya.

Oke, kenalan dulu. Gue Arjuna Leonardo. Biar main akrab, panggil aja Juna atau Ajun. Terserah. Tapi telinga gue lebih nyantol kalau di panggil Juna. Ada embel-embel "tampan" juga nggak masalah.

Oke, ini apa?

Back to reality.

Sebenarnya gue bisa dibilang alim. Nggak, bukan alim dalam artian rajin ibadah dan hobi ngaji di masjid tiap sore. Arti alim yang gue maksud itu gue nggak neko-neko dan nggak suka hal yang ribet. Gue suka main futsal bareng Jino dan Rujin. Kadang di sekolah, atau di Blessing (tempat futsal di dekat kompleks perumahan gue). Gue dirumah tinggal sama papa gue sejak setahun terakhir. Soal mama gue, entar gue jelasinnya.

Semua teman sekolah hanya mengenal gue sebagai Arjuna Leonardo. Gue bukan tipe badboy yang sengak ataupun cassanova yang jadi idola banyak cewek di sekolah. Gue hanya Arjuna. Yang kalau ada yang di pandang, nggak ada yaudah. Nggak ngefek. Tapi jangan salah kira. Meskipun begitu, setidaknya masih ada dua atau tiga cewek yang mau nyapa gue. Ya walau akhirnya gue cuekin. Ya karena gue nggak kenal. Masa iya SKSD(sok kenal sok dekat).

"Jun, elo mau minum apa?"

Gue terperanjat. Baru sadar kalau kami bertiga udah sampai di kantin. Rujin dan Jino udah sibuk pesan minum.

"Es teh aja," jawab gue pasrah.

Rujin mengangguk dan segera mengurus pesenan gue.

Dia Rujin. Teman laknat gue sejak kecil. Meskipun dia tipe orang kalau dipandang ngenekin kalau nggak di pandang ngangenin, gue tetap saja menganggap dia sahabat yang paling pengertian. Dan, dialah satu-satunya yang punya pacar di geng gue. Soraya atau Yaya namanya. Teman masa kecil kami bertiga dan juga saudara sepupu Jino. Rujin juga tipe manusia yang hobi di nistain oleh siapapun. Selera humornya yang ajaib buat dia jadi badut andalan di kelas. Kadang bareng Jino. Kalau gue mau, gue juga bisa gabung. Tapi sayang, lagi-lagi Arjuna ini mageran dan milih nopang dagu mandang mereka. Atau nggak, gue tidur nggak peduliin mereka mau ngapain.

"Hai, Rasya!"

Kampret. Gue mengumpat.

Dia Jino. Buaya kelas unlimited. Tipe cowok yang hobi ngoleksi cewek. Hapenya udah berasa kayak asrama cewek. Pernah suatu kali gue nggak sengaja nengok chat dia sama cewek kelas 11 IPS 2, entah siapa namanya. Waktu itu pop-up whatsapp nya kelihatan, dan nggak sengaja gue baca. Isi chat itulah yang bikin gue ngakak sampai guling-guling di ambal bulu rumah gue.

Dan, lo tau apa isinya?

"Nggak usah panggil sayang. Gue aja nggak kenal sama elo."

Sarkas.

Sejak saat itu gue yakin banyak banget cewek yang udah dia modusin. Meskipun dia banyak koleksi cewek, belum tuh gue denger dia serius pacaran. Bahkan di kelas dia dapat julukan "pengoleksi cewek yang jomblo". Tapi Jino tetaplah Jino yang hanya manusia biasa. Gue tau bener kalau dia itu udah gede, bisa naik motor bahkan mungkin bisa juga balapan sama geng motor. Tapi, hobi dia tuh nebeng gue tiap pergi ke sekolah. Nggak, bahkan kalau mau tanding futsal dengan anak kelas lain, dia pasti ujung-ujungnya nebeng ke gue. Padahal gue jelas tau dia di beliin mamanya motor. Katanya biar motor gue nggak solo. Nggak kok, kan gue duet bareng bayangan gue.

Bukan Panah ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang