Nineteen

9.4K 331 10
                                    


▪▪▪

Anndo berlari mengikuti Adel dari belakang, ia melihat Adel mendekati kursi yang berada diparkiran hotel itu.

Anndo memberanikan diri untuk mendekati Adel yang masih menangis dikursi itu.

Setelah sampai, Anndo memegang bahu Adel yang bergetar karena menangis.

"Del, maafkan aku. Aku sungguh tidak tau jika kau akan kecewa seperti ini. Aku tau, mungkin sekarang kau akan membenciku atau bahkan kau akan meninggalkanku dan membatalkan rencana pernikahan kita." Kata Anndo panjang lebar, namun hening, tidak ada jawaban. Lalu Anndo melanjutkan perkataannya karena tidak ada jawaban dari Adel.

"Jujur, aku bertemu dengan Ades waktu aku dikantor dan saat kau tidak masuk ke kantor karena sakit. Waktu itu aku hendak menemuimu diruangan mu sebelum kau mengirim pesan padaku jika kau tidak masuk, tapi saat aku masuk ke dalam, aku tidak melihatmu justru melihat pria berperawakan tinggi dan tubuh yang sama sepertiku. Posisinya membelakangiku dan aku tidak tau siapa dia. Kemudian ia membalikan kursi tempat kerjamu dan menampakan Ades disitu. Mungkin kau bertanya padaku, bagaimana aku bisa mengenali Ades begitu saja." Kata Anndo mengambil napas lagi sebelum kembali bercerita dan Adel masih menangis sesegukan namun ia mendengarkan apa yang Anndo katakan.

"Itu karena kami memiliki ikatan batin yang kuat, juga wajah Ades dan akupun mirip bukan? Itu yang membuatku mengenali bahwa itu benar Ades. Saat itu aku bercerita banyak padanya, bahkan aku sampai ingin memberitahumu saat itu juga untuk menyampaikan kabar ini. Sayangnya, Ades tidak memperbolehkannya sebelum ia menikah hingga aku urungkan untuk memberitahumu tentang kabar itu. Jadi aku mohon maafkan aku untuk semua ini, aku rela jika kau tidak memaafkan kesalahanku, tapi ku mohon berhenti menangis. Aku tidak sanggup melihat kau menangis seperti ini, apalagi itu semua gara - gara aku." Kata Anndo sambil menatap nanar Adel yang masih sesegukan sambil menundukan kepalanya.

Adel sama sekali tak bergeming dari posisinya, masih menundukan kepalanya, hingga Anndo menghela napasnya kecewa.

Akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan Adel sendirian, mungkin ia harus memberi waktu untuk Adel bisa menenangkan dirinya.

Ketika ia baru tiga kali melangkah tiba - tiba ada tangan yang melingkar di perut atletisnya membuatnya menjadi kaget.

Tak lupa ia menengok ke belakang, menilik siapa yang memeluknya. Ternyata tangan itu adalah tangan milik Adel, membuatnya mengernyit heran dengan apa yang dilakukan Adel.

"Ndo, jangan pergi hiks... Aku takut sendirian, aku tidak marah padamu dan aku juga tidak berharap hiks... jika Ades kembali untukku, tapi aku menganggapnya sahabat. Apa salah jika aku ingin tau tentang dirinya. Aku tidak mencintainya, aku hanya mencintaimu, Ndo." Kata Adel masih memeluk erat Anndo, itu semua seketika membuat senyum Anndo mengembang.

Anndo kemudian membalikkan tubuhnya dan mendekap Adel dengan erat, ia sungguh sangat bahagia mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh kekasihnya itu.

Ia sungguh tak percaya, benar apa yang dikatakan oleh kak Ades, pikirnya, bahwa ternyata Adel benar - benar mencintainya.

Buktinya sudah jelas, Adel mengakui itu kepadanya dengan mata yang sembab karena habis menangis ketika melihat kak Ades yang berada dipelaminan.

"Terimakasih, Del. Kau sangat berharga untukku dan aku takkan bisa hidup tanpa mu. Aku sangat menyayangimu bahkan lebih dari diriku sendiri." Kata Anndo masih mendekap Adel dalam pelukannya sambil mengecup puncak kepala Adel dengan sayang.

Sedangkan Adel justru tidak bersuara, hanya terdengar sesegukannya saja, mungkin ia masih menangis dan masih menikmati dekapan hangat dari Anndo, dekapan yang ingin selalu melindungi, menyayangi bahkan memberikan seluruh kebahagiaan hanya untuk dirinya.

Director Obsessed [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang