12. Oh. Oke.

5.2K 811 81
                                    

"Kenapa?" Taeyong berjalan nyamperin gue karena gue gak langsung nyamperin dia setelah keluar dari kamar mandi.

Gue senyum, "nothing."

Taeyong kemudian mengulurkan tangannya buat mengusap pucuk kepala gue. "Ayo." Dan dia meraih tangan gue, sambil ditarik biar gak terlalu penuh antri masuk bianglala.


"Haloo! Nama kamu siapa?" Gue iseng tanya ke balita yang digandeng Mamanya di antrian depan gue, daripada senyum-senyuman gak jelas sama Taeyong.

"Ossiee." Katanya dengan nada khas anak kecil banget.

Mamanya kemudian ngebantu mengeja, "Ros-sie. Gimana?"

Si balita itu tetep aja manggil namanya sendiri dengan sebutan 'ossie' karena emang dia belum lancar bicaranya.

Taeyong kemudian ikut menyejajarkan tubuhnya, jongkok di depan balita itu sambil nguyel-nguyel pipi Rossie yang gembul banget, kaya squishy.

"Oh, kalian masih SMA ya?" Tanya Mama balita itu kepada gue dan Taeyong.

"Iya, kelas 2."

Mama balita itu mengangguk, "seumuran sama anaknya suami saya dong? Wah, kalau tante ketemu sama anak suami saya mungkin tinggi-nya se kamu gini ya?" Kata Mama balita itu sambil senyum-senyum bahagia.

Eh? Anak suaminya? Bukan anak kandung tantenya dong?

"Suami tante cerai sama istrinya yang dulu," lanjut Mamanya Rossie seolah menjawab pertanyaan di dalam hati gue.

"Eh, tante masuk dulu ya, udah giliran." Ucap tantenya lalu menggendong Rossie yang sibuk dadah-dadah ke gue sama Taeyong.

Setelah tante itu masuk ke bianglalanya, giliran gue sama Taeyong sekarang.

"Lo kenapa? kayanya hari ini gak semangat banget?" Tanya Taeyong disaat bianglala baru berputar.

Karena gue gak mau bikin Taeyong kecewa, "nggak kok. Nggakpapa. Yah, ada satu-dua hal yang ngganjel aja."

Taeyong menghela napas, "ada masalah apa?"

'yang gue pikirin dari tadi itu tentang lo, Yong.'

Susah banget rasanya ngomong itu.




"Emm, gimana jawaban lo?" Saat ini kita udah di ujung bianglala, dan Taeyong ngeluarin satu kalimat tanya yang sebenernya cuma dua pilihan jawabannya.

Ya atau Tidak

Gue menatap kearah mata Taeyong, gue gugup. Dan gue rasa Taeyong juga sama-sama gugupnya sama gue.

"Sebelum itu, boleh gue tanya satu hal?"

"Of course."

"Apa lo ngajak gue jadian karena lo emang suka sama gue?"

Dapat gue lihat ekspresi Taeyong yang kaget. Dia membelalakkan matanya dan kemudian tatapannya ragu.

Hati gue kerasa agak sakit. Ternyata emang bener, Taeyong manfaantin gue.

"Itu.."

"Gue akan sangat menghargai kalo lo jujur sama gue." Ucap gue dengan menahan air mata sekuat tenaga.

Taeyong menghembuskan napas lalu mengacak rambutnya frustasi. "Oke, gue jawab jujur. Awalnya gue emang manfaatin lo. Gue taruhan sama Jennie. Siapa yang dapet pacar duluan setelah kita berdua putus, dia yang menang. Dan yang kalah, akan nurutin permintaan dari si pemenang."

Les [LTY] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang