Si sebuah taman yang nampak ramai dengan orang - orang yang tengah melakukan olah raga nampak seorang gadis duduk termenung di atas kursi taman dengan headset di telinganya.
Pandangan matanya begitu kosong, pun dengan hatinya saat ini. Lagu yang mengalun indah itu kian menyayat hatinya.
Inilah akhir cintaku, inilah akhir kisahku
Setelah kau jauh tinggalkan aku
Tak bisa ku melupakanmu, tak bisa aku tanpamu
Tak pernah aku rela kau tinggalkan akuTiada ku sangka engkau berubah
Ku tak percaya kau membagi cinta
Tahukah engkau betapa sakitnya
Kau membagi cinta karna diaTak pernah ku coba melupakanmu
Mengapa kau buat luka hatiku
Sekian lama aku menunggu
Kasih di mana hatimuTak bisa ku coba melupakanmu
Mengapa kau buat luka hatiku
Sekian lama aku menunggu
Kasih dimana hatimuTak bisa ku melupakanmu, tak bisa aku tanpamu
Tak pernah aku rela kau tinggalkan akuTanpa sadar matanya mulai berkaca - kaca. Hatinya begitu sakit. Ada sesal dan amarah yang terpancar dari matanya.
Ia menyesal karena mengatakan putus dan ia marah karena Aya tega menikung nya seperti ini. Sakitnya dua kali lipat bukan? Putus dengan kekasih sekaligus di khianati oleh sahabat sendiri.
Ia menghela nafas kasar kemudian bangkit dari kursi taman. Rasanya menangis pun sudah tak ada gunanya lagi. Cindy benar - benar sudah tak ingin tahu lagi tentangnya.
lagi, ia menghela nafas kasar. Ia melanjutkan lari paginya untuk menghilangkan emosi yang berkelanjutan (?) seperti ini.
Sementara di tempat lain, di sebuah rumah sakit, nampak seorang gadis terbaring dengan mata yang sedikit ia pejamkan. Di sampingnya pun ada seorang gadis yang mengusap dahinya.
"kamu gak bosen temenin aku terus?",tanya gadis yang terbaring.
" Gak kok Ay",jawab gadis yang satunya sambil tersenyum.
Yap, seperti dugaan kalian. Mereka adalah Cindy dan Aya.
Cindy menatap sendu ke arah Aya. Ada sebuah rahasia yang selama ini gadis itu sembunyikan pada mereka semua.
"Kenapa harus disembunyiin?",lirih Cindy sambil menatap Aya yang tersenyum
" Gak pen—"
"Sttt!",desis Cindy. Air matanya tiba - tiba saja menetes.
Tangan Aya bergerak menyentuh tangan Cindy," Cukup jadi rahasia kita ya?",pintanya dengan mata berkaca - kaca.
"Janji sama aku",lanjutnya. Cindy hanya mengangguk. Ia menenggelamkan wajahnya di perut Aya kemudian terisak. Aya mengelus kepala Cindy. Ia menengadah, pelupuk matanya sudah penuh dengan air mata, berkedip sekali saja akan membuat air mata itu tumpah ke pipinya.
"Jinan butuh kamu. Cari dia",lirih Aya.
" Aku gak papa. Janji sama aku, balikan sama Jinan",lirih Aya sambil tersenyum tipis. Di balik senyum itu, ada hati yang berteriak pilu. Ada rasa tak rela, namun ia tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Cindy.
"Tapi, kamu.."
"Aku udah gak cinta sama kamu",potong Aya cepat.
" W-what!?",Cindy menggeleng tak percaya
"Kamu pasti bohong",ucap Cindy . Aya hanya terdiam. Cindy mengusap kasar air matanya kemudian bangkit.
" Kalo kamu nganggep hati aku cuma mainan, kamu gak jauh brengsek dari cowok diluar sana!",dan lagi - lagi kaum adamlah yang disalahkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid girlfriend [End]
Teen Fiction"Dia payah, bodoh, lemot dan cerewet. Tapi aku mencintainya" -Beby- "Aku memang payah, lemot dan bodoh. Tapi percayalah aku jauh lebih tulus dari mereka yang pandai merangkai kata - kata cinta" -Shania-