Shania memandangi wajah damai Beby yang masih tertidur. Mungkin karena terlalu lelah bermain. Hei, jangan berfikiran buruk dulu, Shania dan Beby hanya bermain mejikuhibiniu, cebong mana tau.
Iya tersenyum melihat hidung Beby yang memerah karena berkali - kali mendapat tarikan darinya.
*cup
"Aku keluar bentar ya sayang",Shania mengecup sebentar dahi Beby kemudian keluar dari kamar. Ia membuka koper - koper itu kemudian mulai menyusunnya di lemari.
Terlihat tidak rapi, tapi mau bagaimana lagi. Dari kecil Shania sudah terbiasa akan asisten rumah tangga, jadi ia tidak tahu - menau soal urusan rumah. Mulai dari memasak, mencuci, menyetrika dan lain sebagainya.
" Tinggal nyewa orang aja ntar buat bersihin",batin Shania.
"Baju tinggal di laundry"
"Makan tinggal pesen"
"Ah gampang inimah"
Shania memilih memesan makanan untuk dirinya dan Beby. Tingkat memasak paling tinggi yang ia miliki hanyalah memasak mie instan, tidak mungkin Beby ia beri makanan mie instan. Berita tentang meninggalnya seseorang karena terlalu sering mengonsumsi mie instan cukup membuatnya takut.
Menunggu pesanannya datang, Shania memilih duduk di sofa. Ia mendongak seraya memejamkan matanya.
Hingga ia merasakan sentuhan lembut di kepalanya. Shania tidak membuka matanya, ia memilih untuk tetap memejamkannya karena ia tahu betul siapa pemilik tangan itu.
"Kamu kenapa hm?",tanya si pemilik tangan seraya mengecup dahi Shania.
" Gak papa kok",jawab Shania. Ia membuka matanya kemudian menatap Beby. Sepersekian detik kemudian, ia beringsut memeluk Beby. Entahlah, moodnya memang sangat mudah berubah. Dia sendiri tidak mengerti. Kadang ia senang, namun dalam hitungan detik rasa senang itu berubah menjadi rasa sedih.
"Biarin aku peluk kamu. Jangan banyak tanya, aku butuh ketenangan yang cuma bisa aku dapat dari pelukan kamu",Beby yang hendak bertanya akhirnya diam. Tangannya bergerak mengelus punggung Shania.
" Abis ini kita jalan - jalan ya? Aku ajakin Kinal ama yang lain biar seru",ucap Beby. Shania mengangkat wajahnya menghadap Beby. Ia tersenyum seraya mengangguk.
"Eh tapi gak usah jalan - jalan deh. Ajak ke sini aja. Aku pesen makanan banyak",ucap Shania.
" Yaudah, aku kabarin mereka ya"
***
"Shhh ahhh"
Samar - samar suara desahan terdengar dari balik pintu kamar berwarna coklat itu. Veranda memejamkan matanya, berusaha meredam emosinya agar tidak meledak.
Tanpa sadar matanya mulai berkaca - kaca.
"Aku dibuat patah hati oleh seseorang yang harusnya jadi penguat hati aku",lirih Veranda sambil menggigit bibir bawahnya. Ia berjalan menuju kamarnya.
*brak
Gadis itu melempar tas nya ke lantai. Ia duduk di kasur. Tangannya bergerak mengambil sebuah figura dimana di dalam figura itu ada foto mama, papa dan dirinya. Entah keberapa kalinya, gadis itu hanya bisa menatap foto itu sambil terisak.
" Pa.. Ve sakit ma.. Ve mau ikut papa",lirih Veranda sambil mengelus foto papanya.
Anak mana yang tidak sakit ketika di tinggal ayahnya selamanya? Di tambah dengan perselingkuhan mamanya. Itu membuatnya sakit hati.
Jika mamanya berhubungan dengan pria itu ketika papanya telah tiada, mungkin ia tidak akan sesakit ini. Tapi mamanya sudah berhubungan dengan pria itu saat papanya masih hidup. Saat itu beliau memang dalam keadaan tidak sehat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid girlfriend [End]
Fiksi Remaja"Dia payah, bodoh, lemot dan cerewet. Tapi aku mencintainya" -Beby- "Aku memang payah, lemot dan bodoh. Tapi percayalah aku jauh lebih tulus dari mereka yang pandai merangkai kata - kata cinta" -Shania-