20. UCAPAN

1.3K 74 1
                                    

"Sebelum membaca aku mau nanya dulu nih ke kalian. Gimana sih menurut kalian cerita ini? Aku butuh saran kalian, ku mohon tolong bantu aku. Aku ingin tau seberapa gereget sih kalian dengan cerita ini. Menurut kalian cerita ini layak terbit gak? Trus kalian sukanya pas adegan apa di cerita ini? Sejauh ini kalian udah jatuh cinta belum sama karakter-karakter yang ku buat? Aku juga ingin tau kenapa kalian suka cerita ini. Sebutin juga kekurangan serta kelebihan cerita ini. Aku butuh banget jawaban kalian buat referensi ku kedepanya. Lagi-lagi ku mohon bantu aku yah😊

Selamat membaca...





Keasikan bareng bunda Zahra di dapur sepertinya membuatku lupa bahwa jarum pendek jam sudah menunjukan pukul 17: 49.

Kumandang adzan magrib seketika terdengar menggema ke seluruh jagat raya. Seruan Allah kepada umatnya terdengar mengalun indah dari indra telinga.

Sultan keluar dari kamarnya; lengkap sudah dengan pakaian koko-nya, celana tissue hitam panjang, tak lupa peci hitam dengan sedikit motif emas di bagian lingkaran bawahnya yang sudah bertengger manis di kepalanya.

"bunda, Rel. A'an pergi ke masjid dulu ya? " pamitnya kepadaku dan bunda yang tengah sibuk dengan pekerjaan kami masing-masing.

"iya An.. Hati-hati.." bunda Zahra berbicara setengah berteriak. Karena suara minyak yang ada di kuali berdecik sangat keras. Tebak saja bunda Zahra sedang menggoreng ikan.

"hm," responku masih berkutat dengan pekerjaanku. Aku menyeka air dimataku. Efek mengupas bawang ternyata berhasil membuat cairan bening di mataku jatuh.

Walau dengan mata yang berair. Sudut mataku tetap meneliti kepergian Sultan. Aku tersenyum menatap punggung cowok itu yang kian menjauh.

Bunda Zahra berdehem. Aku terlonjak buru-buru mengalihkan pandanganku lalu melanjutkan pekerjaanku. Duh.. Sepertinya bunda Zahra menyadarinya.

"gitu tu, semenjak pacaran sama kamu, A'an jadi semangat banget belajar ilmu agama." bunda Zahra mulai bercerita.

"sholat nggak pernah telat, setiap kajian dia paling antusias mengikutinya, kegiatan yang berkaitan dengan agama pokoknya dia paling bersemangat untuk ikut. Bunda jadi sangat bersyukur sekali sama Allah karena telah mengirimkan wanita sepertimu nak, karena kamu sikap A'an jadi semakin baik, makasih ya nak" bunda Zahra mengakhiri ceritanya dengan tersenyum kepadaku. Aku ikutan tersenyum membalasnya.

"tau nggak? Pernah satu malam bunda sama ayah di kagetkan dengan suara benda aneh dari kamarnya A'an. Trus pas bunda sama ayah cek kekamarnya ternyata itu suara alaram handphonenya yang sengaja ia stell keras-keras supaya bisa bangun subuh" bunda Zahra tertawa menceritakan kisahnya.

Aku yang mendengar itu ikutan tertawa. Kebayang gak kalau alarm itu di stell dekat telingaku, mungkin handphonenya sudah tak berwujud ku lempar ke sembarang arah.

"yang ini satu, bunda juga pernah nak di kagetkan A'an pas malam.. malam Apa ya? Pokoknya malam itu bunda lagi mau kedapur ngambil kaca mata bunda yang ketinggalan di atas kulkas. Trus pas bunda nyalain lampu, tiba-tiba bunda hampir aja teriak gara-gara liat A'an duduk di situ(bunda Zahra menunjuk meja makan mereka) sambil makan tengah malam. Trus pas bunda nanya dia lagi apa, dia bilang mau puasa senin kamis" lagi-lagi bunda Zahra tertawa menceritakan kisah anak sematawayangnya itu.

Aku jadi semakin kencang tertawa.

"semenjak dekat sama kamu pokoknya A'an jadi seratus delapan puluh derajat berubah, dia jauh lebih baik dari sebelumnya. A'an itu hoby balapan. Bunda bingung ngelarangya dengan cara apaan. Tapi semenjak dekat dengan kamu bunda liat A'an jadi nggak pernah balapan lagi. Dia jadi di sibukkan dengan kegiatan yang mengarah ke agama. Lagi-lagi bunda ngucapin makasih ya nak karena kamu A'an jadi jauh lebih baik" bunda Zahra tersenyum penuh makna.

Dear Calon ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang