Ku tutup pintu kamarku dengan cepat lalu merebahkan tubuhku di atas kasur sembari membentuk bintang besar.
Ku pegang dadaku berusaha menetralisirkan debaran di dalam sana yang masih belum bisa terkontrol. Sebenarnya aku ragu dengan rasa ini. Aku tidak yakin aku menyukai sultan. Aku benci anak itu.
Namun lagi-lagi aku juga bingung dengan perasaan ini. Kenapa aku jadi gugup saat dia menyatakan perasaanya padaku.
Tok.. Tok.. Tok..
"Assalamualaikum sayang.., kamu cepatan keluar deh, di luar ada temanmu" suara bunda berhasil menyadarkan aku dari alam bawah sadarku.
"Eh, wa'alaikumsalam bunda.."
Tunggu! Tunggu! Bunda bilang apa tadi? Temanku? Siapa???
Oh tidak! Jangan bilang...
Segera mungkin aku keluar dari kamarku seraya berlari menuju ruang tamu rumahku.
"Kamu ngapain belum pulang?!" Tanyaku to the point.
Bunda melotot kearahku. " Aurel! Nggak baik bicara sama tamu seperti itu" ingat bunda.
Aku tak peduli, yang ku inginkan Sultan segera pulang dari sini.
"Tadi bunda yang ajak Sultan kesini" jelas bunda.
"Bunda ngapain ajak dia kerumah kita sih bun..?" Kataku tak terima.
Bunda melotot tajam kearaku. "Kamu ya kebiasaan tidak tahu mengucapkan terimakasih, syukur-syukur Sultan mau nganterin kamu pulang." sergah bunda.
Aku memutar malas bola mataku. Ingin rasanya ku bilang pada bunda kalau Sultan itu hanya pencitraan. Asli anaknya nakal dan berandalan.
Namun semua ungkapan itu hanya ku pendam dalam hati saja, kalau sampai ku bilang pada bunda, aku yakin seratus persen bunda pasti akan memarahi ku habis-habisan.
Ku lihat sultan dengan tatapan tak suka. Tapi yang di tatap malah menyeringai jahil sembari mengangkat sebelah alisnya.
"Kamu duduk di sini dulu, temanin Sultan. Bunda mau kedapur, mau buatkan minuman untuk sultan" ujar bunda lalu pergi dari tempat ini. Aku berdecak sebal.
"Bundaaaa.." Rengek ku tak terima.
Sultan terkekeh pelan membuat aku dengan cepat melihat kearahnya.
"Ngapain ketawa?!""—Salah?" Tanya Sultan dengan wajah polosnya.
Lagi-lagi ku putar malas bola mataku kemudian menghela nafas panjang.
"Jelas! Sangat jelas! Apapun yang kamu lakukan aku tetap tidak pernah menyukainya SULTAN!""Ohya, gue boleh numpang sholat?" Lanjut Sultan.
"Nggak!"
"Aurel!!" Tiba-tiba sosok bunda sudah ada di dekatku. "Kamu ini, teman sendiri mau numpang sholat malah kamu larang-larang." ceramah bunda.
"Yasudah Sultan, kamu boleh kok numpang sholat di sini" lanjut bunda.
"Aurel ke kamar Urel dulu nda, mau mandi trus sholat. Yaudah assalamualaikum.." Ucapku seraya berjalan menuju kamarku.
"Wa'alaikumsalam.."jawab bunda dan Sultan secara bersamaan.
——
Ku posisikan diriku duduk di bangku kantin paling pojok–tempat favoritkuSambil menunggu Mie ayam pesananku yang belum juga di antar oleh pak Sukir(pelayan di kantin)
Ku mainkan ponselku untuk menghilangkan kebosananku."pesanannya udah datang, neng" pak Sukir datang seraya meletakkan semangkuk mie ayam dan segelas es teh pesananku di atas meja.
Ku matikan ponselku lalu melihat kearah pak Sukir dengan senyuman santun. "Makasih pak, "
Pak Sukir ikutan tersenyum lalu izin pamit kepadaku pergi melanjutkan pekerjaanya.
Barusaja aku ingin menyuap sesendok mie ayam kemulutku, tiba-tiba seseorang telah memposisikan dirinya duduk di kursi di depanku.
Ku tatap orang itu dengan tajam. Sekarang mood makan ku jadi hilang saat mengetahui siapa itu.
"Kok berhenti?" Tanya Sultan.
"Udah nggak selera!" Ketusku lalu beranjak dari dudukku.
"Eit, mau kemana?" Sultan menahan pergelangan tanganku ketika aku hendak pergi dari kantin ini.
"Lepasin!!" Ku hempas tanganku di udara membuat cekalan tangan Sultan terlepas dari pergelangan tanganku.
"Bukan urusan kamu!" Lanjutku lalu melanjutkan perjalananku.
Namun ketika mendengar ujaran sultan selanjutnya membuat aku menghentikan langkahku dan langsung berbalik melihat kearahnya. "Ternyata benar kata bunda mu, kamu memang tidak bisa mengucapkan terimakasih" sindir sultan dengan gaya sok gantengnya.
Aku kembali berjalan menghampirinya. "Apa katamu? Nggak bisa mengucapkan terimakasih?"
"Kalau kamu ingin membantu, usahain ikhlas tulus dari hati. Jangan mengharapkan yang lebih dari oranglain, itu namanya nggak ikhlas!!" Semprot ku.
"Yang di tolongin juga setidaknya harus tau diri" balas Sultan.
"Oke kalau memang itu kemauan mu" ku majukan lagi langkahku menghampiri Sultan sehingga membuat jarak diantara kami berdua hanya satu jengkal.
"T. E. R. I. M. A. K. A. S. I. H" Ucapku dengan sengaja menekan setiap suku kataku.
Sultan menyeringai. "Gue gak mau menerima ucapan terimakasih lo"
"Terserah kamu aja deh, mau kamu terima atau tidak, itu urusan mu. Intinya aku udah ngucapin terimakasih!" Lama-lama ngomong dengan ni anak bisa-bisa membuat kepala ku pecah karena harus terus-terusan berdebat denganya.
Ku putuskan untuk melanjutkan perjalananku. "Rel, tunggu.." Tiba-tiba makhluk yang bernama Sultan ini sudah berada di depanku. Dan mau tak mau akhirnya ku hentikan lagi langkahku. "Ngapain lagi?" Tanyaku dengan malas.
"Oke, oke. Gue akan menerima ucapan trimakasih lo itu, tapi dengan satu syarat" Sultan tersenyum jenaka. Kalau sudah seperti ini firasatku mulai tidak enak.
Ku tarik nafasku sedalam-dalamnya kemudian menghembuskanya dengan sekali helaan." Sekarang kamu minggir, karena aku mau lewat" ujarku sedikit sopan.
"Lo harus ikut gue!" tiba-tiba tangan sultan sudah berada di pergelangan tanganku. Memaksaku supaya ikut bersamanya.
"Hei, woi! Kamu mau ajak aku kemana woi!" Aku memberontak berusaha melepaskan cekalan tangan Sultan di tanganku.
Namun apa daya, sesusah apapun aku berusaha melepaskan cekalan tangan Sultan dari tanganku, tetap tidak akan bisa. Karena jumlah tenaga Sultan akan lebih besar dari tenagaku.
"Lepasin nggak! Atau aku teriak" ancamku.
Sultan menyeringai lalu memasuk paksakan aku kedalam mobilnya. Rasanya aku seperti seorang tawanan penculikan.
Aku memberontak. Berusaha membuka pintu mobil.
Namun usahaku nihil karena pintu mobil Sultan sudah duluan dikuncinya.
"Sultan!! Bukain pintu mobilmu atau aku teriak sekarang?!" Ancamku.
Lagi-lagi Sultan menyeringai ." Teriak aja kalau lo bisa, " ucap Sultan lalu menjalankan mobilnya meninggalkan tempat parkiran kampus.
"Sultannnnnn!!!!"
Udah lama ya nggak lanjutin cerita ini. Hehehe
Abis sekarang aku sudah sibuk sih. Udah dapat kerjaan baru soalnya😊
Manteman, doain ya semoga aku betah kerja di tempat baruku ini. Aminnnn
Ohya, disini ada yang kangen gak sama cerita ini? Kalau ada, cus angkat telunjuk ke atas😄
Hahahahahaa, yaudah deh jangan lupa tinggalkan jejak kalian di sini ya. Sama satu lagi, berikan komentar kalian juga.
Next part oke
Salam manis Boy Satria😘😘😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Calon Imam
Spiritual"Ku tuliskan sebuah pesan untukmu wahai calon imamku." -Dear calon imam.