15. Teletubis

281 26 0
                                    

Bell pulang pun berbunyi, semua siswa siswi meninggalkan kelas termasuk Mei dan Juli.

Tetapi tidak dengan Andre dan Roi yang menatap punggung gadis cantik nan Indah itu.

Semoga aja. Mereka bisa langsung nyelesain masalah dengan kepala dingin batin mereka , Andre dan Roi berdua bersamaan.

"Mei gua... Mau ngomong sama lo." setiap kata yang dikeluarkan Juli, begitu susah untuk dikeluarkan. Walau berhasil dengan menggantungkan setiap katanya.

"Gua... Juga Juli." sama seperti Juli, Mei juga menggantungkan semua kata demi kata yang ia keluarkan.

Terkadang aneh, mereka berantem tapi mudah untuk baikan, walau mereka sama sama gengsi, tapi ketulusan mereka sudah mengalahkan setiap ego masing masing.

Jadi... Setiap masalah yang datang, atau semacam ribut ribut kecil, selalu mereka berdua meminta maaf, mengalahkan ego masing masing.

Sampai akhirnya Mei dan Juli sudah sampai dirumah mereka, secara bersamaan, mereka masuk dan mengganti pakaian nya dengan kilatan saja.

Sesudah mengganti pakaian, Mei dan Juli keluar rumah dan menuju rumah tetangganya. Secara bersamaan lagi.

Terkadang author merasa aneh, dengan sikap Mei dan Juli, kadang ngambek, kadang konyol, kadang gila, kadang lucu, kadang.... Yang lain lah.

Setelah keluar dari pagar masing masing dan berjalan hanya lima langkah.

Langkah mereka terhenti, mereka menatap mata yang ada dihadapanya dengan sendu.

Juli yang langsung peka, segera memeluk Mei yang sudah menangis tanpa isakan.

"Cup cup cup Mei tayang," ledek Juli dengan suara khas bayi. Tetapi masih mengelus elus punggung sahabat yang ia cintai, dan sudah ia anggap adeknya.

"Ju.. li.. Ma.. af," ucapa Mei parau, masih Setia dengan tangisanya.

"Masuk dulu deh kerumah gua," ajak Juli, menarik tangan Mei menuju rumah dan masuk kekamar.

Untung saja hari ini rumah kosong, jadi Juli tidak usah susah susah payah menjelaskan panjang kali lebar kali tinggi. Eh kok rumus matematika sih!.

Setelah sampai dikamar Juli, yang masih memeluk Mei.

Dengan keberanian tinggat Dewi fortuna, Juli mengangkat kepala Mei, yang sedari tadi menunduk. Untuk menatap matanya.

"Kenapa lo?" tanya Juli bingung akan kelakuan Mei.

Dengan takut takut Mei berani menatap mata Juli. "Maaf gua salah, karna gua egois sendiri." semakin tidak mengerti, Juli akan arah pembicaraan Mei.

"Maksudnya?" tanya Juli polos dengan dahi berkerut dan memegang kedua bahu Mei.

"Iish lo, mah jangan godain gua kali!" bentak Mei dengan bibir bawah manyun kedepan.

Sedangkan Juli tertawa terbahak bahak akan bibir manyun. Gemas.

"Jadi kenapa lo minta maaf karna keegoisan lo?" tanya Juli lembut.

Juli yang selalu berbicara apa adanya dan kasar dan... Banyak lagi, tiba tiba berubah karna sahabat tercintanya menangis dalam pelukannya.

Sahabat yang perlu dicontoh. Ngomongin masalah dengan dingin tanpa ada keegoisan diantar sahabat itu.

×××××××××××××××××××××××××××××××××

Ditunggu VOTMENT nya... Kalo bisa sih Wajib! Hehehe, dan jangan lupa follow wattapad aku..

nb : maaf kalo ada typo :')

Mei dan Juli [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang