Ku lihat sekali lagi isi pesan yang masuk ke handphone ku 2 menit lalu.Sebuah pesan dari nomor baru yang tidak aku ketahui siapa dan nama dari si pengirim.
Ku lihat foto di frofilnya tersebut, namun yang terlihat di sana hanya sebuah gambar bertuliskan huruf Arab.
Awalnya ku kira itu nomor orang yang kurang kerjaan yang sengaja mengirim pesan kepadaku.
Namun setelah beruntutan pesan-pesan dari nomor yang sama terus masuk ke handphone-ku membuatku semakin penasaran dengan sosok sang pengirim.
Menghembuskan nafas berat, kini mataku beralih melihat sebuah kertas yang tergeletak di atas meja belajarku.
Jika di hitung-hitung, ini adalah yang ketiga kalinya kaum Adam menyatakan perasaanya padaku. Dan hebatnya aku, tidak satupun perasaan dari mereka yang ku jawab.
Ku lihat lagi sebuah kertas yang ada di atas meja belajarku, dan berkali-kali pula ku hembuskan nafas berat sebelum ku tuliskan sebuah kata-kata di sana.
Dear calon imam
Kamu tahu? Ada 3 hal yang telah Allah takdirkan kepada setiap hambanya: Pertama, Razeki. Kedua, Jodoh. Dan yang ketiga, Kematian.
Mengenai jodoh, aku tidak tahu nantinya dimana Allah kelak akan menambatkan hatiku pada siapa. Apakah pada 2 orang yang selalu ku sebutkan namanya dalam do'a-do'a ku, atau kepada seseorang yang barusan mengirimkan pesan kepadaku, atau mungkin kepada seseorang di luaran sana yang tidak ku ketahui siapa dan dimana. Tentunya itu sudah rencana Allah. Namun Jika itu padamu wahai calon imamku, aku berharap kau dapat mencintaiku apa adanya, mencintaiku karena-Nya, menyayangiku tulus dari hati dan jiwa raga. Begitupun aku yang akan menerimamu apa adanya, mencintaimu karena-Nya, dan menyayangi mu tulus dari hati dan jiwa raga.
Dengan begitu saat niat sudah kita luruskan hanya untuk-Nya dalam proses penantian pun kita akan senantiasa melakukan sesuatu sesuai aturan-Nya. Tak melanggar larangan-Nya. Sehingga Allah mempertemukan kita atas dasar ridho-Nya.
Aku tidak tahu saat ini engkau dimana, di belahan bumi mana, namamu siapa, hobi yang kau sukai apa, rutinitas keseharianmu seperti apa.
Aku juga tidak tahu nantinya bagaimana Allah akan mempertemukan kita; di hari apa, di tahun berapa, di mana tempatnya, entah bagaimana caranya, dan bagaimana kejadianya. Namun yang ku harapkan jika saat itu telah tiba-Di saat engkau dan aku di pertemukan, somoga Allah telah merestuinya dengan menyempurnakan masing-masing iman kita.
Wahai calon imamku, aku tak berharap engkau sempurna dan kaya raya, yang ku harapkan engkau ta'at akan agama. Bisa membimbingku menuju jannah-Nya.
Percuma kau sempurna dan kaya raya, jika urusan agama saja kamu nol besar.
Aku bukan wanita serba bisa, bukan pula wanita yang serba tahu. Mungkin aku tak sesholehah Siti khadizah, tidak pula seta'at Fatimah. Aku hanya wanita biasa yang sedang belajar memperbaiki diri agar menjadi lebih baik lagi.
Dering handphone ku seketika mengalihkan kesibukanku, segera mungkin ku ambil benda pipih tersebut sembari mengecek siapa yang menelponku.
Kak Syauqi. Aku mengerinyit heran saat melihat nama si pemanggil.
Kenapa kak Syauqi menelfonku sepagi ini? Tanpa ingin berlama-lama menunggu akhirnya ku geser panel hijau di layar handphone ku mengangkatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Calon Imam
Spiritual"Ku tuliskan sebuah pesan untukmu wahai calon imamku." -Dear calon imam.