Setelah keributan dan kesalahpahaman besar itu terjadi, Veranda sama sekali tak pernah berbicara pada Shania. Sekedar menyapa sajapun tidak. Hal itu membuat Shania semakin frustasi. Hatinya sudah cukup hancur karena pernikahan papanya, ditambah salah pahamnya Beby. Dan kini orang yang ia harap bisa memberinya jalan keluar justru mendiamkannya.
"Kak.." Panggilnya pelan. Veranda sama sekali tak bergerak. Ia masih dengan posisi memunggungi Shania.
Veranda terhenyak saat mendengar isakan pelan dari Shania. Hatinya tergerak untuk berbalik memeluk adiknya itu.
"Jangan nangis" Ucap Veranda pelan. Kamar yang gelap membantunya menyembunyikan matanya yang sembab. Shania juga tidak menyadari suaranya yang bergetar. Andai saja Shania tahu, bukan hanya dia yang kini tengah patah hati.
"I-ini beneran salah paham kak" Ucap Shania dengan suara bergetar.
"Kinal gak cium aku. Dia cuma ngeliat mata aku, cuma jaraknya deket. Dan posisi Beby ngeliat kami itu dari samping, jadi kesannya Kinal cium aku. Padahal enggak kak enggak" Jelas Shania. Veranda terdiam sejenak. Haruskah ia percaya ? Dan bila itu benar, apakah nantinya Beby akan percaya? Alasan yang masuk akal, namun sulit dipercaya.
"Tapi apa kamu yakin kalo Kinal gak nyimpen rasa ke kamu?" Tanya Veranda sambil tersenyum getir. Shania menggeleng cepat, Veranda dapat merasakan itu.
"Begitu ya. Kalo gitu, aku bakal bantu kamu balikan ama Beby. Kita fikirin bareng gimana caranya" Ucap Veranda sambil mengelus pucuk kepala Shania kemudian menciumnya.
"Kamu adik aku saat ini. Tugas aku melindungi kamu. 1 tetes air mata kamu sama dengan 1 tusukan buat aku" Ucap Veranda sambil menghapus air mata Shania.
"Aku disini, sebagai pelindung kamu" Veranda mempererat pelukannya.
"Sekarang tidur" Ucapnya sambil memberikan kecupan lagi di pucuk kepala Shania. Tanpa Veranda sadari, Shania tersenyum. Bahkan kini mata Shania sedikit berkaca - kaca. Sungguh, baru kali ini ia merasakan kasih sayang setulus ini.
"Makasih. Aku sayang kak Ve"
"Aku juga"
Veranda, kamu manusia tegar.
*
*
*"Gak ada gunanya nangis gini"
"Bee itu kuat"
"Bee pasti bisa tanpa dia"
"Ada aku disini"
"Makasih Shan"
Tangan gadis yang disebut “Shan” itu bergerak mengelus pipi Beby. Ia tersenyum lebar, dan itu menular ke Beby. Beby juga tersenyum.
"Kalo Bee pengen bales dendam, aku siap jadi pacar pura - puranya Bee" Ucapnya sambil tersenyum polos. Beby tersenyum gemas kemudian mencubit pipi gadis itu.
"Boleh sih , asal jangan baper aja hahahaha" Gadis itu ikut tertawa bersama Beby.
"Tapi gimana ama geng kamu itu?" Tanya Beby teringat akan suatu hal. Gadis yang duduk di hadapannya ini adalah salah satu anggota cewek populer di sekolah.
"Kami udah bubar. Gak jelas, mereka pada ngebucin semua" Ucapnya dengan wajah dibuat agak kesal.
"Yaudahlah. Biarin aja mereka" Ucap Beby.
"Jadi beneran nih? Mulai sekarang Shani jadi pacar pura - puranya Bee?" Tanya gadis yang ternyata adalah Shani itu.
Kalian mungkin bertanya - tanya, bagaimana bisa Shani dan Beby bisa berteman.
Shani dan Beby bisa dekat karena Beby dan Shani terikat hubungan bisnis orang tua mereka. Siapa sangka gadis semuda Shani mampu ikut campur tangan dalam sebuah perusahaan? Siapapun tak menyangka itu, termasuk Beby.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid girlfriend [End]
Dla nastolatków"Dia payah, bodoh, lemot dan cerewet. Tapi aku mencintainya" -Beby- "Aku memang payah, lemot dan bodoh. Tapi percayalah aku jauh lebih tulus dari mereka yang pandai merangkai kata - kata cinta" -Shania-