29. Kangen

4.6K 619 7
                                    

Gue menengok ke Mama, kemudian ke Taeyong, bergantian.

Gue shock banget.


Mama gue yang merupakan mama tirinya mantan gue, aduh kok ribet ya nyebutnya, duduk di sebelah Taeyong, kemudian senyum tipis dengan mata berkaca-kaca.

Sumpah, gue kangen tatapannya mama yang hangat gini.

Gue membersihkan tenggorokan, lalu siap ngasih pertanyaan ke mama.

"Gimana kabarmu?" belum gue sempat bertanya, mama membuat gue mengatupkan bibir. Gue mendongak, melirik mama, kemudian melihat sekitar. Menghindari kontak mata.

"Baik." jawab gue singkat.

Bisa gue liat bayangan mama yang tersenyum, gue melirik Taeyong. Bermaksud meminta pertolongan di suasana yang canggung ini.

"Mama boleh mulai ceritain." Ucap Taeyong ke Mama gue, ups. Mamanya juga, yang membuat wanita itu menghela napas bersiap cerita.

Sesuai apa yang diceritain oleh Taeyong, Mama gue emang gaada rasa sama sekali dengan Papanya Taeyong. Mama gue dan Papanya Taeyong nikah kontrak selama 5 tahun karena di waktu itu, perusahaan Papanya Taeyong sedang labil karena mama kandung Taeyong meninggal.

Oleh karena itu, mama gue ngebantu perusahaan papanya Taeyong dengan nikah kontrak itu. Karena waktu itu keadaan Mama gue dan Papa gue juga kacau. Dalam 3 tahun lagi, nikah kontrak itu berakhir. Mereka berniat buat cerai dan melanjutkan hidup masing-masing.

Walaupun gue nolak ikut Mama waktu itu, buat tinggal sama suami barunya, Mama tetep ngejaga gue dari jauh. Walau dia sering bolak-balik dari negara satu ke negara lainnya, Mama masih sempet nyamperin gue dan Haechan walau gak ketemu langsung sama kita.

"Mama, kenapa gak cerita dari dulu?" tanya gue menyesal. Ngerasa bersalah karena selama ini gue sangat membenci mama gue sendiri dan nganggep ia seperti orang asing.

Kalau gue tahu dari dulu..

Kalau gue paham situasinya dari dulu..

Kalau gue mau diajak Mama waktu dulu..

Gue pasti gak seperti sekarang ini.

Tapi itu udah terlambat.


"Kamu mau kan, pindah sama Mama? Sama Haechan juga." tanya Mama gue dengan menggenggam tangan gue yang ada diatas meja.

"Pindah?"

"Mama lagi ngurus surat pindah ke Amerika. Ayo kita pindah kesana."

Taeyong sontak menengok Mama gue dengan kaget. Gak beda dengan gue, gue menatap Mama dengan kaget. Pindah? Ke Amrik?

"Maaf, Mama mau kan ngasih waktu buat aku sama Haechan?" tanya gue sedikit gak enak. Tapi Mama gue membalas dengan senyuman tulus dan lembutnya. Ia mengatakan kalau gue dan Haechan emang butuh waktu buat mikirin itu.

Lalu gue dan Taeyong dengerin Mama yang ceritain tentang liburannya kemarin yang ke Lombok, pas ada bencana gempa.


Gak kerasa, udah sejam-an kita ngobrol bareng. Mama juga udah dijemput sama supirnya.

Gue melambaikan tangan, mama gue pergi duluan dengan sopir pribadinya menuju rumahnya. Gue gak berhenti senyum walaupun mobil Mama udah terlalu jauh buat dipandang.

Gue balik badan setelahya, pipi gue dibuat merah gara-gara Taeyong yang udah tersenyum manis menatap gue.

"L-lo ngapain? Sehat kan?"

Les [LTY] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang