Udah berapa lama ya aku gak update?😂😂😂 aku udah baca ulang dong, jadi bisa up lagi hehe.
"Jadi gini..."
"Gue ngewakilin semuanya mau minta maaf ke loe"
Jinan menghela nafas kasar. Sebenarnya masih ada rasa jengkel dalam dirinya kepada semua teman - temannya itu. Terutama Kinal.
"Gue maafin" Jawabnya.
"Salaman dulu dong," Ucap Beby sambil tersenyum senang.
"Paan pake salaman segala. Ga dapet thr juga," Cerocos Nabilah. Yang lain menatap jengah ke arahnya. Sementara yang di tatap hanya menunjukkan cengiran bodoh khas seorang Nabilah.
"Kita rayain ya?" Ajak Kinal. Yang lain mengangguk setuju.
"Dimana?" Semuanya terdiam.
" Di acara pernikahan bokap gue," Semua menoleh ke asal suara. Ternyata itu Shania dengan Veranda yang berdiri di sampingnya.
"Gak ah," Tolak Desy.
"Yakin? Acara sultan loh ini," Balas Shania.
"Sombong bener mba" Sindir Desy sambil sedikit mendelik.
"Btw, kita gak pernah tau siapa bokapnya Shania. Supaya tau, mending dateng aja deh" Gaby ikut menimpali. Untuk pertama kalinya semuanya setuju dengan pendapat Gaby . Sungguh moment mengharukan bagi Gaby sendiri.
"Uwahh akhirnya pendapat aku ada yang bener juga. Setelah sekian lama ya tuhan" Batin Gaby dengan mata berkaca - kaca.
"Bil, recap lu kenapa dah? Kok mo nangis dia?" Bisik Viny sambil bergidik ngeri. Dia hanya takut Gaby kesambet sesuatu dan tiba - tiba meloncat sambil menari jaipong.
"Gab? Loe sehat?" Tanya Beby mewakili semua teman - temannya.
"G-gue.. Hiks , sehat wal.. Hiks afiat" Ucap Gaby sambil sesegukan. Semuanya mengerutkan dahi tanda bingung. Siapa yang tidak bingung? Keadaan biasa saja, tidak ada hal sedih atau mengharukan, namun Gaby menangis sesegukan seperti itu.
"Gab, kamu kenapa?" Tanya Nabilah. Gaby menggeleng pelan kemudian menjatuhkan diri ke pelukan Nabilah.
"A-aku.. Hiks, cuma terharu doang.. Hiks, s-soalnya kalian semua.. Hiks setuju ama pendapat aku" Jawab Gaby sambil menenggelamkan wajahnya di caruk leher Nabilah.
"Bodo amat Gab bodo amat!" Ucap semuanya dengan kompak. Ingin rasanya menampol online saat ini juga.
***
Sementara itu, di tempat lain atau kebih tepatnya di rooftop sekolah , seorang gadis dengan rambut panjang tergerai tengah menatap lurus ke arah langit yang sedikit mendung. Suasana langit seolah menggambarkan apa yang ia rasakan saat ini. Rasa bersalah juga menyesal yang bercampur jadi satu terlukiskan oleh air mata yang jatuh membasahi pipinya.
"Kamu beneran pergi, Ya?" Ucapnya lirih.
Tak bisa ia pungkiri bahwa kini ia merindukan sahabatnya itu. Hanya Aya yang benar - benar bisa mengerti dirinya. Bahkan Aya lebih mengerti dirinya di banding Jinan. Namun Aya terlalu pengecut hingga ia lebih dulu menjadi milik Jinan.
"Dimanapun kamu berada saat ini, aku mohon, berbahagialah" Ucapnya. Setitik hujan mulai menetes dari awan yang ikut menangis. Ia sedikit menarik senyumnya. Ia bahagia , karena langit begitu mengerti perasaannya saat ini.
"Cindy? Ngapain disini? Ntar basah, masih ada pelajaran" Cindy menoleh ke asal suara, ternyata itu Kinal.
"Berhenti nyalahin diri loe sendiri. Ini udah takdir" Kinal menggenggam tangan Cindy kemudian menariknya, membawa Cindy ke dalam pelukannya. Dan saat itulah tangisan Cindy pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid girlfriend [End]
Teen Fiction"Dia payah, bodoh, lemot dan cerewet. Tapi aku mencintainya" -Beby- "Aku memang payah, lemot dan bodoh. Tapi percayalah aku jauh lebih tulus dari mereka yang pandai merangkai kata - kata cinta" -Shania-