Udah berapa lama nih aku gak update?😂 maaf yaaa, aku sibuk ngadmin *eh
Jangan lupa sebelum baca di vote duls trus pas udah selesai baca komen sepatah dua patah kata! Ini pemaksaan😠😠😠
***
Dua orang gadis beda penampilan nampak berdiam diri di rooftop sekolah. Yang satu terlihat bingung, sementara yang satunya nampak tertunduk lesu.
"Nal, udah lima menit kita disini dan kamu cuma diem. Kalo gak ada yang penting, aku mau tu-"
"Ve", potong Kinal seraya menatap dalam mata Veranda. Veranda menyerngitkan dahinya. Ada sebuah luka yang disembunyikan Kinal. Ia dapat melihat itu dari siratan tatapan Kinal yang begitu sendu.
"Gimana perasaan kamu kalo seandainya selangkah lagi kamu bisa dapetin hati pujaan hati kamu, tapi ada hal yang membuat kamu harus mengalah?", tanya Kinal seraya duduk di atas kursi yang tersedia disana.
"Tentu sakit", jawab Veranda, ia juga duduk di samping Kinal.
" Aku cinta Shania, Ve", lirih Kinal dengan wajah tertunduk. Veranda terdiam, ada rasa sakit yang tiba - tiba saja hinggap di dadanya. Ia menarik nafasnya perlahan untuk menghilangkan rada sesak yang semakin meraksasa di dadanya.
"A-aku berjuang demi dia Ve", Lanjut Kinal.
" Tapi dia milik sahabat aku. Dan Shania gak mencintai aku", Kinal tersenyum kecut.
"Aku bantu kamu", ucap Veranda seraya menggenggam tangan Kinal. Kinal mengangkat wajahnya menatap Veranda yang juga menatapnya.
" V-Ve.."
"Belum pernah aku liat cinta setulus kamu. Kamu berhak bahagia", ucap Veranda sembari menyentuh pipi Kinal. Matanya nampak berkaca - kaca karena begitu sakit saat ini. Ia merelakan orang yang ia cintai untuk adiknya.
"Makasih Ve", Ucap Kinal kemudian memeluk Veranda. Veranda balas memeluk Kinal. Air matanya mengalir begitu saja karena ia sudah menyakiti dirinya sendiri terlalu dalam.
" Apapun yang terjadi, aku akan disisi kamu buat bantuin kamu ngedapetin Shania", ucap Veranda, dapat ia rasakan Kinal mengangguk di dalam pelukannya.
"Mencintai kamu adalah luka terindah buat aku, Kinal" Batin Veranda.
***
"Sekarang tenang ya? Gak usah nangis kalo itu gak bener", ucap Beby seraya membantu Shania berdiri. Ia membawa Shania duduk di salah satu kursi yang terdapat di setiap lorong sekolah.
"Hai sayang. Temenin aku sarapan yuk", Shania terdiam sejenak saat mendengar suara yang tak asing di telinganya. Ia mengangkat wajahnya menatap seseorang yang dengan lancang menyebut Beby-nya dengan sebutan sayang.
" Aku tinggal ya Shan? Yuk Shan", Beby menggandeng gadis cantik berkulit putih itu. Ya, siapa lagi jika bukan Shani, si gadis polos, lugu dan lemot yang membuat siapapun dongkol dengan tingkahnya.
"Apa cara kamu gak berlebihan,Shan?", tanya Beby sambil menatap Shani yang menyatukan tangan mereka antara jari - jari.
" Kalo aku sih no", jawab Shani sambil tersenyum.
"Lucu banget sih kamu..", ucap Beby seraya mencubit pipi Shani dengan tangannya yang satu lagi.
Lupakan kemesraan palsu mereka, sekarang kita beralih pada Shania yang terdiam di tempat duduknya dengan sorot mata memandang punggung Shani dan Beby yang perlahan menghilang ditelan oleh jarak.
Tanpa ia sadari, lagi - lagi air mata mengalir membasahi pipinya. Kenapa ia harus merasakan rasa sakit berkali - kali? Tak bolehkah ia bahagia?
Entah sejak kapan, Kinal sudah duduk di samping Shania. Tangan Kinal bergerak menghapus air mata Shania kemudian membawa gadis itu ke dalam pelukannya.
"Setelah ngeliat ini, apa harus aku jelasin semuanya ke Beby?", tanya Kinal pelan. Shania menggeleng, Kinal dapat merasakan itu.
" Tetap disini, jangan tinggalin aku kayak dia", ucap Shania mempererat pelukannya.
"Tanpa kamu mintapun, aku akan selalu di sisi kamu", ucap Kinal mengelus punggung Shania.
" Makasih", ucap Shania. Kinal melepas pelukannya kemudian menggeleng.
"Bukan cuma ke aku, kamu juga perlu berterima kasih ke seseorang yang udah nyemangatin aku buat selalu ada buat kamu"
"Siapa?"
"Nanti kamu bakal tau", jawab Kinal.
Mereka berdua tenggelam dalam tatapan satu sama lain tanpa tahu ada seseorang yang menatap mereka dari jauh dengan siratan luka yang teramat dalam.
" Aku bahagia dengan bahagianya kamu"
***
"Aaa dong sayang", ucap Shani dengan sesendok nasi goreng yang berada di tangannya. Beby nampak begitu canggung dengan perilaku Shani yang menurutnya terlalu berlebihan. Padahal mereka hanya perlu di depan Shania saja, itu saja. Jahat? Ya, dia jahat, karena kebaikannya dihancurkan dalam sekejap oleh orang yang begitu ia percaya.
"Shannn", Beby memegang tangan Shani kemudian menurunkannya. Meminta Shani agar meletakkan sendok itu kembali di piring.
" Ini berlebihan Shan. Kita cukup lakuin ini di depan Shania doang. Gak perlu ampe segininya", ucap Beby, Shani menunduk dengan bibir bawah di kerucutkan kedepan.
"Tapi Bee, kalo sekedar di depan Shania doang, ya bisa aja dia mikir ini cuma sandiwara. Kita harus nunjukin ke semuanya lah, biar meyakinkan gituuu", jelas Shani mulai geram pada Beby. Beby nampak berfikir.
" Bener juga sih. Yaudah suapin aku aaa", Beby membuka mulutnya berharap Shani akan kembali menyuapinya.
"Sorry ya, gak ada kesempatan kedua", kata Shani sambil bersedekap dada. Beby nampak memanyunkan bibirnya.
" Uhhh ngambek, ciee ciee", Beby menusuk - nusuk pipi Shani yang sedikit gembul itu. Tak segembul pipi Shania memang, tapi ia menyukai pipi Shani.
"Apaan sih ihhh"
"Hahaha"
Dari kejauhan, dua orang gadis nampak memperhatikan kemesraan mereka.
"Bingung deh gue. Pertama Ve jatuh cinta ke manusia yang katanya najis itu. Trus Melody yang ternyata udah lama pacaran ama Lidya. Dan sekarang Shani yang gak ada angin gak ada ujan tiba - tiba pacaran ama Beby. Yang bener aja anjir", ucap salah satu dari mereka.
" Ya biarin aja kali. Lagian mereka lucu", kata yang satunya yang memiliki postur tubuh lebih tinggi.
"Eh tapi loe ngerasa ada yang ngeganjel gak sih? Beby ama Shania kapan putusnya?",tanya gadis berambut pendek lengkap dengan tubuhnya yang pendek.
" Hmm kalo soal itu...", dia sedikit menggantungkan ucapannya.
"Apa?"
"Kuy ngegibah!"
***
Hembusan angin malam menerpa wajah cantik seorang gadis berparas bidadari. Rambutnya yang dibiarkan tergerai bergoyang - goyang akibat hembusan lembut sang angin. Namun, bukan senyuman yang menghiasi wajah gadis itu, melainkan air mata yang sudah ia tahan sejak pagi.
Mungkin kisah cintanya adalah yang paling memilukan diantara yang lain, tapi lihatlah bagaimana ia bersandiwara dengan sangat sempurna di depan manusia yang begitu ia cintai?
Senyuman manis , tatapan teduh serta perlakuan manis , semua ia lakukan dengan baik meski hatinya tengah menjerit pilu.
Keadaan gadis itu tak jauh beda dengan saudari tirinya yang berada di dalam kamar. Ia duduk bersandar di kasur sambil memeluk lutut.
Dalam hati ia berfikir. Semudah itukah orang yang ia cintai itu berpindah ke lain hati? Semudah itukah ia melupakan semua yang pernah mereka lewati?
"Percayalah, sampai detik ini aku masih mencintaimu"
*
*
*Cieee ngira masih ada , udah bersambung woi;v
Tbc
"Bila kamu memang ingin pergi, katakan pada bayangmu untuk tak menganggu tidurku lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid girlfriend [End]
Teen Fiction"Dia payah, bodoh, lemot dan cerewet. Tapi aku mencintainya" -Beby- "Aku memang payah, lemot dan bodoh. Tapi percayalah aku jauh lebih tulus dari mereka yang pandai merangkai kata - kata cinta" -Shania-