Gue mandang Juna dan Yaya yang lagi ngobrol di ruang tunggu UKS. Dua manusia itu seakan lupa kalau ada gue di sini. Iyasih, gue dari tadi diam mulu. Gue juga nggak tau harus ngomong apa. Apalagi keduanya malah asyik ngobrol seru.
Gue berdehem, mencoba menarik perhatian. Karena sejak tadi gue di kacangin.
"Udah, Na bengongnya?"
Lah. Kan kalian woi yang ngacangin gue. Njir!
Gue hanya nerutuki diri sendiri dalam hati. Jadi mereka ngiranya gue yang bengong. Emang sejak tadi gue bengong kayak orang bego. Tapi mereka secara nggak langsung udah ngacangin gue juga.
"Tau ah, gue mau tidur aja. Kalian balik ke kelas aja." Kata gue dengan kesal, dan menarik selimut untuk menutupi tubuh gue.
"Gue udah izin Karrel buat nungguin lo, Na." Kata Yaya.
"Kelas gue jam kosong," kata Juna.
Gue mendelik natap dia.
"Sejak tadi jam kosong?"
"Tadi habis ulangan. Jadi keluar cepet."
Berarti gue pingsan dua jam pelajaran. Dih, serem.
"Sekarang lo nggak balik?" tanya gue ketus.
"Jam Bu Rokayah. Beliau kan lagi ambil cuti karena hamil," kata Juna.
Oh.
Gue menghembuskan nafas saja, dan memilih berbaring.
"Lo baru pingsan tapi udah bikin gue jantungan. Lama lo sadarnya," kata Yaya.
"Dih, drama," balas gue cepat. Gue mendengar dia mendecak.
"Oh ya," gue bangkit dari berbaring gue dan menatap kedua manusia itu.
"Kata Yaya lo suka sama Arin ya. Katanya kalian makin lengket. Udah jadian?" kata gue ke Juna.
Entah kenapa gue berani aja nanya itu. Toh gue juga butuh kepastian. Lagian cuma mastiin aja.
"Arin? Gue?" dia nunjuk diri sendiri. Gue ngangguk cepat. Cowok itu jadi mandang Yaya bingung.
"Lo dulu juga bilang, kalau Arin gebetan lo kan, gue inget itu. Chat lo soal itu aja masih gue screenshoot," kata gue bertubi-tubi.
Emang ini nggak baik. Tapi gue penasaran aja. Lagian gue harus rela jika mulut Arjuna nantinya bilang iya.
"Gini loh, Na," Yaya angkat bicara.
Duh, pasti dia mau mengalihkan pembicaraan. Apalagi Juna natap dia bingung. Kayak ada sesuatu gitu.
"Yang bilang kalau Arin dekat sama Juna kan gue. Karena gue lihat dari sudut pandang gue. Bukan Juna yang ngomong. Njir, lo salah paham," katanya kikuk.
Lah, Soraya emang biadap.
"Tapi, bener kan, Jun?" gue melirik Juna yang masih mengernyit bingung itu.
Ah, dia terlalu tampan untuk pura-pura bingung.
"Udah, Na. Nggak usah nanya privasi orang," kata Yaya cepat. Gue mutar bola mata dengan malas.
"Gue nanya ke Juna. Bukan elo," ketus gue. Yaya jadi menciut.
Jujur, kali ini gue seriusan.
"Jadi itu yang buat lo selama ini ngehindari gue?" tanyanya sambil mandang gue.
"Gue nggak ngehindarin elo bego. Gue males aja ganggu lo sama Arin. Apalagi kelas kalian dukung banget hubungan elo sama dia," kata gue ketus.
Iya, ini Ayuna yang berubah ketus ke Juna. Baru kali ini juga gue ngatain dia.
Gue gantian natap Yaya yang masih kikuk itu.
"Kelas gue ngedukung?"
"Oke. Kayaknya gue harus balik ke kelas dulu," Juna bangkit dari duduknya, dan melangkah pergi.
Eh, dia nyelonong pergi gitu aja.
Yaya natap gue bingung. Dia beranjak dan mendekat ke gue.
"Gue udah bantuin elo ya, supaya Juna tetep di sini. Tapi, elonya malah kek begitu," kata Yaya sambil melotot.
"Siapa suruh lo kasih gue informasi palsu," kata gue tak mau kalah.
"Gue nggak kasih info palsu, Na. Sebagai kaum hawa, gue tuh sadar gerak-gerik Arin yang jelas naksir Juna," katanya dengan gemas.
"Tapi lo nggak lihat dari sudut pandang Juna kan? Mungkin aja dia nggak suka sama Arin," kata gue.
"Dih, jadi elo mulai ngarep lagi nih," katanya. Justru dia meledek disaat gue serius.
"Kagak. Gue cuma mastiin aja. Jadi gue punya alasan buat nyerah ngejar dia,"
"Tapi kan dia nggak sama Arin."
"Lah, kemarin lo bilang dia sama Arin. Gimana sih lo!"
"Gue bilang itu sudut pandang gue, Ayunaa!!" Katanya dengan geram.
"Kalimat lo bikin gue salah paham tauk," gue cemberut sambil membuang muka.
"Jadi, lo mau lanjut kan?"
Gue noleh, "Lanjut apaan?"
Dia mendengus, "Ngejar Juna lah."
"Dih, males. Gue cewek. Gua mau fokus sama impian aja. Biar dia sama Arin sono," gue makin kesal aja, dan memilih kembali berbaring.
"Cie, cemburu," katanya meledek.
Gue bingung sama Soraya. Atau emang gue yang nggak mudeng sama ucapan Yaya kemarin-kemarin, ya. Tapi gue udah mikir kalau Juna itu sama Arin ada ehem gitu. Tapi, kok Yaya bilang cuma dari sudut pandang dia.
Terus sudut pandang Arjuna kayak apa?
Anjir, gue makin kepo.
Pusing. Gue pengen tidur.
Bentar, gue izin hiatus dulu
Bhay bhay........................
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Panah Arjuna
Teen Fiction[Completed] Ayuna suka yakult, tapi Arjuna nggak suka yakult. Ayuna suka Arjuna, apa Arjuna juga suka Ayuna? BUKAN PANAH ARJUNA Copyright©2018, inesby All Rights Reserved | 24 November 2018 Plagiarism not allowed.