12. Ini Apa?

167 34 7
                                    

Gue lagi duduk anteng sambil memakan permen milkita warna hijau sambil memandang Nanda, bendahara kelas yang lagi menagih uang kas. Dan gue nunggu ditagih. Males gerak aja sih. Lagian Nanda udah di depan, di bangku kakak Yohanes yang kelihatanya lagi alibi nggak punya uang.

"Kakak Yohanes! Kas kakak nunggak," kata Nanda. Yohanes kelihatan mendelik tak terima. Mungkin dia berpikir sering bayar kas, tapi kok nunggak. Enggak, itu cuma perasaan dia aja. Nanda pernah curhat, kalau si kakak Yohanes adalah triple troublemaker yang sering nunggak uang kas, bersama Restu dan Nandra.

"Lima belas ribu," kata Nanda sambil menodongkan tangan kanannya. Tangan kirinya masih memegang buku tebal itu.

Yohanes kelihatan melengos tak terima. Tapi daripada berdebat, dia memilih mengeluarkan uang dari dompet warna hitamnya. Gue perhatikan itu. Banyak uang sebenarnya, tapi dia itu pelitnya minta ampun. Masa ngutang seribu aja, tiap hari ditagih kalau belum dibayar.

Iya, si Soraya yang ngutangan sama dia.

"Nah, itu uang lo biru semua. Masa lima belas ribu aja nggak bisa bayar," kata Nanda sambil menunjuk dompet Yohanes.

"Ini mau buat beli buku sama bayar SPP, njir," jawabnya.

Oh. Kirain dia emang lagi lancar uang. Gue sedikit terkekeh pelan, dan masih sibuk mengemut permen.

"Istirahatnya lama bat deh. Padahal kurang lima menit aja kok kayak serasa sejam," Yaya bersuara sambil meletakkan kepalanya di meja. Cewek itu yang sedari tadi mengomeli jam yang katanya lelet. Padahal menurut gue jamnya juga berputar normal.

Gue sudah fokus mengeluarkan uang dua ribuan ketika Nanda datang menagih uang kas. Cewek itu tak banyak protes, karena emang gue nggak nunggak. Jadi, dia segera beranjak pergi setelah menerima uang dari gue. Beralih ke Yaya. Tapi Yaya juga alasan katanya besuk aja gitu.

"Besok, Ya. Awas lo ngibul," pantes deh si Nanda dipilih jadi bendahara. Dia mah hobinya ngencem kalau banyak yang alasan nggak mau bayar kas. Tapi, Yaya kan jelas beda sama Yohanes. Bahkan Yaya kadang bayar kas di luar hari bayar kas. Jadi, Nanda hanya mengiyakan alasan Yaya, dan pergi ke bangku lain.

"ELO SAMA ELO MASING-MASING DUA PULUH RIBU!"

Bertepatan dengan teriakan Nanda pada Nandra dan Restu yang maha dahsyat itu suara bel istirahat berdering nyaring. Membuat Yaya yang tadinya masih mengeluhi jam, kini menegakkan tubuh, bersiap segera pergi.

"Gue mau ke kantin atas, lo kantin bawah kan? Gue duluan, Na," katanya cepat. Melenggang begitu aja tanpa menunggu jawaban dari gue. Ah ya sudahlah, lagian gue juga tidak berniat ke kantin. Gue pengen lanjutin nonton drama Korea di hape. Ya, sebenarnya dari tadi gue sibuk mendownload drama Korea sih, makanya gue nggak megang hape. Soalnya hape gue masih sibuk mendownload.

Gue merogoh hape gue yang ada di kolong meja. Kali aja download an drama Korea gue udah selesai, dan bisa segera nonton.

"Anjir. Gagal?"

Gue frustasi ketika melihat pemberitahuan UC Browser di hape gue kalau downloadan gue gagal. Gagal dua lagi. Ya ampun!

Gue segera mengotak-ngatik hape gue. Untung ini cuma web drama yang ukuran filenya nggak segede variety show ataupun drama lainnya. Tapi nyesek juga kalau gagal gini.

Baru aja gue mau matikan wifi, dan menyalakan mode data. Hape gue getar, ada chat Whatsapp masuk.

Juna : na, kantin gih. Buruan no lelet lelet

Gue terlonjak membaca deretan kalimat Juna barusan.

Fyi, hubungan gue sama Juna emang udah bisa dikatakan membaik sejak dia udah nggak cuek ke gue kayak dulu. Meskipun cowok itu sekarang hobi merecoki orang, gue have fun saja ketika dia ngerecoki gue. Toh, gue kadang juga lagi nganggur.

Bukan Panah ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang