Jimin sebenarnya terlalu naif untuk ukuran pria yang suka berganti-ganti pasangan. Lebih naif dari yang kalian kira, karena ia tak pandai berciuman, tak pandai menyentuh, tak pandai yah, kalian tahu lah, tapi ia juga tak pernah belajar serius mengenai hal-hal intim tersebut.
Setiap hari ia hanya belajar bagaimana memahami perasaan perempuan, mencari tahu hal apa yang mereka benci dan suka. Itulah yang membuat para perempuan jatuh hati pada keluguannya. Ia sendiri juga mudah jatuh hati, tapi tak mudah melupakan. Ia mengingat dan mengenang semua mantan kekasihnya dengan caranya sendiri, ia pikir memori indah itu tak pantas untuk dibuang begitu saja hanya karena kita telah menemui memori yang jauh lebih indah.
Jimin juga tak serta merta mengungkapkan perasaannya, ia selalu melakukan riset terlebih dahulu. Seperti siang itu, ia yang berpatroli bersama karpet awan kesayangannya kebetulan melihat sosok anak hawa sedang menikmati paparan sang surya di bawah sana, di halaman belakang sebuah vila pribadi megah yang baru dibangun tahun lalu.
Kulit sang gadis yang memerah terkena paparan sinar mentari membuat Jimin sedikit bingung, seluruh bidadari yang ditemuinya selalu menjaga kulit mereka tetap cerah dengan menghindari matahari, tapi gadis itu justru hanya mengenakan celana dalamnya saja dan membiarkan punggungnya dicium oleh sinar UVA+UVB.
Perlahan tapi pasti Jimin mendarat bersama karpet awannya, melakukan riset di balik pagar tanaman yang membatasi halaman belakang vila dengan hutan tempat patrolinya hari ini.
"Sena! Ayo makan!" Teriakan suara cempreng dari dalam rumah membuat sang gadis meringis dan mengorek kupingnya.
Jimin tersenyum geli melihat tingkah yang sangat menggemaskan dari objek risetnya, ia mencatat sesuatu pada buku jurnal yang entah dari mana datangnya.
"Iya!" Balas gadis itu berteriak juga.
Senyum Jimin makin lebar setelah mendengar suara si gadis ternyata cukup tegas dan sedikit serak, tipenya sekali, ia kembali mencatat sesuatu.
"Cepat, Park Sena!"
"Hm." Gadis itu hanya bergumam dan bangkit dari tidur tengkurapnya.
Saat itu juga Jimin merasakan jantungnya seakan digelitik, lupa cara bernafas, lupa cara berkedip, lupa segalanya. Selama 889 tahun hidup di dunia manusia, baru ini ia ingin sekali menyetubuhi salah satu anak hawa, mempraktekkan posisi sepasang babi hutan yang dipergokinya sedang membuat bayi mereka minggu lalu.
Tanpa sadar Jimin menelan ludah yang hampir saja menetes keluar. Park Sena ya tadi namanya? Gadis itu menggelung rambut hitamnya tinggi-tinggi, memamerkan buah dadanya yang sepertinya sudah masak dan siap dipetik.
Gadis itu mengambil kaos dan memakainya sembari berjalan memasuki rumah namun berhenti ketika seorang gadis lain tiba-tiba muncul di pintu.
"Kaget, sialan!" Umpat Sena geram.
"Habis lama sekali sih!" Oh itu si gadis yang dari tadi berteriak cempreng.
"Makan apa siang ini?"
"Lihat saja, aku mau ambil anggur di gudang."
"Kutemani?"
"Kau pikir aku balita apa?"
Si gadis bersuara cempreng, Han Hana, melengos pergi dan berjalan ke arah gudang di belakang rumah, yang artinya ia harus melewati pagar dimana Jimin berada.
Pria itu sigap bersembunyi dengan sempurna, sempat dilihatnya Park Sena sudah masuk ke dalam rumah, entah kenapa ia merasa lega. Setelah memastikan tak ada mata yang mengawasinya, karena si suara cempreng sudah masuk ke dalam gudang, Jimin berjalan santai menjauhi vila itu dan hendak memanggil karpet awannya ketika,
KAMU SEDANG MEMBACA
[18+] BTS ONESHOOT
Fanfiction🚫18+🚫 Semua kisah tentang mereka bakal terungkap, mulai dari kepedihan perpisahan, kesengsaraan pilihan hidup, keputusasaan cinta, kepahitan dunia, keelokkan takdir, kesenangan berahi, hingga ngerinya kematian. Bukan sekadar roman anak muda masa k...