25. Arjuna's POV : Tembakan Yuna

179 29 23
                                    

5.Tembakan Yuna

-

"Eh, Jun. Itu elo dicariin Yuna," Jino heboh nyenggol lengan gue yang lagi sibuk nyalin tugas kimia dari buku Arin. Di samping gue Rujin dan Arin ikutan noleh kearah pintu, mencari-cari Yuna yang kata Jino nyariin gue.

"Mana? Nggak ada."

Jino memutar bola mata malas, lalu lanjut narik tangan gue paksa. Mau tidak mau gue nurut dan berjalan bersama Jino ke arah pintu kelas.

"Ada apa?" tanya gue langsung ketika melihat Yuna berdiri tak jauh dari pintu ruang kelas.

Cewek itu ngulurin tas berisi tupperware kearah gue buat gue dan Jino berpandangan sekilas. Jino ngangkat kedua bahu dan pergi ke balik jendela kelas, nguping.

Gue berdehem, "Apaan?"

"Ini buat sarapan elo. Gue yang buat."

Jino mandang gue takjub di tempatnya. Tapi lagi-lagi Arjuna ini pengen jadi badboy yang 3D.

"Gue udah sarapan," jawab gue akhirnya.

"Eh tadi kata Yaya elo belum sarapan gara-gara Jino."

Emang ya si Soraya itu mulutnya ember banget.

"Kalau gitu kasih aja ke Jino," ujar gue nunjuk kelas. Padahal mah Jino lagi nguping di balik jendela.

"Paan?" tau-tau tuh cowok udah dateng aja kek jalangkung. Jino nyengir sambil mandang gue dan Yuna bergantian.

Gue mendengus kecil, merasa sepertinya harus melakukan hal berikutnya.

"Oke gue ambil," kata gue meraih bekal tersebut. Mata Jino ngikutin gerakan gue sampai bekal itu benar-benar ada di gue.

"Ini kan udah punya gue," Yuna ngangguk cepat."Dan gue kasih bekal ini ke Jino." sambung gue sambil ngulurin bekal tersebut kearah Jino.

Yuna dan Jino cengo bersamaan. Memandang gue tak percaya. Jino meraihnya, natap Yuna seakan nanya boleh apa enggak.

Yuna terlihat menghembuskan nafas lelah, merasa tak percaya dengan apa yang terjadi barusan. Manusia yang ingin menjadi badboy ini merasa tak tega tapi juga gengsi.

"Yaudah buat lo aja. Wadahnya nggak usah di balikin. Bonus!"

Lah, dia cemberut. Main pergi gitu aja ninggalin gue dan Jino yang natap bego kepergian dia. Gue hanya bisa mendengus kesal.

"Jadi ini buat gue?"

Gue noleh, menatap dia dengan aura mengancam.

"Nggak, tadi gue cuma akting. Minggir!"


Gue berlalu, membawa bekal itu masuk ke kelas. Tentu saja, Arin dan Rujin heboh nanya ini itu. Gue nggak peduli, gue segera buka wadah tersebut dan mulai melahap nasi goreng sosis buatan Yuna.

Anjir, dia bahkan tau makanan favorit gue.

"Bagi dong," ujar Rujin sambil membuka mulut, minta gue suapin. Tapi, yang ada gue mendelik dan tak banyak peduliin dia.

Rujin mencibir, bilang katanya gue pelit.

Rujin mencibir, bilang katanya gue pelit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bukan Panah ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang