25. TRAKTIR

1K 60 5
                                    

Ada seribu pertanyaan yang sudah bercabang di kepalaku dan siap ku lontarkan kepada kak Syauqi.

Namun seperti balon yang di tiup semakin membesar lalu meletus begitu saja dan menghasilkan bunyi door. Begitulah aku saat berhasil menemui kak Syauqi.

Pertanyaan yang semula sudah mengumpul di kepalaku dan siap ku lontarkan kepadanya. Malah satu kata saja yang berhasil terucap dari bibirku.

"kakak lulus? "

Kak Syauqi yang baru saja keluar dari sebuah ruangan yang ku tebak ruangan itu adalah ruangan khusus yang di pakai mahasiswa dan mahasiswi semester akhir untuk sidang. Terlihat wajahnya menekuk. Kentara sekali seperti orang kecewa.

Kak Syauqi menyunggingkan senyuman tipis. Tipis sekali sampai-sampai aku menunggu-nunggu jawabanya.

"kakak.." dia menggantungkan kalimatnya. Dadaku berdetak dua kali lipat menunggu kak Syauqi menjawab. Jangan bilang kalau kak Syauqi tidak lulus.

"kakak.. Gak.. " kak Syauqi menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskanya dengan sekali helaan.

"Kakak gak akan ikut wisuda tahun depan, Rel" wajahnya yang semula layu kini berubah menjadi ceria.

Tanpa sadar aku meloncat kegirangan sembari bertepuk tangan ria.

"jadi kakak lulus? "

"iya, Rel"

"horeeee. Selamat ya kak..!" aku bersorak heboh. Tidak peduli dengan banyak orang menatap aneh kearahku.

Kak Syauqi tertawa pelan menanggapi. "iya iya.. " jawabnya.

"selamat ya bro" Sultan mengulur tanganya kerarah kak Syauqi. Dan di sambut kak Syauqi dengan senyuman ramahnya."thanks bro!"

"kakak jadi kan traktir?" tanyaku dengan sorot mata yang berbinar.

Kak Syauqi meneloyor kepalku. "aww" aku meringis lalu menatap kak Syauqi dengan tatapan jengkel.

"giliran makan aja ingat" kata kak Syauqi di iringi kekehan kecil.

Aku memanyunkan bibirku. Tanpa sadar ternyata kak Syauqi dan Sultan sama-sama menatap ku dengan senyuman yang tertahan.

"ngapain liat Urel begitu?! "pertanyaanku barusan sukses membuat keduanya buru-buru mengubah ekapresi mereka.

"yaudah yuk kita makan" ajak kak Syauqi.

Kemudian aku, kak Syauqi, juga Sultan berangkat menuju rumah makan yang di sebutkan oleh Sultan tadi yang katanya menyediakan makanan paling enak di kota ini. Terlebih bakso khususnya.

"lu yakin ini tempatnya? "tanya kak Syauqi saat kami bertiga berhasil berhenti di sepan sebuah perumahan sederhana yang sengaja di sulap menjadi sebuah warung.

Sultan mengangguk. "iya ini tempatnya"yakinnya.

Kak Syauqi memarkirkan mobilnya di lahan kosong depan warung tersebut. Selesai. Aku, kak Syauqi dan Sultan kemudian keluar dari mobil.

Sebelum masuk ku pandangi terlebih dahulu warung tersebut secara saksama. Bentuknya sederhana, berdinding papan-papan kayu dan di beri cat berwarna biru. Ada baleho menggantung di depannya bertuliskan" Rumah makan ambawara. Kelejatan nusantara tiada duanya" di samping kata-kata tersebut terpajang foto seorang pedangdut indonesia, Inul Daratista sembari mengangkat jari jempolnya seolah-olah menjadi endorse dari warung makan tersebut.

Aku tersenyum. Memang ya, kelakuan orang-orang di negri ini tu unik-unik, lucu-lucu serta ada-ada saja tingkahnya.

"yuk masuk? "Sultan mendahului, kemudian di ikuti olehku dan kak Syauqi.

Dear Calon ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang