Pagi-pagi sekali suara hingar bingar notip handphoneku sudah memenuhi bilik kamar.
Dengan mata setengah sadar ku raih benda pipih tersebut.
Tanpa melihat siapa yang menelpon segera ku geser panel hijau di layar utama sembari mengarahkan benda tersebut ke telingaku.
"hallo assalamualaikum" sapaku pertamakali.
"wa'alaikumsalam. Rel kamu dimana?!" Suara panik kak Devano langsung menggema di telinga.
Segera ku jauhi benda itu dari telingaku. Aku menggerutu "astagfirullah kak Devan! Bisa kecilin sedikit gak sih volume suaranya?!"
"Maap maap Rel habis kakak panik banget," sahut kak Devano.
Aku membenarkan posisi jilbabku." Kenapa emang kak?" Tanyaku.
Kak Devano mulai menjelaskan kronologi kejadian. Aku langsung terdiam mendengar cerita dari kak Devano. Seketika banyak pertanyaan mulai bercabang di kepala, kejadian hari itu langsung memenuhi pikiranku.
"sebenarnya kamu milih Sultan atau kakak?! "
Deg. Dadaku berdetak dengan cepat.
Situasi ini yang paling ku takutkan. Memilih dua orang yang sama-sama aku sayang. Sama-sama berperan penting dalam hidupku. Sama-sama berpengaruh besar di duniaku. Aku pernah mengatakan, aku mencintai Sultan namun juga tidak siap untuk kehilangan kak Syauqi. Aku mencintai keduanya.
Bahkan aku paham resikonya suatu saat nanti pasti di antaranya harus ada yang di pilih dan ada yang di lepaskan. Dan inilah saat-saat itu. Saat yang paling mengerikan yang sebelumnya pernah aku prediksikan.
Aku menunduk. Leherku terasa di cekat. Berusaha ku remas jemariku menahan tangisan.
Satu bulir air mataku berhasil jatuh.
"urel" walau dengan suara parau aku berusaha bersuara.
Aku memberanikan diri menatap kak Syauqi dan Sultan secara bergantian.
Melihat keduanya sama-sama menunggu-nunggu jawabanku membuatku semakin deras mengeluarkan air mata.
Jujur aku tidak siap untuk kehilangan salah satu diantara mereka.
"Urel.. "aku berusaha mengontrol diriku.
"Urel pilih-"
"Sultan"
Ada raut wajah kecewa di mata kak Syauqi, tapi ia menepisnya dan berlalu pergi meninggalkan aku tanpa mengucapkan apa-apa.
"Rel? Kamu masih disana?" Ucap kak Devan seketika menyadarkan aku.
Tanpa menjawab pertanyaan kak Devan yang terus terusan memanggil namaku, segera aku berlari kerumah kak Syauqi.
"Kak Syauqi..!!" Teriakku ketika berhasil masuk kedalam rumah.
Bunda Arafa datang menghampiri aku dengan wajah paniknya. "Adek?" "Adek kenapa?"
"Bunda, kak Syauqi dimana?" Tanyaku to the point.
"Di kamarnya lagi-" belum sempat bunda menjutkan ucapanya, aku sudah melenggang pergi menuju kamar kak Syauqi.
Sebelum menuju kamar kak Syauqi, kulihat di ruang tamu koper serta barang kak Syauqi sudah dikumpulkan dan akan siap di bawa.
Aku mengabaikannya dan langsung masuk ke kamar kak Syauqi tanpa permisi.
Begitu pintu terbuka raut wajah kak Syauqi terkejut melihat kearah ku.
Dia memegang sebuah foto di tangannya dan ku yakini itu fotoku.
"Kakak jangan kemana-mana!" Ucapku tegas sembari menahan supaya air mataku tak jatuh.
Dia memasukkan foto tersebut ke saku celananya. "Ngapain kesini?" Nada suara kak Syauqi dingin.
Baru kali ini ku dengar nada suara kak Syauqi sedingin itu.
"Kak, kakak jangan pergi Urel mohon" ucapku memelas.
Kak Syauqi mengambil tas ranselnya dan mau melangkah pergi. Tapi sebelum itu ku rentangkan tanganku di pintu kamar menahannya supaya tidak pergi.
"Minggir" ucapnya.
"Tidak!" Halangku.
"Minggir"
"Tidak!"
Kak Syauqi menghembuskan nafas berat.
"Mau kamu apa sih Rel?"suara kak Syauqi terdengar mengintimidasi.
"Urel mau kakak tetap disini."Tegasku.
"Plis jangan ganggu kehidupan gue Rel, gue capek selama ini dengan tingkah laku Lo! Lo bukan ratu yang segala kemauannya harus diturutin. sadar gak kalau selama ini Lo itu selalu minta di mengertiin tapi Lo sendiri gak pernah merhatiin orang lain!" Suara kak Syauqi meninggi.
"Gue capek Rel dengan semua Ini.!"
Aku tersinggung dengan perkataan kak Syauqi. Namun segera menepisnya .
"Kak, Urel mohon sama kakak jangan pergi ke Amerika. Kakak bisa lanjutin S2 kakak di disini. Plis kak jangan tinggalkan Urel" akhirnya tangisku pecah.
Kak Syauqi menyeringai." Gue juga punya kehidupan Rel, dan asal Lo tau ya Lo bukan matahari yang selalu di itari oleh pelanet-pelanet. Lo juga bukan magnet yang sesuka hati Lo menarik orang untuk selalu hidup bersama Lo!"
"Dan stop hubungi gue lagi! Ohya, semoga Lo dan pacar baru Lo itu hidup bahagia ya" ucap kak Syauqi kemudian berlalu pergi.
Bagaikan sebuah pisau menancap di ulu hatiku, aku tak tau harus berkata apa lagi selain duduk lemas dan menangis.
Apa selama ini aku sejahat itu kepada orang-orang terdekatku?!
Haiiii assalamualaikum para pembaca ku yang ku cintaiii❤️
Maap ya selama itu aku heatus😭
Jujur sejujur jujurnya aku kangen banget sama kalian. Apakah kalian kangen juga sama aku?😂Ohya maap ya part ini pendek banget😁 karena buru buru mau lanjutkan ya. Ini awal yang baik gengs karena mungkin beberapa part lagi cerita ini akan tamat. Makasih ya yang udah setia baca cerita ini dan menjadi pembaca setiaku, aku sayang kalian❤️
Jangan lupa kalau ada pertanyaan tinggal di tanya aJa ya. Barangkali ada pertanyaan kan, ntah itu pertanyaan selama ini aku hilang kemana, kenapa tidak melanjutkan ceritanya lagi, ntah bertanya tentang kesibukan aku😂😂
Ohya part ini belum sempat di koreksi ya soalnya buru buru mau post Karena kangen kalian. Jadi kalian bantu bantu aku ya koreksi kalau ada yang salah😁
Dah sampai jumpa di eps selanjutnya...
Love gengss❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Calon Imam
Spiritual"Ku tuliskan sebuah pesan untukmu wahai calon imamku." -Dear calon imam.