21. Maaf pt.2

915 111 8
                                    

Pelajaran kini tengah berlangsung dengan tentram. Pandangan Beby terlihat tak fokus pada guru yang tengah menerangkan materi. Matanya justru sering kali mencuri lirik pada gadis yang duduk di bagian depan tengah kelas. Tentu bukan Veranda, melainkan Shani.

Shani sebenarnya adalah orang baik. Dialah yang jahat. Memanfaatkan perasaan gadis polos seperti Shani sebagai properti balas dendam.

Sekarang ia tersenyum, berbicara dan bermesraan bersama Shania setelah apa yang ia jalani bersama Shani. Ia sendiri awalnya mengira semua akan baik - baik saja. Ia tak menyangka bahwa Shani akan benar - benar masuk dan terbuai dalam sandiwara ini.

"By, liatin apa sih?" Shania berucap pelan. Matanya ikut mengarah apa pandangan Beby. Shania tersenyum miring, baru saja Shania hendak berucap tiba - tiba Beby memotongnya.

"Kita baru aja baikan, plis jangan bikin hubungan kita balik renggang," Beby menyentuh tangan Shania. Shania langsung luluh. Gadis itu mengangguk paham. Bagaimanapun juga, ia harus bisa mengerti Beby dengan cara tidak terlalu posesif.

"Aku gak akan berfikir aneh selagi kamu menjaga kepercayaan aku, By" Shania kembali fokus pada guru, Beby pun begitu.

***


Bel tanda istirahat berbunyi. Para pelajar pun mulai berhambur dari kelas menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang membutuhkan asupan untuk melanjutkan pelajaran nantinya.

Namun beberapa diantaranya memilih untuk menetap di kelas. Shani, Veranda dan Kinal. Mereka diam di kelas. Mereka fokus pada pikiran masing - masing dengan tatapan kosong pada satu titik.

Kinal sudah selesai dengan kegiatan ngehalu-nya memilih menghampiri Veranda. Tak mungkin ia menyuruh Shani menyingkir, maka dari itu ia duduk di bangku Melody yang kebetulan sedang keluar kelas bersama Lidya. Biasalah abg baru jadian ya gitu, alay.

"Ve—"

"Aku udah gak bisa bantuin kamu. Terlalu jahat bagi aku buat ngancurin kebahagiaan adik aku sendiri. Paham?" Potong Veranda tanpa menoleh sedikitpun kearah Kinal. Dapat ia dengar suara deru nafas Kinal yang berat pertanda gadis itu emosi.

Sadar akan hal itu, Veranda memutar posisi duduknya kesamping dimana Kinal tengah menatapnya.

"Tapi aku gak bisa bohongin perasaan aku sendiri, Ve," Lirih Kinal.

"Dengar. Gak harus memiliki untuk mencintai. Jadilah seperti aku," Ucap Veranda pelan. Shani yang duduk di samping Veranda cukup sadar diri . Tak ingin mengganggu moment Veranda dan Kinal, ia memilih pergi keluar kelas.

"Maksud kamu?" Kinal mengerutkan dahinya.

"Aku rasa semuanya cukup jelas, Kinal," Veranda tersenyum pilu kemudian pergi dari kelas. Kinal masih terdiam di tempat duduk Melody. Apa maksud Veranda? Ia benar - benar tidak paham.

Halah si tolo -athr

Veranda melangkahkan kakinya menuju rooftop sekolah. Disini tak ada orang. Mungkin tangis yang sedari tadi ia tahan bisa ia lepaskan.

"Kenapa mencintai seseorang bisa sesakit ini?" Lirih Veranda.

"Karena kamu gak berani jujur dengan perasaan kamu," Veranda tertegun. Ternyata ada orang disini. Suara ini tak asing.

"Frieska," Lirih Veranda.

"Iya, ini gue bukan setan kok," Jawab Frieska sembari melangkah mendekat pada Veranda.

"Walaupun tinggal gue doang yang jones dan kalian udah punya gebetan ama pacar, percayalah, pundak gue akan tetap tersedia buat jadi sandaran bagi kalian," Ucap Frieska.

"Gak gratis tapi," Lanjutnya. Veranda jadi tersenyum kecil. Sahabatnya ini memang sangat mengerti cara membuatnya tersenyum.

"Loe tau kan gue tuh tipikal manusia peka? Gue tau gimana perasaan loe saat ini. Harusnya loe tuh terbuka sama kita Ve. Semuanya gak akan kelar kalo loe pendam sendiri," Frieska dengan lembutnya menghapus air mata Veranda.

"Masih ada waktu. Loe belum terlambat buat jujur tentang semuanya. Tapi gatau deh ya kalo loe udah kena tikung sahabat loe sendiri," Lanjut Frieska. Sungguh gadis ini penuh dengan teka - teki disetiap kalimatnya.

"Sahabat gue sendiri? Siapa?" Tanya Veranda.

"Gue rasa itu udah cukup jelas," Frieska melangkah turun.

"Samperin dan jujur tentang perasaan loe sebelum loe bener - bener terlambat," Ucapnya sebelum benar - benar pergi.

Tak membuang banyak waktu, Veranda segera kembali ke kelas. Ternyata Kinal masih berdiam diri disana. Gadis itu termenung seolah tengah memikirkan sesuatu. Apakah tentang ucapannya tadi?

"Kinal," Panggil Veranda.

"Ah iya," Sahut Kinal.

"Ada yang mau bilang,"

"Apa?"

Jantung Veranda mendadak berdegup kencang. Sungguh rasa gugup menyelimuti dirinya.

"A-aku sebenernya nyimpen rasa ke kamu, Nal," Ucap Veranda sedikit terbata. Veranda menundukkan kepalanya, ia sendiri tak bisa membayangkan betapa memalukan wajahnya saat ini.

Tapi...

Kenapa Kinal tak merespon ucapannya?

Ia meluruskan pandangannya ke depan. Kinal masih diam disana dengan ekspresi datar.












































































"Maaf,"
































"Gue gak bisa"








Tbc

My Stupid girlfriend [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang