Part 2
🍌
🍌
🍌
Musim panas hampir berakhir, semilir angin di Pulau Jeju yang membersihkan isi paru-paruku begitu menyegarkan. Suasana di sekitar villa ini juga menyenangkan, nyaman, sampai kulihat seseorang yang datang menyapaku dengan eye smile khas yang tak mungkin pernah kulupakan.
"Lama tak berjumpa, Samantha."
"Jimin~ssi?"
Dia berjalan ke arahku yang berdiri di beranda, sebelah tangannya dijejalkan dalam saku celana, dan sebelah tangannya lagi menyisir rambutnya ke belakang, kebiasaannya yang paling kusukai. Aku tersenyum menahan tawa, aku tahu dia sedang berusaha membuatku terkesan, dan tentunya berhasil.
"Apa kabar?" Tanyanya basa-basi, meraih pinggangku dengan sebelah tangannya dan mengecup pipi kiriku sekilas.
"Seperti yang kau lihat."
Ia memicingkan mata, memperhatikan wajahku lamat-lamat,
"Em, kau terlihat jauh lebih bersinar, apa kau sudah punya pacar?"Aku mengedikkan bahu.
"Oh, apa aku keduluan?"
Aku terkekeh,
"Mana mungkin?""Kau berusaha meyakinkanku, kan?"
"Mari kita hentikan omong kosong ini. Kau sedang liburan?"
Ia mengangguk-angguk, menunjuk pada sebuah villa lebih besar yang tak jauh dari sini.
"Ya, kami menginap di sana.""Keluargamu?"
Ia menggeleng,
"Teman-temanku.""Ya?"
"Nanti malam kita akan adakan pesta barbeque, aku akan menjemputmu pukul 8, ok?"
Tanpa menunggu jawabanku dia sudah lenyap begitu saja setelah meninggalkan kecupan singkat pada bibirku.
Kulihat Jimin melambaikan tangan padaku dari bawah sana, aku hanya balas melambaikan tangan dengan senyum kecut yang tak bisa kusembunyikan.
Perasaanku mengatakan bahwa akan terjadi hal buruk setelah ini.Aku tak bisa berbohong bahwa aku tak bisa tersenyum luwes melihat Jimin memasuki kamarku sepuluh menit lebih awal dari janjinya tadi siang.
"Jangan dandan terlalu cantik." Pintanya sembari mengamatiku dari unjung kepala hingga ujung kaki.
Aku mengikat rambut sembari memandangnya tajam,
"Maaf-maaf saja, tapi aku tak bisa seperti itu."Jimin terkekeh pelan,
"Benar, tak ada gadis secantik ini saat hanya memakai skinny jeans dan kaus oblong."Jimin memeluk pinggangku dari belakang, menopang dagu pada bahu kiriku, dan mengamatiku yang masih mengikat rambut dari pantulan cermin.
"Hei," panggilnya.
"Hm?" Aku hanya bergumam sebagai jawaban.
"Apa kita tidak usah pergi saja?"
"Terserah,"
"Apa kau tahu kata 'terserah' itu sangat menyiksa bagi kaum laki-laki?"
"Baiklah," Gantungku, berbalik dan balas memeluk lehernya, mengecup bibirnya sekilas,
"Ayo kita pergi, setelah itu kau harus menginap disini, hm?""Sial," Umpatnya yang membuatku mengernyit.
"Kenapa? Tidak setuju?"
"Sepertinya kita akan datang terlambat, dia benar-benar merindukanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[18+] BTS ONESHOOT
Fanfiction🚫18+🚫 Semua kisah tentang mereka bakal terungkap, mulai dari kepedihan perpisahan, kesengsaraan pilihan hidup, keputusasaan cinta, kepahitan dunia, keelokkan takdir, kesenangan berahi, hingga ngerinya kematian. Bukan sekadar roman anak muda masa k...