2. KELAHI

6.7K 193 3
                                    

Ku rebahkan kepalaku pada bangku universitas. Sambil memejamkan mataku, berharap rasa pusing di kepalaku segera hilang.

Baru saja menjadi mahasiswa baru, tugas-tugas kuliah sudah menumpuk. seperti tumpukan karung beras yang ada di toko sembako.

Tapi menurutku agak mendingan lah tugas kuliah awal semester ini dari pada pelajaran sewaktu aku masih menempuh pendidikan di Madrasah Aliyah dulu. Semua mata pelajaran; mulai dari Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Akidah Akhlak, Fiqih, Qur'an hadist dan masih banyak lagi pelajaran yang harus di pelajari, sehingga membuat kepala mumet karena harus membagi pikiran.

Tidak seperti di bangku perkuliahan ini, kita hanya di beri pelajaran yang berkaitan dengan jurusan yang kita ambil. Aku sendiri mengambil jurusan pendidikan agama islam di universitasku tersebut. Aku ingin seperti ayahku, menjadi tenaga pendidik di pesantren yang ia pimpin.

Pernah gak mendengar pernyataan bahwa Indonesia belum memiliki sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia penduduknya secara optimal. Aku sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Andai setiap orang di berikan pendidikan yang sesuai dengan minat bakatnya, pasti akan lahir para profesional-profesional di bidangnya masing-masing. Mengingat minat dan bakat tiap anak berbeda-beda, sudah sewajarnya bukan, kurikulum pelajaran di bangku sekolah mampu mengarahkan siswanya untuk mendapatkan mata pelajaran sesuai dengan potensinya masing-masing.

Aku pernah membaca istilah. lupa dimana, katanya jago matematika pintar, jago main bola bodoh.

Menurutku hal seperti itu sangat lumrah untuk kita temui di era sekarang ini. Bahkan menurutku konsep itu sangat betul.

Kenapa? Karena guru hanya terfokus pada kemampuan anak yang jago matematika dan di dukung oleh banyak orang untuk ikut olimpiade. Lalu anak yang jago main bola hanya di dukung oleh teman-temanya saja. Betul?

Aku rasa seorang Cristiano Ronaldo tidak harus memecahkan rumus kalkulus agar bisa menjadi pesepak bola handal. Seorang Syahrukhan tidak harus menghafal sistem priodik
Unsur agar menjadi aktor bollywod terkenal. Juga Ibnu sina pun tidak harus di tuntut untuk memecahkan hukum helmholzt agar menjadi seorang filsuf hebat. Begitupun dengan imam Hambali, Imam Maliki, Imam Syafi'i, Imam Hanafi juga tidak di haruskan untuk mempelajari tentang nama-nama organ pada manusia agar bisa menjadi imam-imam besar dalam islam.

Di dunia nyata, kita membutuhkan orang-orang yang profesional dalam bidangnya, sedangkan menurutku pelajaran di sekolah saat ini terlalu random. Nggak jelas arahnya. Itu lah sebabnya berani ku katakan pelajaran di tingkat sekolah menengah atas itu sangat berat.

"Rel, Rel" sebuah suara yang sangat halus berhasil membangunkan tidurku.

Baru saja aku ingin memejamkan mata, kini mataku terbuka secara perlahan, bersitatap dengan manik mata berwarna hitam pekat yang lagi menatap kearahku. Walau pun berbicara di balik cadarnya, aku dapat mengenali siapa itu. Itu adalah Ayana. Salah satu teman dekatku.

Aku melenguh sembari mengerjapkan mataku beberapa kali. " Ada apa Ay?" Tanyaku lesu.

"Kak Syauqi berkelahi Rel, " bisik Ayana nyaris tak terdengar. Namun aku dengan kekuatan pendengaran ku yang super tajam dapat dengan jelas mendengar hal itu.

Mataku melebar dengan sempurna. "Kak Syauqi berkelahi?" Ulangku sembari langsung menegakkan tubuhku.

Ayana mengangguk.

"Dimana??" Refleks suaraku meninggi. Seluruh mahasiswa-mahasiswi yang ada di ruangan ini melihat kearahku aneh.

"Di depan fakultas syariah Rel" ujar Ayana.

Aku langsung beranjak dari bangkuku kemudian keluar dari kelas seraya berlari menuju fakultas syariah.

Begitu sampai, ku lihat seluruh orang sudah ramai di depan fakultas syariah. Berkerumun membentuk sebuah lingkaran seperti rombongan semut yang berebut gula.

Segera ku hampiri rombongan tersebut, menyelip diantara banyaknya orang agar bisa sampai pada titik tengah.

Seseorang dengan membabi buta menghajar habis-habisan wajah dan perut kak Syauqi. Begitupun sebaliknya, kak Syauqi pun tidak mau kalah. "Kak Syauqi!" Sontak aku terkejut bukan main melihat itu.

Aku berusaha melerai, namun karena kekuatanku tidak sebesar kekuatan dua laki-laki yang sedang berkelahi- itu. Alhasil tubuhku tersenggol oleh lengan seorang pria yang berkelahi dengan kak Syauqi, sehingga membuat tubuhku terhuyung. Jatuh terpental di lantai. Beserta itu pula suara orang-orang semakin heboh.

Keduanya sama-sama memberhentikan perkelahianya dan kini beralih melihat kearahku. Aku agak sedikit heran melihat seorang laki-laki yang berkelahi dengan kak Syauqi. Itu Sultan. Dasar anak itu!

Dapat ku lihat ekspresi terkejut yang terpancar dari wajah kak Syauqi. "Aurel..!" Kak Syauqi dengan sigap berjongkok di sampingku.

"Kamu gak papa?" Tanya kak Syauqi khawatir. Aku menatapnya marah. Dapat ku lihat sudut bibir kak Syauqi berdarah-darah, pipi kananya sedikit membiru, dan kondisinya sekarang sungguh berantakan.

Kini tatapan kak Syauqi beralih melihat laki-laki yang berkelahi denganya. Tatapanya tajam seperti siap membunuh. "Lo..!!!!" Wajah kak Syauqi berubah menjadi merah padam. Dadanya naik turun dengan cepat. Sepertinya emosinya sudah memuncak.

Kak Syauqi berdiri hendak meninju laki-laki yang jadi lawanya. Namun aku segera mencegahnya dengan berteriak, "Berhenti!!!" Aku sudah tersulut emosi. Dadaku naik turun dengan cepat. Segera aku beranjak dari duduk ku seraya menarik lengan kak Syauqi menjauh.

"Kakak kenapa berantem sih?!" Tanyaku to the point.

"Kakak gak bisa terima Rel jika ada laki-laki yang ingin menjatuhkan harga diri perempuan" jawab kak Syauqi.

"Kamu lihat itu!" Tatapanku kini beralih mengikuti arah tunjuk kak Syauqi. Terlihat di sana seorang wanita sedang duduk menangis sembari mengatupkan wajahnya dengan tanganya.

Aku tahu wanita itu siapa. Dia adalah Najla-mantan kekasih dari Sultan-laki-laki yang tadi berkelahi dengan kak Syauqi.

"Dia hampir di lecehkan oleh laki-laki brengsek ini Rel" kak Syauqi menunjuk-nunjuk Sultan. "Kakak gak terima akan hal itu, makanya kakak berkelahi dengan dia" lanjut kak Syauqi.

"Pelecehan?! Jelas-jelas ini fitnah!" Sultan mulai bersuara, membela dirinya sendiri.

Mataku kini beralih mentap Sultan dengan tajam. Dasar anak itu, dari dulu sifatnya selalu seperti itu.

Aku maju menghampiri Sultan. "Kamu tahu? Rasulullah, si kekasih Allah saja mati-matian berjuang meninggikan derajat perempuan. kartini, si pahlawan Indonesia, juga mati-matian mempertaruhkan nyawanya demi melindungi hak perempuan. Lalu kamu! Yang kuliahnya saja belum selesai, nggak tahu masa depanya jadi seperti apa, malah berani-beraninya merendahkan harga diri perempuan!" Ucapku dengan sengaja menekan setiap kalimat yang ku ucapkan.

"Awas aja kamu, kalau kamu sampai berani manjatuhkan harga diri permpuan lagi. Kamu akan berhadapan denganku!" Ancamku.

Sultan memutar malas bola matanya. Seperti tidak peduli dengan apa yang ku katakan.

Kini mataku beralih melihat kearah Najla. Dan ternyata perempuan itu sudah tidak ada lagi di tempatnya. Kemana dia?

Ah sudahlah!

Ku tatap kak Syauqi dengan tatapan kasihan. Kondisinya sungguh memprihatinkan.

Tanpa pikir panjang segera ku bawa kak Syauqi keluar dari kerumunan mahasiswa-mahasiswi. Mencari tempat sepi untuk mengobatinya.

******

Jangan lupa berikan komentar dan dukungan suaranya...

Next part..
Salam manis Boy Satria😘😘😘

Selamat malam minggu😊

Update gak menentu

Dear Calon ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang