chap 49

612 66 0
                                    

"Lay gimana rara?" tanya mami alias mama rara ke Lay.

Malam ini lay menelfon mertuanya untuk datang ke rumah buat jemput keyra. Soalnya mamanya Lay sekarang tengah berada di Amerika untuk perjalanan bisnis dengan suaminya.

Lay yang tengah duduk di sofa mengacak rambutnya frustasi. "Dia kayaknya nyembunyiin sesuatu mam, lay juga nggak tau. Dia selalu melamun, Setiap lay tanya kenapa dia suka bilang gapapa" ucap lay menjelaskan.

"Hhh.. Anak itu" ucap mama rara menghela nafasnya. Dan terdengar kalau keyra tengah menangis di kamar. "Lay keyra nangis, biar mama gendong ya? Terus mama bawa pulang" sambung mama rara.

"Eoh... Jangan mam, nanti mama yang repot" ucap lay merasa tidak enak, jika dia merepotkan mertuanya.

"Alah kamu kayak sama siapa aja, gapapa keyra udah mama anggep cucu mama sendiri. Gak ngerepotin kok" ucap mama rara tersenyum kemudian berlalu meninggalkan lay dan ke kamar untuk mengambil keyra.

****-****

Gue mengerjapkan mata, menyesuaikan dengan cahaya yang menerobos masuk lewat jendela menembus gorden putih polos yang tipis. Pusing itu yang pertama gye rasain.

Gue merasakan sebuah tangan melingkar di pinggang gue. Dan gue berbalik badan dan tepat di depan gue dada bidang lay. Entah bawaan dedek bayinya tangan gue menjelajahi wajah lay yang sangat lucu kalau sedang tidur.

Mungkin karena terusik gara gara pergerakan gue, Lay terbangun. "Aku tau aku ganteng" ucapnya Dia hanya membuka matanya sebentar setelah itu dia memejamkannya lagi. Dan gue hanya berdecih dan mengumpat cihh dasar !!

Saat gue mau bangun pelukan lay makin erat, "Bentar gini dulu" ucap Lay dengan suara serak khas orang bangun tidur. Dan Lay makin ngeratin pelukkan nya. Gue langsung mukul dada Lay pake tangan gue.

"Lay kasian debaynya! Jangan kenceng banget yang meluk! " ucap gue sambil mundurin badan agar tercipta kelonggaran jarak antara gue sama Lay.

Lay langsung melonggarkan pelukannya. "Ehh.. Iya. Maafin ayah ya sayang" ucap Lay sambil ngelus perut buncit gue. "Sayang! Debaynya nendang! " mata Lay langsung terbuka sempurna. Dia keliatan seneng banget.

"Lay ponsel aku kemana ya? " tanya gue saat sadar kalau ponsel gue ga ada di nakas.

"Eh.. Itu.. Ehm.. Di bawa chanyeol" ujar lay.

Mampus! Nanti kalo psikopat gila itu ngirim pesan ancaman lagi bisa payah! Lay tiba tiba meluk gue. "Sebenarnya apa yang kamu sembunyikan sayang? Hmm?" ucap lay sambil ngelus kepala gue. Dan mencium pucuk kepala gue berkali-kali. Dan itu ngebuat gue jadi nangis. Cengeng! Iya gue emang cengeng.

"Kenapa kamu gak cerita?" tanya lay dan gue cuma diem, gak jawab. "Jangan di pikir sendiri. Berbagi sama aku" ucap lay lagi tapi gue masih diem gak jawab lagi, kemudian lay menghela nafas berat. "Hhhh..Ayo cerita sama aku, aku serasa ga berguna jadi suami kalau kamu kayak gini" ujar lay lagi.

Entah kenapa gue malah jadi nangis kalau nginget masalah ini,"Lay... Ka-hiks.. Kamu inget ju-june? " ucap gue terbata bata. Lay kembali mengelus kepala gue. Mencoba buat menenangkan gue.

"Iya.. Aku tau. Dia yang waktu itu nyeret,eh bukan narik kamu kan?" ucap Lay. Ternyata dia inget.

Gue mangangguk. "Dia... " gue menceritakan semuanya ke Lay. Jujur gue takut banget, takut kalo June bener bener ngelakuin rencananya. Dan bisa mengancam keluarga gue. Karena dari dulu june gak pernah main-main sama omongannya.

"Si-" lay hampir aja mengumpati June. Dan gue langsung menempelkan jari telunjuk gue di bibirnya. "Sstt" ucap gue.

"Sejak kapan itu?"

Lay Zhang - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang