Waktu berlalu begitu cepat. Secepat anak panah mengenai sasaranya.
Hari-hari menjelang pernikahan kak Devan dan Ayana semakin dekat. Dan semakin padat pula persiapan antara keluargaku dan keluarga Ayana.
Semalam kedua keluarga telah membicarakan masalah pernikahan tersebut. Kedua belah pihak sepakat bahwa pernikahan kak Devan dan Ayana akan di laksanakan minggu depan. Memang terbilang mendadak, namun kak Devan dan Ayana tidak mau menunda pernikahan mereka terlalu lama, katanya mereka tidak ingin menanggung dosa terlalu banyak lantaran sering mengundang setan untuk bertahta di pikiran mereka.
Di pernikahan ini tentunya semua keluarga ingin merayakannya semaksimal mungkin. Tak terlebih aku yang paling antusias menyambut pernikahan ini. Aku tidak ingin di pernikahan kak Devan dan sahabat baikku Ayana ada yang kekurangan, aku ingin semuanya berjalan semaksimal mungkin. Memang pada dasarnya tidak baik melakukan pernikahan dengan bermewah-mewahan. Namun jika kita lakukan dalam batas wajar ku rasa sah-sah saja. Apa salah jika kita merayakan dan berbagi kebahagiaan dengan banyak orang?
Kak Devan semalam mengatakan bahwa pernikahannya akan di laksanakan di masjid Al-Azhar yang terletak di pusat kota. Sedangkan resepsinya sendiri akan di laksanakan di hotel Artaja yang letaknya tak jauh dari masjid tersebut.
Dalam kurun waktu kurang dari empat hari, persiapan demi persiapan satu persatu mulai terlaksanakan. Mulai dari cetakan kartu undangan, pemilihan tempat acara, resepsi, sampai baju pengantinpun sudah selesai di persiapkan. Sekarang saatnya giliran baju keluarga.
Sudah sedari tadi aku dan kak Syauqi berada di butiq Yulia untuk mengambil baju keluarga yang telah lama di pesan. Malam itu aku mengusulkan bahwa di acara resepsi kak Devan dan Ayana semua keluarga kompak memakai kostum berwarna sama, yaitu biru navy-senada dengan tema acara. Dan alhamdulillah semua keluarga menyetujui usulanku tersebut.
Setelah lama duduk sendirian di kursi tunggu butiq, akhirnya batang hidung kak Syauqi kelihatan juga. "kok lama banget? " tanyaku langsung begitu kak Syauqi datang.
"biasa.., lagi bicara sebentar sama pemilik butik" jawabnya santai. Aku mengangguk paham. "yuk balik? "ajaknya.
"lah, bajunya mana? "aku baru menyadari sedari tadi setelah kak Syauqi selesai melakukan proses pembayaran. Dirinya keluar dari ruang kasir hanya membawa tangan kosong.
"katanya pihak butiq sendiri yang akan nganterin baju-baju itu nanti, barengan dengan baju pengantin"
aku hanya ber oh-ria.
Kak Syauqi dan aku kemudian keluar dan langsung berjalan menuju mobil kak Syauqi yang sudah terpakir rapi di depan butiq.
Di perjalanan pulang aku tak henti-hentinya memandang keluar jendela mobil. Melihat lalu lalang pengendara motor maupun mobil yang saling berlomba-lomba ingin menjadi paling depan.
Hingga pandanganku teralih saat sebuah pesan masuk ke handphoneku. Kebetulan benda pipih itu sudah berada di genggamanku, jadi segera mungkin ku baca pesan dari nomor tersebut.
Sultan: assalamualaikum?
"wa'alaikumsalam"
Sultan: "Rel, tadi bunda pesan. Dia nyuruh lo kerumah, bunda mau ngajak lo masak-masak lagi. Kangen katanya, kira-kira lo bisa gak?"
Aduh bunda Zahra, Aurel juga kangen banget sama bunda. Aku terdiam sejenak memikirkan kegiatanku hari ini. Sepertinya tidak ada.
"bisa"
Sultan: lo dimana sekarang? Gue jemput bisa?
"lagi di jalan, habis pulang dari butiq bareng kak Syauqi ngambil baju pengantin"
![](https://img.wattpad.com/cover/164080917-288-k37654.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Calon Imam
Spiritual"Ku tuliskan sebuah pesan untukmu wahai calon imamku." -Dear calon imam.