22. Penolakan

902 109 37
                                    

Komen dong biar aku semangat:(

***

"Harusnya gue sadar dari awal, loe tuh cuma pura - pura baik buat dapetin hati gue . Sebenernya loe sama sekali gak ada niat bantuin gue kan?!" Ucap Kinal penuh dengan penekanan. Mata Veranda berkaxa - kaca, ia menggeleng seolah tak percaya dengan ucapan Kinal barusan. Bagaimana bisa Kinal berfikir seburuk itu tentang dirinya?

"Ini gak seperti yang kamu pikir, Kinal!" Veranda kecewa.

Kecewa banget.

Sini peluk ama Author

"Gue minta mulai sekarang loe—"

"Tanpa loe minta pun Veranda bakal jauhin loe. Gak usah berlagak loe itu manusia paling sempurna dan istimewa ampe loe bisa mikir buruk tanpa bukti tentang seseorang!" Seseorang menyentuh pundak Veranda.

"Frieska," Lirih Veranda dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya.

"Cukup Ve. Jangan biarin dia merasa makin hebat dengan nunjukin bahwa loe terpukul atas penolakan sampah dia," Frieska menghapus air mata sahabatnya itu kemudian menatap Kinal.

"Sekarang, anggap loe gak pernah kenal Ve, Kinal. loe pun begitu Ve. Dan kita tunggu dan lihat," Ucap Frieska sambil tersenyum miring.

"Liat apa maksud loe?" Ucap Kinal.

"Siapa yang menyesal."




















***

"Gimana hari ini? Seneng gak?"

"Aku seneng banget,"

"Makasih Ya."

"Iyaaa"

Jika kalian ingin tahu itu adalah dialog siapa, itu adalah Aya dan Cindy. Mereka tengah berjalan bersama ke Dufan untuk saling melepas rindu.

"Kamu pasti tau tujuan aku kembali kan?" Aya membuka suara. Cindy menoleh kemudian mengangguk.

Aya tersenyum menanggapi itu. Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam saku hoodienya. Sebuah kotak kecil yang entah apa isinya.

"Ini buat kamu," Ucap Aya sembari memberikan sesuatu pada Cindy. Cindy menerima kotak itu dengan senyuman lebar. Baru saja ia hendak membuka kotak itu, tiba - tiba saja Aya menahan pergerakan tangannya.

"Dibuka di rumah aja," Katanya dengan senyum yang tak pernah luntur.

"J-jadi gimana?" Tanya Aya sedikit gugup.

"Gimana apanya?" Tanya Cindy sambil memasukkan kotak itu kedalam ranselnya.

"K-kamu mau gak jadi pacar a-aku?" Cindy terdiam mendengar itu. Tapi senyumnya tak luntur. Ia justru melebarkan senyumnya.

Hei, pakboss nunggu loh dirumah?

"Aku sayang sama kamu. Tapi maaf, aku masih menghargai Jinan sebagai pacar aku," Ucap Cindy sambil memegang pipi Aya. Aya menelan ludahnya, kenapa begitu sakit?

"Ah iya, aku sampe lupa kamu pacaran sama Jinan, hahahaha," Aya tertawa palsu. Cindy juga ikut tertawa.

"Aku sayang sama kamu tapi sebagai sahabat. Gak lebih. Tolong ngerti ya? Kita tetep bisa gini kok, hanya saja status kita harus tetep gini juga,"

"Sekarang kita pulang ya? Jinan mungkin nungguin aku," Aya mengangguk lesu dengan senyum pilu. Tak ada lagi yang perlu ia harapkan.

Tak mengapa
Tak harus menjadi milikku
Tujuanku hanya membuatmu bahagia
Itu saja

***




"Thanks ya buat hari ini, jangan lupa dateng teater besok"

Eh apaan ini.

"Thanks ya buat hari ini. Dahhh," Cindy turun dari mobil Aya kemudian masuk ke dalam gedung apartement dimana ia tinggal.

Aya menghela nafas. Ia menatap pada langit yang mulai gelap. Dari langit ia belajar.

Cerah bisa berubah menjadi gelap. Namun gelap juga akan berubah menjadi cerah.

Jadi tak ada yang perlu ia sedihkan.

"Semangat untuk diri sendiri," Gumam Aya sembari melajukan mobilnya menjauh dari apartement itu.

Tbc

Gimana gimana?
Kibal kita apain?
CinAy atau CiNan?

My Stupid girlfriend [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang