60. Puncak Puncak Ke Bogor

121 9 0
                                    

Setelah hari itu, semua orang merasa bahagia, kedua orang tua Mei lebih memperhatikannya kali ini, Mei lebih dekat dengan Roi, walau masih belum ada status yang tertera dijalinan kasih mereka, dan Juli dan Andre lebih sangat mesra, mereka berempat saling mendukung satu sama lain.

Dan datanglah masa masa sulit, untuk angkatan Mei dan Juli. Hari ini dan empat hari kedepan, Akan ada Ujian nasional. Yang selalu membuat siswa siswi takut pada hari itu. Tetapi tidak untuk empat sahabat ini, mereka sudah mempersiapkannya hingga matang.

Karena Mereka sering menghabiskan waktu untuk belajar bersama dirumah, dan sering juga mereka pergi ke Mall tetapi juga belajar saat berada di cafe, kata mereka untuk mengganti suasana baru saja.

---

Terlihat dari kejauhan, mading sekolah SMA Pelita sudah penuh dengan beberapa siswa. Semua tampak bahagia, terpancar dari senyum yang mengembang selalu pada siswa siswi.

"Senangnya gua."

"Camping!."

"I'm coming puncak."

"Yeash."

Suara bahagia terdengar dari arah mading. Dengan semangat Roi, Mei, Juli, dan Andre, menuju sumber suara.

Tertempel di mading dengan sebuah kertas putih, yang diisi dengan tinta hitam, berisi pengumuman bahwa siswa siswi kelas 9 dapat mengikuti perjalanan ke puncak, untuk melakukan refreshing setelah melakukan ujian nasional. 

"Ini nih, yang ditunggu tunggu," ucap Juli bersemangat.

"Asyik, sekali kali kan ngerasain suasana alam," kata Mei.

"Okey, kapan kita hunting perlengkapan buat camping?" Tanya Roi, sambil berjalan menjauh dari mading berada, dan diikuti ketiga sahabatnya.

"Emm, kapan ya? Besok? Atau minggu ini?"
Usul Mei.

"Besok aja gimana? Kan kelas 9 free tuh?"

"Gimana Juli sama Andre?"

"Gua sih gak tau lagi ya, tergantung bebeb gua itu mah," jawab Andre dengan wajah polos sambil menyengir. Dan seketika itu juga kepalan tangan Juli sudah mendarat ke lengan berotot Andre.

"Aduh, sakit Beb." Aduh Andre sambil memegangi bekas pukulan Juli dilengannya.

"Salah sendiri."

"Nama ku tuh J U L I, bukan bebeb!" Lanjut Juli dengan wajah ditekuk tetapi kedua pipinya mulai memerah, Merajuk.

"Gak papa kan Yo, Mei?" Tanya Andre. Dan yang ditanya mengangguk kompak sambil menahan tawa yang ingin keluar.

"Jadinya gimana ini? Kalian tengkar aja perasaan." Mei ingin seperti mereka, yang selalu bertengkar tapi manis.

Lihat saja Tangan Andre selalu menyatu dengan tangan Juli.

Tuhan memang menciptakan jari jemari manusia berongga, karena tuhan tahu pasti diantara jari jemari berongga tersebut, pasti terisi oleh jari jemari seseorang yang mencintainya.

Mei ingin jari jemarinya yang berongganya diisi oleh jari jemari seseorang yang pastinya ia cintai, tapi siapa?

Deg. Mei merasakan tangannya digandeng oleh seseorang, otomatis Mei menengok siapa yang mengisi dan memenuhi keinginannya barusan, Roi.

"Kelihatannya gua sama Andre nanti keluar deh, jadi sekalian ya kan Andre?" Jawab Juli, tanpa merasakan adanya perubahan diraut wajah sahabatnya ini.

"Iya."

"Juli mending kita buruan ke kantin deh, itu lihat Mei sama Roi udah mulai kontak fisik." Bisik Andre kepada Juli.

Juli hanya mengangguk dan segera pergi bersama Andre ke arah kantin, meninggalkan Mei dan Roi dalam suasana mereka sendiri.

"Iyo?" Panggil Mei, sambil mengerjapkan ngerjapkan matanya beberapa kali.

"Iya?" Dalam keadaanya yang sama, mereka berdua saling menatap satu sama lain, tanpa bicara lagi.

Ya tuhan jantung Mei detakannya, cepet banget! Gimana ini? Batin Mei, merasa aneh dan nyaman dalam waktu bersamaan.

Tunggu Mei sampe gua siap. Batin Roi.

Setelah kembali sadar Mei segera melepas genggaman tangan Roi, dan segera menyusul Juli dan Andre, yang sudah tak tampak lagi.

"Kok gua ditinggal? Emang nasib kali ya?" Setelah itu Roi langsung menyusul ketiga sahabatnya, sambil tersenyum bahagia.

----

Selamat menempuh ujian nasional kakak kakak kelas 12 :') semoga lancar. Amin!




Mei dan Juli [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang