Siang berganti menjadi malam. Waktu terasa cepat berlalu. Rasanya baru kemarin diriku menginjakkan kaki di universitasku sebagai maba(mahasiswi baru) . Dan sekarang aku sudah berada di semester tiga.Tak terasa ya, tenyata secepat itu jagad mengubah segalanya menjadi masa lalu.
Sekarang aku berada di taman kampus. Duduk di ayunan kecil yang ada di taman sambil membaca buku yang barusan ku pinjam dari perpustakaan.
Akhir-akhir ini aku sendirian. Biasanya selalu ada kak Syauqi atau Sultan yang menemaniku di taman ini. Sekarang mereka berdua sibuk dengan urusannya masing-masing.
Sultan katanya sibuk dengan tugas-tugasnya; Terkadang ia mengirimiku pesan singkat hanya menanyakan apakah aku sudah sholat, belum atau menanyakanku sudah makan atau belum. Sedangkan kak Syauqi, itu jangan di tanya lagi, menjadi mahasiswa akhir memang ribet. Harus mengurus ini, itu, dan apalah. Jangankan untuk mengirimkan pesan singkat kepadaku, melihat batang hidungnya saja sudah sangat jarang sekali.
Aku mengayun-ngayunkan pelan ayunan yang ku duduki. Sambil terus membaca, lama kelamaan aku merasa ayunan yang ku duduki berayun dengan sangat kencang.
Buku yang berada di ganggamanku hampir jatuh. Untungnya dengan sigap aku memegambilnya dengan sebelah tanganku, kemudian sebelah tanganku lagi ku gunakan untuk memegang tali ayunan agar posisiku tetap terjaga. Ayunan semakin kencang membawaku melayang. Jantungku terasa hampir copot dari tampatnya. Dengan susah payah ku telan salivaku lalu dengan berani menoleh pada seseorang yang sudah mendorong ayunanku sekencang ini. Tidak berfikirkah dia kalau aku sampai jatuh dari ayunan ini atau tali ayunan yang ku duduki ini putus?Pasti sangat menyakitkan dan... Memalukan!
Aku menoleh. Bersamaan dengan itu pula senyuman Sultan langsung menyambut tatapan tajamku.
"BERHENTIII..!!" ucapku setengah berteriak.
Sultan melepaskan gengamanya pada tali ayunan.
Nafasku baru bisa lega saat ayunan yang ku duduki sudah tidak mengayun lagi. Aku turun dengan cepat lalu berbalik menghadap kearah Sultan.
"kamu mau mencelakiku, hah! "aku menatap Sultan tajam.
"nggak." jawab Sultan dengan santainya.
"trus.."
"rencananya sih mau ngagetin lo, tapi.. setelah gue pikir-pikir gue nggak tega, takut kalau misalnya nanti lo jantungan"
Jawaban macam apa itu. Jelas-jelas dia sudah membuatku lebih dari jantungan. Dan sekarang dia malah bilang kalau tidak tega melihat ku jantungan.
"pasti kangen kan sama gue" ucap Sultan dengan pedenya.
"...ohya, ada yang pengen gue kasi sama lo," Sultan merogoh isi tas ranselnya mencari sesuatu.
"–ini" Sultan menyodorkan sebuah al-qur'an kecil berwarna emas kepadaku. Aku menyambut benda tersebut sembari menatap Sultan dengan tatapan yang susah untuk ku deskripsikan.
Sultan. Orang dengan Nama itu tercatat dalam hidupku sebagai manusia paling aneh yang pernah ku kenal, tidak! Lebih tepatnya unik. Jika di gambarkan dengan sesuatu, maka akan ku gambarkan dia itu seperti kotak kado yang tidak tahu isi didalamnya apa. susah di tebak dan membuat orang penasaran. Kadang dia bisa menjelma menjadi pelawak untuk menghibur dan membuat orang lain tertawa, kadang juga bisa menjelma menjadi raja yang siapapun akan segan dan patuh kepadanya.
"kalo lo lagi bosan, atau lagi suntuk. Gue minta lo baca ini, karena dengan membaca ini gue yakin lo pasti selalu ingat sama Allah dan selalu ingat sama gue" Sultan tersenyum dengan menampakkan deretan giginya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Calon Imam
Spirituale"Ku tuliskan sebuah pesan untukmu wahai calon imamku." -Dear calon imam.