9.jadi siapa yang galak?

1.5K 177 16
                                    

Hari berlalu seperti hari - hari biasanya. Veranda dan Shania kini mulai terbiasa dengan kehidupan mereka. Tanpa orang tua.

Ntah bagaimana kini hubungan antara ayah dan ibu mereka. Mereka seolah tak mau tahu tentang hal itu. Kini mereka memprioritaskan pendidikan mereka agar dapat sukses di masa depan nanti.

Hari ini Sekolah libur di karenakan hari minggu. Veranda nampak memasukkan tumpukan pakaian kotor ke dalam mesin cuci.

"Ngapain nyuci coba?",tanya Shania sambil bersedekap dada.

" Uang kita banyak, tinggal di laundry doang",lanjutnya. Veranda menggeleng pelan.

"Inget Shan. Gak selamanya kita begantung sama orang tua. Jadi apa salahnya nyoba mandiri?",tanya Veranda. Shania menghela nafas kasar.

" Yaudah, Kak Ve mau sarapan apa? Biar aku pesen",ucap Shania sambil membuka aplikasi untuk memesan makanan di ponselnya.

"Kita masak",ucap Veranda membuat Shania terperangah. Shania sama sekali tidak tau menau soal urusan dapur terutama memasak.

" Banyak bahan makanan di kulkas. Sayang kalo ga dipergunakan dengan baik. Mulai sekarang biasain masak oke?",ucap Veranda. Shania menghela nafas sambil mengangguk lemah. Hal itu membuat Veranda gemas sehingga mencubit pipinya.

"Ternyata lucu juga ya punya adik",Veranda mengacak gemas rambut Shania.

Shania hanya terdiam sambil tersenyum kecil. Di dalam hati, ia tak menyangka, manusia sedingin Veranda bisa bersikap semanis ini. Mungkin ia orang beruntung yang bisa mendapatkan perlakuan manis dari gadis dingin ini.

" Yaudah, duduk dulu aja. Aku mau nyuci dulu",ucap Veranda. Shania hanya mengangguk.

*Drrttt

Ponsel Shania bergetar di dalam sakunya. Shania merongohnya kemudian menatap layar ponselnya. Di sana tertera tulisan "My luv". Shania tersenyum kemudian menggeser lingkaran berwarna hijau pada layar ponselnya.

" Hallo By? Kenapa?",ucap Shania.

"Kamu di rumah kan? Mau aku bawain sarapan gak?"

"Gak usah By, aku masak hari ini. Kamu sarapan disini aja gimana? Ajak Kinal sekalian"

"Boleh juga tuh. Kapan lagi coba bisa makan masakan Shania Junianatha"

"Ihh kamu bisa aja. Yaudah kalo gitu. Datengnya 1 jam lagi ya?"

"Iya sayang. Dadahh"

Beberapa menit berlalu, Veranda sudah selesai dengan kegiatan mencuci serta menjemur pakaian, ia beralih ke dapur.

"Shan! Hayuk",ucap Veranda. Shania menoleh. Ia mengangguk sambil meletakkan ponselnya di atas meja ruang tamu.

" Ngupas bawang bisa gak?",tanya Ve. Shania hanya menggaruk tengkuknya sambil menyengir.

"Liat ya? Coba belajar pelan - pelan",Veranda memperlihatkan car mengupas bawang pada Shania. Shania memperhatikan sambil sesekali memangut.

" Aku mau siapin yang lain",ucap Veranda. Shania mulai menyentuh pisau itu. Ia memotong ujung bawang itu kemudian mengupas Kulitnya secara perlahan. Ternyata tak semudah saat ia melihat Veranda mencontohkannya. Ini sangat sulit.

Daripada nanti jarinya tersayat, lebih baik ia memotong ujung nya dengan pisau kemudian mengupas kulitnya dengan jemarinya. Itu jauh lebih mudah.

5 menit berlalu, Veranda kembali menghampiri Shania.

"Bisa Shan?",tanya Veranda. Shania mengangguk sambil tersenyum bangga.

" Bisa dong, ini mah kecil",ucap Shania sambil menjentikkan jari telunjuknya pada ibu jarinya.

My Stupid girlfriend [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang