17. AKUR

1.5K 78 1
                                        

Jam kuliah berakhir bersamaan dengan kumandang Adzan Ashar di sore ini. Satu persatu penghuni kampus mulai keluar dari kelasnya, banyak tipe mahasiswa dan mahasiswi di kampusku ini; ada yang memilih melaksanaakan kewajibanya, ada yang memutuskan pulang kerumahnya, ada yang memilih pergi entah kemana, bahkan ada yang memilih menunggu di kampus untuk mengerjakan tugasnya. Aku sendiri berada di tipe yang pertama. Lebih memilih melaksanakan kewajibanku sebagai seorang muslimah.

Aku mengajak Arafa. Namun Arafa tidak bisa, dia bilang dia sedang kedatangan tamu bulanan.

Setelah berpamitan dengan Arafa, aku turun kelantai dasar dan langsung berjalan menuju masjid kampus.

"Rel, " seseorang memanggilku saat kakiku baru saja menyentuh lantai dasar.

Aku berhenti lalu menoleh kearah sumber suara. Kak Syauqi berjalan menghampiriku. "mau ke masjid ya? "tebaknya saat langkahnya sudah tiba dihadapnku.

Aku mengangguk.

"barengan yuk? "ajaknya. Lagi-lagi aku mengangguk. "boleh" ujarku.

Di tengah perjalanan lagi-lagi aku harus menghentikan langkahku saat seseorang memanggilku. "Aurel..! " dari jauh Sultan berlari menghampiri kami.

Aku mengrinyit heran, begitu juga dengan kak Syauqi.

Sesampainya Sultan kemudian menundukkan tubuhnya untuk menetralisirkan nafasnya yang tak teratur. Efek lari-larian membuat nafasnya tidak terkontrol.

Sultan menegakkan tubuhnya kembali. Nafasnya bisa di bilang belum terkontrol dengan sempurna. Lihat saja, bahkan bernafas saja dia masih ngos-ngosan. Dadanya naik turun dengan cepat. Penampilanya bisa di bilang berantakan, keringat bercucuran di dahinya, kusut, rambutnya sedikit acak-cakan. Walau seperti itu tetap saja dia terlihat keren.

Astagfirullah. Apa-apaan sih aku!

"m-mau k-mana? "tanyanya tersengal-senggal.

"mau ke masjid! Lo mau ngapain?! "kak Syauqi berbicara amat ketus.

"gue nanya Aurel, cuy, kok lo yang ngegas? " balas Sultan tak mau kalah.

"nantang lo ya?!" kak Syauqi maju satu langkah menarik kerah baju Sultan. Sementara Sultan tetap gentar berdiri di pijakanya sembari menatap kak Syauqi dengan tatapan tajamnya.

Ku hembuskan nafas berat sebelum berucap. "kalau mau berantem jangan di sini. Malu di lihat yang lain." setelah mengucapkan kalimat itu, akhirnya ku putuskan untuk beranjak pergi.

"Rel.. Rel.. Tungguin.. "dengan sangat cepat kak Syauqi dan Sultan menyusulku lalu menahan langkahku.

Aku menengadah, menatap dua sosok manusia menjengkelkan yang ada di depanku saat ini.

"ngapain lagi?! "ketusku.

"yuk sama kakak ke masjidnya" tawar
Kak Syauqi sembari tersenyum.

"gue ikut ya Rel? "ujar Sultan yang spontan mendapat respon negatif dari kak Syauqi. "gak! Gak! Kamu gak diajak! "larangnya.

"apaan sih lo, gue ngomong sama Aurel kok" balas Sultan tak mau kalah.

Lagi. Dan lagi aku harus memutar malas bola mataku melihat kelakuan dua manusia yang paling menjengkelkan ini. Kenapa keduanya tak pernah cocok.

"udah cek coknya? Kalau udah Urel bisa minta tolong kepada abang-abang ini supaya minggir sebentar, karena Urel pengen ke masjid, mau sholat." sindirku.

Hening sebentar.

"okedeh, kita berdua bakalan berhenti berantemnya, asalkan lo jangan ngambek lagi" Sultan menyikut lengan kak Syauqi, "iya gak bro?" lanjutnya.

"yo'i" ujar kak Syauqi kemudian keduanya kompak saling merangkul lalu menyunggikan senyuman lebar.

Aku ikutan tersenyum. Senang rasanya melihat kedua manusia nyebelin plus ngeselin bisa akur seperti itu. "nah gitu dong. Kan senang liatnya kalau akur" ujarku. Kemudian kami bertiga berjalan bersama menuju masjid kampus.

Sesampainya kami bertiga kemudian berpisah ditempat pengambilan wudhu. Karena letak tempat wudhu laki-laki dan perempuan berbeda; Dimana letak tempat pengambilan wudhu laki-laki berada di sebelah kanan-berdampingan dengan pintu masuk khusus untuk mereka. Dan letak milik kami perempuan berada di sebelah kiri-bertepatan dengan arah pintu masuk kami.

Usai wudhu segera ku ambil mukena putih yang ada di lemari masjid. Kebetulan di masjid kampus semua fasilitas sudah di siapkan, jadi kita tidak perlu repot-repot harus membawa barang-barang.

Beserta itu pula iqamah di kumandangkan. Masing-masing orang mulai merapatkan shaff nya untuk melaksanakan sholat.

********

Seusai sholat segera ku bereskan barang-barangku kembali lalu menaruhkan perlengkapan sholatku di lemari masjid.

Begitu keluar dari masjid, Kak Syauqi dan Sultan langsung menghampiriku. "Rel, mau langsung balik? "tanya kak Syauqi.

Aku mengangguk.

"barengan yuk? "tawarnya.

"Urel kan berangkat tadi bawa motor" jawabku.

"oh iya" kak Syauqi baru menyadari, "atau gini aja, Urel ikut kakak, trus motor Urel biar Sultan aja yang bawa, gimana? " lanjutnya memberi ide.

"gak. Gak! Gue gak setuju! "spontan Sultan langsung angkat bicara.

"gini aja, Aurel pulangnya ikut gue, trus lo bawa motornya? "lanjut Sultan tak mau kalah.

"ya gak bisa gitu dong" kak Syauqi tak terima.

"udah-udah, gini aja. Urel pulangnya sendiri. Terus Sultan sama kak Syauqi pulangnya bareng" aku menengahi sembari memberi senyuman yang lebar pada keduanya.

"gak!" lagi-lagi keduanya kompak mengatakan tidak. Aku langsung tertawa.

"yaudah, Urel mau pulang dulu. Ohya, kak Syauqi mau ngehadirin acara kajian di masjid Nurul Huda itu kan? Berangkatnya jam berapa? Sama siapa? Jangan lupa bawa Sultan juga. Urel duluan balik? Assalamualaikum.. "setelah mengucapkan salam aku langsung beranjak pergi.

Tanpa ku sadari ternyata Sultan senyum-senyum sendiri melihat kepergianku. Entah apa yang merasuki anak itu.








Yey, akhirnya update juga. Ada yang kangen?

Maap banget buat para pembaca yang udah setia nungguin cerita ini. Aku sungguh minta maap karena jarang-jarang ngelanjutin cerita ini, habis aku juga punya pekerjaan yang mengharuskanku sangat jarang menyentuh hp. Ini aja di sempatin pulang kerja baru nulis lanjutan cerita ini. Tapi tenang saja. Aku janji pasti aku akan selalu update kok cerita ini, hanya saja perlu waktu:)

Cerita ini akan aku selesaikan kok, kalian tenang saja.

Ohya, aku minta tolong sama kalian boleh? Tolong rekomendasikan juga lah cerita ini sama teman-teman, keluarga, pacar, sahabat, atau siapapun itu buat mampir di cerita ini. Siapa tau mereka suka😁

Ohya sama jangan lupa juga buat kasi bintang dan komentarnya juga.

Assalamualaikum semua...
Sampai jumpa di eps selanjutnya.

Salam manis Boy Satria.








Dear Calon ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang