Sebuah amplop coklat tampak basah di beberapa titik karena airmata Jaehwan yang jatuh.Ia berjongkok didepan lemari dan menangis kencang.
Hatinya sakit melihat Yunhee mengkhianatinya bersama pria lain, namun ada satu ruang yang rasanya seperti sesak, dan itu bukan karena kekasihnya.
Tangis ini karena Minhyun.
Dan karena kebodohannya sendiri.
Ia tidak mengerti apa ini benar cinta ?
Dan ia terus saja menyangkalnya dengan mengatakan 'tidak mungkin' pada dirinya sendiri.
...
Minhyun menarik napasnya yang terasa berat.
Dadanya sesak.
Ragu-ragu ia menarik gagang pintu dan melangkah masuk kedalam kamar, dilihatnya Jaehwan berbaring dengan wajah yang disembunyikan menghadap tembok.
Pandangan mata Minhyun menangkap sebuah amplop coklat yang diletakkan dengan rapi disamping ranjang yang masih kosong.
Ditempatnya terbiasa tidur, disamping Jaehwan yang selalu mendekat tanpa sadar saat terlelap.
Dan rasanya menyakitkan bila mengingat ia mungkin tak akan bisa merasakannya lagi mulai malam ini.
Minhyun mengambil amplop coklat itu dengan seruan lirih---
"Kupikir kau akan tetap menyimpan amplop ini setelah pengakuanku .. Aku masih berharap kau akan menahanku pergi, tapi ternyata kau menyerah secepat itu"
Mata Minhyun sudah berkaca-kaca.
"Katakan padaku untuk tinggal Jaehwan~ah .. aku hanya ingin mendengarmu berkata 'jangan pergi', dan aku akan benar-benar tinggal .. Hanya dua kata itu"
Air bening yang mendesak keluar sudah tak dapat ditahannya lagi.
Minhyun menyekanya kasar meskipun airmata itu terus saja turun.
Ia tertunduk.
Tak ada satupun jawaban yang keluar dari mulut Jaehwan.
Dan seketika ia merasa kalau semuanya selama ini sia-sia.
"Aku tau sekarang .. Kau memang sudah menyerah, dan aku akan menghormati keputusanmu .. Selamat malam Jaehwan~ah"
Minhyun meraih bantal dan selimut, lalu berjalan keluar kamar setelah membelai lembut kepala Jaehwan.
Jaehwan terisak setelah pintu benar-benar tertutup dan ruangan kembali gelap.
Ia tidak tidur.
Ia mendengarkan semuanya.
Namun hatinya masih berkeras dengan berkata 'tidak mungkin'.
Dan tiba-tiba rasa sakit menjalar, luar biasa sakit.
...
Jam masih menunjukkan pukul empat pagi, namun Jaehwan tak dapat terlelap nyenyak.
Suhu ruangan berubah sangat dingin, dan Jaehwan merapat pada ruang kosong disampingnya.
Tidak ada siapapun.
Tidak ada Minhyun disana.
Jaehwan beranjak, ia keluar dari kamar untuk mengintip Minhyun yang memilih untuk tidur di sofa malam ini.
Ia merapikan selimut yang tidak menutup tubuh Minhyun dengan sempurna, lalu menaikkan suhu ruang agar pria tinggi itu merasa lebih hangat.
Tangannya hampir terulur, ia ingin merapikan rambut yang jatuh menutup kening Minhyun, tapi ia menariknya kembali sebelum terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO, MR. HWANG ~ [MINHWAN] -END-
FanficKim Jaehwan-seorang asisten rumah tangga yang berisik tapi manis, bekerja pada Hwang Minhyun-seorang eksekutif muda yang ketus dan pemarah.