15. PERWUJUDAN

1.7K 89 0
                                    

Setelah berlari cukup jauh, kakiku mulai merasa pegal. Ku hentikan larianku sembari menetralisir debaran jantungku yang sangat cepat. Sepertinya langkahku sudah sangat jauh. Akhirnya ku putuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah kursi kayu yang kebetulan ada di tempat ini.

Ku posisikan bokongku duduk di pinggiran kursi tersebut sembari memijit bagian kakiku yang terasa kebas.

Ku tebarkan pandanganku ke sekeliling arah. Aku nggak tahu saat ini aku dimana, intinya aku hanya ingin mengikuti kemana kakiku membawaku.

Jalanan sudah sepi. Ku hidupkan handphoneku sejenak melihat jam yang ada di layarnya. Sudah pukul setengah sebelas.

Jalanan sudah sangat sangat sepi, suara jangkrik dan angin malam yang berhembus juga ikut menambah kesunyian pada malam ini. Ku lihat sekali lagi lalu lalang motor dan mobil yang semakin sepi. ku berharap barangkali ada taxi atau apapun itu bisa mengantarku pulang.

Sekian lama menunggu, taxi atau kendaraan lain tidak ada satupun yang melintas dari jalan ini. Saat aku hendak memesan Gober atau gojek dari handphoneku, mendadak benda itu mati karena kehabisan baterai.

Menghembuskan nafas berat, lagi-lagi nasib sial menghampiriku. Sekarang aku hanya bisa berdo'a pada Allah S.W.T agar bisa menjagaku dan menolongku.

Sinar lampu tembak dari motor seseorang berhasil membuatku menyipitkan mata. Aku langsung berdiri sembari melambai-lambaikan tangan.

Motor itu menepi, singgah tepat di depanku. "Mas, bisa minta tolong?" Tanyaku ketika sang empu motor berhasil mematikan motornya.

Dari balik helmnya, pemilik motor tersebut melihat kearahku sebentar kemudian mengangguk.

"Tolongin antar saya pulang ya mas?" Pintaku dengan suara memelas. Jujur aku gak kenal dengan pemilik motor itu. Ntah kenapa naluri ku mengatakan bahwa orang itu jujur dan dapat di percaya.

Dia mengangguk.

Aku kemudian naik keatas motor besarnya lalu menaruh tas ranselku di depan sebagai penjarak antara aku dan dirinya.

Sebelum berangkat terlebih dahulu ku jelaskan pada mas pemilik motor jalan menuju rumahku. Dia hanya diam, kemudian menyodorkan sebuah helm kepadaku. Aku menyambut helm tersebut lalu memakaikanya ke kepalaku. "Udah?" Tanyanya.

Aku mengangguk,"udah" jawabku.

Dia menyalakan motornya kembali dan bergegas pergi dari tempat ini.

Di jalanan refleks aku memeluk tas rasnselku saat mas pemilik motor tersebut mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Benar-benar gila. Ingin rasanya ku tegur pemilik motor itu supaya memelankan kecepatan motornya. Namun sungguh tidak tahu diri rasanya bila ku lakukan hal tersebut; sudah di kasi tumpangan malah tidak tahu berterimakasih. Ibarat kata pepatah"sudah di kasi hati malah minta jantung"

"Mas.. kok lurus? Rumah saya ada di simpangan tadi.."kataku setengah berteriak. Aku berbalik kembali melihat persimpangan jalan menuju rumahku yang sudah semakin jauh.

Jantungku memompa dengan sangat cepat. Aku sangat yakin bahwa mas ini mendengarkan penjelasan ku tadi, tidak mungkin dia tuli, dia pasti mendengarnya. "Ya Allah lindungilah aku jika orang ini ingin bermaksud jahat kepadaku" lututku mulai lemas, satu tetes bulir air mataku berhasil jatuh, takut kalau orang ini akan mengapa-apaiku.

"Ya Allah tolong aku" hanya itu yang bisa ku lakukan saat ini.

"Maas? Mas mau bawa saya kemanaa?" Tanyaku lagi. Lagi-lagi dia tidak merespon, dia hanya diam dan fokus mengendarai motornya.

Dia membelokkan motornya saat ada tikungan tajam. "Bunda!" Pekikku ketakutan sambil memejamkan mata.

Tak lama motor itu berhenti. Perlahan ku buka mataku memastikan bahwa motor itu benar-benar berhenti atau malah aku yang sudah tidak bernyawa lagi. "Waaah.. Masya Allah" pujiku saat melihat pemandangan yang ada di depanku saat ini. Semuanya terlihat indah pada malam ini; gedung-gedung malam dengan lampu-lampunya, perumahan penduduk, lampu-lampu di jalanan, kendaraan-kendaraan dan orang-orang yang terlihat begitu kecil. Itu semua terlihat sepurna jika di lihat dari atas sini.

Dear Calon ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang