20. Maaf

1K 100 4
                                    

Oke, sebelum kalian baca, aku mau bilang sesuatu.

Mungkin iya rasanya gedek kalo seseorang itu updatenya lama banget. Menyebalkan kalo bahasa bakunya.

Aku rasa yang seumuran sama aku bakal ngerti hal yang sekarang lagi aku jalani. Dan yang lebih tua dari aku pun pasti juga bisa ngerti.

Aku bakal rajin update dimulai dari hari ini. Tapi pendek, gimana? Mulai dari 300 ampe 500 kata per part. Sepakat?




















*





















*
















*
































*




















***

Aya kembali ke kelas. Bukan duduk di kursinya, ia justru duduk di samping Cindy. Jinan entah kemana, ia tak tahu.

Tangannya perlahan menyentuh tangan hangat Cindy, si pemilik tangan langsung menoleh menatap heran pada Aya. Ia heran, tapi ia tak menarik tangannya. Ada perasaan aneh yang ia rasakan ketika tangannya di sentuh oleh orang bermasker serta hoodie itu.

"Maaf," Cindy membeku.

"S-suara ini..." Cindy menggerakkan sebelah tangannya menyentuh wajah Aya yang sebagian tertutup masker. Nafas Cindy memburu, dadanya naik turun. Matanya pun mulai berkaca - kaca. Apa ini? Ini mimpi? Jika mimpi, ia berharap ia tak bangun dari mimpinya.

Perlahan ia menurunkan masker itu. Namun di tahan oleh Aya.

"Maaf sudah datang kemudian meninggalkan. Maaf sudah menyakiti kemudian kembali," Aya berucap demikian. Tanpa perlu melihat wajahnya saja Cindy sudah yakin bahwa orang yang ada dihadapannya ini adalah Aya, Sahabatnya.

"K-kenapa? Hiks," Cindy langsung memeluk Aya dengan erat.

"Eh elu siap—" Viny menghentikan ucapannya ketika Aya menurunkan maskernya. Matanya terbelalak saking terkejutnya.

"W-woi!" Viny berteriak membuat penghuni kelas langsung mengalihkan perhatian mereka pada Viny.

"INI AYA SI BANGSAT NJING! DIA MASIH IDUP!",  nggas Viny. Mereka langsung saja mengerumuni Aya dan Cindy yang masih berpelukan. Dalam hati Aya mengutuk Viny, sungguh mengganggu moment orang saja.

" Kok bisa sih anjir? Loe masuk neraka mana sebelum balik?" Tanya Lidya main nimbrung sembarangan. *ngapa ngajak berantem?

"Oke semua diem dulu . Biar gue jelasin semuanya. Jadi gini... " Aya menjelaskan maksudnya berpura - pura mati pada teman - temannya. Mereka semua mengangguk - anggukkan kepalanya. Sungguh gentlegirl teman mereka ini.

"Apapun alasannya, itu gak penting . Yang penting loe idup njir," Kata Lidya sembari mengguncang tubuh Aya.

" Jadi loe balik buat jadi orang ketiga?" Tanya Okta sebagai manusia paling lemot disini.

"Udeh mending loe tutup tu congor," Ucap Lidya. Okta cemberut - cemberut lucu, bikin semuanya jadi jijik kecuali Desy.

"Woi pacar gue jangan diginiin dong!" Ucap Desy sambil memeluk Okta.

"Lah ini ada apaaan?" Seseorang baru saja datang.

"Kinal," Lirih Aya. Ia tahu, Kinal lah yang paling histeris saat kabar dirinya meninggal tersebar.

"-Aya?" Kaki Kinal bergetar. Matanya berkaca - kaca. Nafasnya pun terengah - engah, bukan kenapa si, itu karena kabur dari Sisil tadi.

"Kok masi idup? Duit sumbangan kemaren harus dibalikin njir," Ucap Kinal sambil tertawa, padahal ekspresinya jelas - jelas menunjukkan sebuah rasa syukur yang teramat besar.

Aya bangkit dari kursinya kemudian berjalan kearah Kinal.

"Gue tau loe yang nangisnya paling keras waktu itu," Ucap Aya. Kinal pun menunduk. Aya membawa Kinal ke dalam pelukannya dan seketika itu tangis Kinal pecah.

"Jangan pergi lagi. Gue gak siap kalo kehilangan temen - temen gue," Ucap Kinal.

"Udeh jan nangis. Ini ingus lo ngeleleh di hoodie gue," Ucap Aya mendorong Kinal menjauh.

Di pintu kelas seseorang berdiri. Menatap sendu pada penghuni kelas yang tampak begitu bahagia atas kembalinya seseorang. Apa semuanya telah berakhir? Apa ia harus menyerah? Membiarkan kekasihnya menjadi milik Aya sepenuhnya. Atau bangkit? Memperjuangkan kembali Cindy. Mengembalikan rasa nyaman yang dulu begitu kasat terasa diantara keduanya. Memberi perhatian seperti yang Aya berikan pada Cindy.

Jinan menghela nafas sembari melangkah masuk ke kelas. Suasana sedikit tegang di kala mata Aya dan Jinan bertemu. Tapi ternyata mereka terlalu nethink, nyatanya tak ada adegan baku hantam disini. Jinan duduk di samping Cindy tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Perlahan keadaan mulai kembali tenang. Mereka duduk di kursi masing - masing bersama kekasih masing - masing. Terkecuali beberapa diantara mereka yang masih jomblo. Ehe.

Tbc

Kira kira gini denah sederhana tempat duduk mereka.

Kira kira gini denah sederhana tempat duduk mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Stupid girlfriend [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang