2.Akaemje

2.4K 290 19
                                    

Sebelum membaca, kalian bisa klik tanda bintang di pojok kiri bawah ponsel kalian. Cukup sederhana dan itu saja sudah membuat ku bahagia:'v

Seorang gadis nampak masih memejamkan matanya. Tubuhnya yang lemah masih setia menempel di tempat tidur.

"Ehmm",gadis itu mengerutkan dahinya saat merasakan pusing pada kepalanya. Tak hanya itu, sudut bibirnya pun terasa perih.

" Bi..",lirih Shania. Suaranya begitu pelan, namun naluri sang Bibi memang sangat kuat terhadap Shania. Wanita paruh baya itu membuka pintu kamar Shania kemudian langsung menghampiri Shania .

"Bibi udah duga kalau nona bakal sakit , jadinya bibi cepet - cepet ke sini",ucap sang bibi, Vera. Ia membawa baskom berisi air hangat serta handuk kecil untuk mengompres Shania.

" Nona demam. Gak usah sekolah dulu ya?",Shania hanya mengangguk, tubuhnya memang terasa begitu lemas. Berbicarapun rasanya sulit.

"Bi, suruh pak Irwan bikinin surat izin aku ya. Keterangannya izin",ucap Shania pada sang Bibi yang baru saja meletakkan handuk kecil itu di atas dahi Shania.

" Kenapa gak sakit aja Non?",Tanya sang Bibi.

"Ada seseorang disana yang peduli sama aku. Aku gak mau dia khawatir",ucap Shania sambil tersenyum.

" Hmm baik non. Setelah itu Bibi buatin bubur mau?",Shania hanya mengangguk.

Saat pintu itu tertutup, air mata Shania mengalir. Mengingat betapa kejamnya papanya semalam yang tega menamparnya tiga kali.

Tapi ia mengesampingkan itu. Air mata ini justru tertuju pada sang bibi. Ia terharu. Ia tidak mendapatkan kasih sayang ibunya, tapi ia mendapatkan kasih sayang dari sang Bibi. Ia diperlakukan layaknya tuan putri. Meski memang status Vera hanyalah seorang asisten rumah tangga, namun perhatian Vera bukan sekedar seorang pembantu, melainkan sosok ibu.

Papa dan Mama Shania belum bercerai. Mereka menunggu saat kakek Shania meninggal, barulah mereka akan bercerai.

Mereka sangat jarang berkumpul bersama Shania. Mereka berdua sibuk dengan pasangan masing - masing meski masih terikat akan ikatan janji suci.

Mereka telah sepakat untuk tidak mengatur satu sama lain. Tidak akan tidur seatap. Mereka hanya menunggu saat warisan itu jatuh pada Shania kemudian mereka akan mengambil itu dari Shania.

Bagaimana dengan Shania? Mereka tidak memikirkan itu. Shania adalah sebuah kesalahan bagi mereka. Dan Shania mengetahui itu. Tapi dia tak menunjukkannya, ia tetap tersenyum.

***

*Drrttt

Shania menghentikan kegiatannya menyuapkan bubur ke dalam mulutnya. Pandangannya beralih pada ponselnya yang terdengar berdering.

Ia meraih ponsel itu, sebelah alisnya naik ke atas saat melihat nama paus disana.

"Apaan?"

"Dih ketus amat mba"

"Suka suka gue lah. Apaan?"

"Kenapa ga hadir?"

"Gapapa. Ga enak badan doang"

"Bisa sakit juga loe ternyata"

"Kebetulan masa kekuatan gue udah abis"

"Nying gaia tul"

"Hah? Apaan tuh artinya?"

"Ah lupakan"

"Eh Nal? Tau akaemje ga?"

"Hah apaan tuh?"

"Ah lupakan"

"Loe mah gitu njir"

My Stupid girlfriend [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang