29. KETEMU

341 28 5
                                        

Aku duduk di pinggir kasur, sembari mendengar alunan sholawat dari handphoneku, seketika mataku tertuju dengan sebuah frame yang terletak di meja dekat kasurku.

Seulas senyuman tercipta di bibirku. Ku usap foto tersebut sambil mengingat-ngingat kenangan yang pernah ada.

Ku hembuskan nafas pelan. Tak terasa sudah satu tahun kak Syauqi meninggalkanku. Jujur, aku merasa kehilangan. Kak Syauqi benar-benar pergi, dia benar-benar hilang. Sudah berbagai cara ku coba untuk menghubunginya, namun tidak satupun cara berhasil.

Sudah setahun lebih aku tidak pernah bertemu kak Syauqi, sudah setahun lebih aku tidak pernah mendengar suara kak Syauqi, sudah setahun lebih aku tak pernah bermain bersama kak Syauqi lagi. Jujur aku rindu dengan semuanya kak, rindu dengan usilan kakak, rindu dengan candaan kakak yang garing.

"Kakak kapan pulang? Urel kangen kakak" ucapku lirih.

Ku rebahkan tubuhku di kasur, merentangkan kedua tanganku hingga membentuk bintang besar. Ku lihat langit-langit kamar.

Aku ada namun terasa kosong, hatiku sudah ada yang mengisi namun terasa hampa. Ya Allah perasaan apa ini.

Sekarang orang-orang terdekatku terasa sangat jauh. Kak Devan dan Ayana susah tinggal di rumah pribadi mereka yang berada dekat dengan tempat kerjaan kak Devan.

mereka sudah punya kehidupan, tidak mungkin aku se leluasa dulu ketika ingin bermain dengan mereka. Apalagi sekarang sudah hadir sosok pahlawan kecil di kehidupan mereka.

Sekarang aku hanya punya Abi, bunda, Sultan, dan yang pastinya Allah.

Namun sekarang Sultan sibuk, setelah kami berdua memutuskan untuk ta'aruf bulan lalu, Sultan jadi sangat sibuk. Mengelola bisnisnya yang alhamdulillah sedang meroket.

Hari-hari ku lalui terasa sangat membosankan. Selain menemani bunda kepasar, aku juga diajari bunda masak. Katanya nanti ketika aku udah jadi istri. Aku harus pandai masak supaya suami jadi betah dirumah. Padahal dirinya sendiri sangat rajin sekali masak, tapi Abi sangat jarang dirumah. Itupun hanya seminggu sekali Abi berada dirumah karena harus sibuk dengan pesantren.

"Urel.." panggil bunda.

"Iya bund" jawabku.

"Ikut bunda ke supermarket yuk?" Ajak bunda kepadaku.

"Oke oke, Urel siap-siap dulu"

Aku langsung bergegas untuk siap-siap. Tak butuh waktu lama untukku. Dalam hitungan menit aku sudah siap. Sebentar ku patutkan diriku di depan cermin.

Merasa sudah oke aku langsung kelua r dari kamar menghampiri bunda.

"Udah siap?" Tanya bunda begitu aku berhasil menghampirinya.

Aku tersenyum. "Udah" jawabku.

Bunda membalas senyumanku dan langsung mengajakku pergi.

Sesampai di supermarket bunda mengajakku membeli perlengkapan rumah. Mulai dari mecari benda-benda sesuai di daftar yang sudah bunda catat di buku kecil. Sampai membeli beberapa sayur dan buah buahan. Intinya satu kata yang kusimpulkan untuk hari ini. Lelah!

Ku senderkan punggungku di kepala kursi, meminum minuman yang sudah ku pesan tadi.

Bunda masih di dalam supermarket, katanya belanjaannya masih ada yang kurang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear Calon ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang