#5: Palpitation

1.5K 220 11
                                    

"Cinta adalah gerak jiwa yang kosong tanpa pikiran." 

—Plato

๑۩๑๑۩๑๑۩๑

Hinata Hyuuga adalah paket lengkap agar tidak menikmati kehidupan dalam bentuk kekosongan. 

Sejak Nero mengenal gadis itu beberapa hari yang lalu gara-gara insiden pria hidung belang sedang mabuk. Keduanya justru menjadi dekat. Keakraban yang tidak biasa itu menyatu cukup sempurna. Meski awalnya Nero merasa aneh mengapa dia nyaman bersama gadis itu, tetapi untuk sekarang dia tidak lagi merasakan keganjilan semacam itu.

Semua yang dia lalui bersama gadis yang dia panggil Nata hanya ada rasa bahagia, senang, dan Nero mulai merasa ketagihan pada setiap kebersamaan mereka.

Tepat di hari ulang tahun gadis itu, Nero membawakan hadiah berubah kue tar. Dengan sangat menyesal dia sempat lupa, bahwa dia harus memberikan kejutan pada Nata atau setidaknya dia bisa mentraktir gadis itu ke kedai ramen langganannya.

"Selamat ulang tahun," katanya seraya mengangkat kotak kue tar berwarna oranye beserta logo toko roti yang terkenal memiliki harga mahal—tapi tentu saja mereka menyajikan rasa sesuai harganya. "Sepertinya aku datang tidak tepat," lanjutnya, memandangi mulut Nata penuh busa pasta gigi. "Apakah aku boleh masuk? Kalau tidak, aku bisa pergi dari sini segera mungkin, dan besok akan kembali lagi ke sini."

Tengah Nata terbatuk karena menelan busa pasta gigi, Nero buru-buru mendorong gadis itu masuk ke dalam apartemennya. "Ayo, bersihkan mulutmu dulu!"

Selesai dengan membersihkan mulutnya, gadis itu akhirnya keluar dari kamar mandi.

Ia sangat terkejut ketika Nero datang di pukul 11.45—tepat di hari ulang tahunnya yang sebentar lagi akan segera berakhir. "Kau ke sini ingin merayakan ulang tahunku?"

"Kurang sedikit lagi waktu akan berakhir, bukan?"

"Ya, kira-kira kurang 15 menit lagi," jawab Nata. "Tapi terima kasih banyak, aku benar-benar terharu sekarang." Nero sempat tak yakin, jika Nata mengatakan hal yang sejujurnya. Namun dia selalu percaya apa yang dikatakan Nata, tidak peduli bahwa gadis itu berpura-pura.

"Sebenarnya, aku sudah membeli kue itu. Sejak kemarin aku meletakkannya ke dalam lemari es. Hendak mengambil air, justru aku terkejut saat kue itu ada di sana, dan aku baru ingat untuk memberikannya padamu. Rasanya aneh ketika keesokan harinya aku baru memberikannya."

"Hei, kau tidak alasan, 'kan? Gara-gara baru saja aku traktir makan enak di hari ulang tahunku?"

Nero menggeleng. "Aku sudah tahu kalau kau berulang tahun, maka dari itu tadi aku tidak terkejut saat kau menghubungi akan mengajak makan enak sebagai hari spesial."

"Memang sebelumnya kau tahu dari mana?"

"Sim yang pernah kau tunjukkan padaku!" balas Nero sembari dia menarik bantalan, lalu duduk di atasnya, menunggu Nata dengan sabar membuka kotak kue tar tersebut, tetapi gadis itu masih berdiri seolah mengingat pertemuan pertama mereka. "Aku merasa tidak enak kau berkali-kali mentraktir, jadi aku ingin buat kejutan dengan membeli kue ini, tapi aku malah lupa."

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa, jangan dipikirkan," Nata buru-buru menarik kotak kue itu, dan berjalan mendekati sepen di dapurnya. Ia pun merasa tidak enak saat raut wajah Nero terlihat menyesal.

Nero mengamati sekeliling ketika untuk pertama kalinya dia masuk ke dalam apartemen Nata. Karena sebelumnya, dia hanya diberikan kesempatan untuk mengantar gadis itu saja. Dan dia tidak mempersilakan Nero masuk. Namun pada saat-saat seperti itu, Nero tidak tersinggung. Ia tahu adab bertamu bagi seorang laki-laki, untuk tidak seharusnya masuk sembarangan ke tempat anak perempuan, tanpa lebih dulu diizinkan—lalu sekarang apa? Dia bisa masuk ke sana karena memaksa Nata segera ke kamar mandi. "Jadi maaf sebelumnya," ketika Nero ingat kesalahan kecil yang baru saja dia perbuat.

E N O R M O U S ✔Where stories live. Discover now