crescendo 30

127 12 0
                                    

Author POV

Setelah acara makan siang bersama di cafe, Eunhyuk lebih melilih mengantar Somin menuju butik ibunya, dan membiarkan Soyeon pulang sendiria. Padalah ancaman dari kakaknya, bahwa Eunhyuk harus mengantar Soyeon pulang ke rumahnya.

"Sampai disini saja. Kau boleh pulang."

Belum sempat Eunhyuk menyangkal perkataan Somin. Ia sudah lebih dulu masuk kedalam Butik, dan dari nada bicaranya saja sudah menandakan bahwa kekasihnya itu sedang marajuk.

"Oh Eunhyuk'aa, kenapa tidak ikut masuk kedalam sayang?" (Eomma Somin)

"Ah, annyeong eommonim. Awalnya aku ingin mampir, tapi tadi aku baru saja mendapagkan panggilan dari managerku untuk melakukan syuting acara TV kami."

"Ah begitu, baiklah kau bisa pergi Sekarang. Tapi jika kau tidak sibuk, jangan sungkan untuk datang berkunjung kemari." (Eomma Somin)

"Nde, aku pergi dulu Eommonin. Sampaikan salamku dengan Somin."

"Nde, hati-hati sayang."

***
Eunhyuk POV

Sebenarnya hari ini aku tidak memiliki jadwal apapun, tapi aku masih bingung untuk membuat cara untuk menjelaskan masalah ini pada Somin. Aku takut kalah cepat dengan Noonaku, justru karena noonaku yang berbicara begitu akan membuat hubunganku dengan Somin akan semakin runyam.

Ting

Tiba-tiba ada pesan masuk, dengan cepat aku meraih ponselku berharap pengirim pesan itu adalah Somin, dan ternyata benar.

"Jika ada yang ingin kau jelaskan padaku dan hal yang tidak aku ketahui, datanglah ke apartmentku nanti malam."

Apa inilah saatnya aku harus menjelaskan semuanya? Apalagi noonaku bilang bahwa pertunanganku dengan Somin itu akan dilaksanakan 2 minggu lagi.

***
07.00 KST
At Somin Apartment

Setelah berperang dengan pikiranku selama 3 jam lamanya, akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke apartment Somin. Sebenarnya aku sudah jam 5 di parkiran apartmentnya, tapi aku mengurungkan niatku untuk menemuinya, alhasil aku memilih untuk tetap diam di mobil sampai jam 7 malam tiba.

Ting tong...

"Masuklah.."

Setelah Somin mempersilahkan ku untuk masuk, ia segera meninggalkanku begitu saja dan duduk di sofa ruang tamunya.

"Kau kemari, berarti ada yg ingin kau katakan. Cepat katakan!"

Aku menarik nafasku dalam-dalam, sungguh saat ini pikiran, akal, hati, dan semuanya terasa sakit untuk. Mengingat ini adalah hal yang menyakitkan. Apa aku akan mampu hidup tanpanya setelah ini? Apa aku masih bisa hidup bahagia tanpanya.

"Lee Hyuk Jae, aku tau kau bukanlah tipe orang yang suka berlama-lama. Jadi cepat katakan sekarang juga, sebelum aku berubah pikiran dan menyuruhmu untuk pulang."

Suara itu, suara yang akan terakhir kalinya dapat aku dengar. Aku memilih memeluknya untuk yang terakhir kalinya, kuhirup dalam-dalam wangi khas tubuh dan rambutnya yang merupakan candu bagiku dan yang nantinya tidak dapat aku rasakan kembali.

Setelah puas memeluknya, kupandang wajahnya untuk terakhir kalinya dan kucium keningnya dengan dalam. Tak sadar air mataku menetes dan mengenai permukaan wajahnya, lalu ku kecup matanya dengan sayang.

"Why? Kenapa kau menangis?"

Dia segera menghapus sisa air mataku.

"Mianhae..."

Lo SientoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang