Silahkan putar lagu yang menurut kalian sedih /baperin!!!
Tatapannya masih terus mengarah kepada sosok Hira yang tengah tertidur akibat pengaruh obat yang wanita itu minum beberapa menit yang lalu. Tangannya tak berhenti untuk mengusap punggung tangan Hira yang terasa dingin didalam genggamannya. Menatap tangan yang selalu berusaha ia raih, dan ia genggam untuk melewati hari yang indah. Namun sepertinya sia-sia, karena pada akhirnya tangan ini akan ia lepaskan lagi.
"Ayah gak pulang?"
Minhyun membalikkan tubuhnya, menatap Hyunjin yang tengah terduduk seraya memainkan ponselnya. Minhyun hanya menghela nafas, kemudian menggelengkan kepalanya. Hyunjin menganggukkan kepalanya, tidak berniat bertanya lebih lanjut. Ia mematikan data saluler ponselnya, memasukan benda persegi panjang itu kedalam saku hoodienya. Menatap Minhyun yang entah mengapa terlihat berbeda dimatanya, tidak biasanya Minhyun menatapnya dengan tatapan penuh penyesalan seperti ini. Seperti bukan sosok Minhyun brengsek yang selalu ia lihat dimatanya.
"Ayah kenapa?"akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut Hyunjin, sudah tidak bisa menahan rasa penasaran yang membuat mulutnya bergerak tanpa persetujuan darinya.
Minhyun menggelengkan kepalanya, "Gak apa"jawabnya.
Hyunjin hanya menganggukkan kepalanya, memilih untuk menyandarkan kepalanya kearah sofa. Tidak mau bertanya lebih lanjut lagi, meskipun pada dasarnya ia benar-benar penasaran.
"Kak"
Hyunjin kembali menegakkan tubuhnya, mengangkat satu alisnya seraya menatap sang ayah dengan bingung.
"Kenapa, yah?"tanyanya bingung.
Minhyun menghela nafas, bangkit dari posisinya dan memilih untuk duduk disamping Hyunjin. Membuat Hyunjin sedikit menggeser duduknya, memberikan ruang agar Minhyun bisa duduk disampingnya dan juga dengan ada jarak diantara keduanya.
Dapat Hyunjin dengar hembusan nafas dari mulut ayahnya. Hyunjin menoleh, menatap Hyunjin yang menatapnya dengan sendu. Entah mengapa firasat Hyunjin mengatakan bahwa ini bukanlah yang bisa membuatnya senang. Tidak, meskipun itu kabar bahwa ayahnya akan melepaskan bundanya. Namun tetap saja Hyunjin merasa tak senang, ia benar-benar tidak suka jika bundanya kembali menangis.
"Ayah gak bakalan maksa kamu buat milih kuliah disini, kalau kamu tetap ke LA, ayah bakalan ngizinin. Dan juga, bunda bisa ikut sama kamu"ucap Minhyun lirih.
Tangan Minhyun terulur untuk menggenggam erat tangan Hyunjin. Tangan yang sekarang sudah bisa menjadi penggantinya untuk menjaga istri terkasihnya, dan juga anak bungsunya yang ia sayang. Tangan yang dulu selalu ia genggam, tangan mungil yang menggenggam erat jari kelingkingnya saat pertama kali datang kedunia. Tangan yang selalu berusaha untuk Minhyun lindungi padahal ia tidak melakukan apapun.
"Ayah harap kamu gak kaya ayah" Minhyun menghela nafas, ia sudah menyiapkan semuanya. Pada akhirnya, ia harus melepaskan salah satunya. Dan mungkin ini adalah pilihan terbaik.
Hyunjin menggelengkan kepalanya, tidak terima dengan ucapan yang dilontarkan oleh Minhyun. Memang dia yang meminta agar Hira bercerai dengan Minhyun, namun setidaknya tidak dalam keadaan ini. Karena, sebenci apapun Hyunjin kepada ayahnya. Minhyun adalah pria yang mengajarkannya banyak hal, yang mengajarkannya untuk menghormati bunda, dan selalu mengingatkannya agar menghargai wanita.
"Yah,"
Minhyun menggelengkan kepalanya, ia menundukkan kepalanya. Tidak bisa menahan butiran air matanya yang lolos. Benteng pertahanannya runtuh, tidak ada perpisahan yang menyenangkan didunia ini. Semanis apapun acara melepaskannya, yang namanya berpisah selalu menyakitkan. Bahkan meskipun itu harus berpisah dengan seseorang yang sudah menyakiti hatimu.
"Makasih kamu selalu berusaha untuk jadi diri kamu sendiri, maaf kalo ayah gak bisa jadi ayah yang baik buat kamu"tambah Minhyun lagi.
Hyunjin menggelengkan kepalanya kuat, tangannya terkepal erat disamping tubuhnya. Rasanya sakit karena lukanya belum sembuh, tapi luka dihatinya sekarang lebih menyakitkan dari apapun.
"Tenang, ayah bakalan tetap tanggung jawab sama kalian. Kamu gak usah mikirin apapun, yang penting kamu belajar yang bener disana. Ayah juga udah suruh om Minki cari universitas bagus disana, jadi kamu bisa langsung masuk"ucap Minhyun lagi. Pria itu mengangkat kepalanya, menatap Hyunjin dengan mata yang masih mengeluarkan air mata.
Minhyun tersenyum tipis, kemudian ia merentangkan kedua tangannya. "Gak mau peluk ayah?"tanyanya dengan suara serak.
Dalam hitungan detik, tubuh Hyunjin sudah masuk kedalam dekapan Minhyun. Ia kembali pulang kepada sandarannya, orang yang selalu ia andalkan meskipun Hyunjin membenci pria ini. Tangisnya pecah, tidak terima bahwa dunia begitu kejam kepadanya. Ia meraung, bagikan bocah yanh tidak dibelikan ice cream oleh ayahnya. Sama seperti 10 tahun yang lalu, saat Hyunjin menangis karena mainannya hilang tertinggal didalam pesawat setelah pulang dari kampung halaman Hira.
"Yahh, aku gak mau"tolak Hyunjin sambil mempererat pelukannya.
Hyunjin melepaskan pelukannya, menatap Minhyun dengan matanya yang sembab. Ia menarik kemeja sang ayah, berharap agar pemikiran sang ayah dapat dihentikan.
Hyunjin tidak bisa terima, ini tidak adil. Kenapa Tuhan selalu seperti ini!? Ia tak masalah jika harus menahan sakit, namun ia tak terima jika bundanya disalahkan. Tapi kenapa harus ia yang merasakan seperti ini, ayahnya akan pergi meninggalkannya. Hyunjin tetaplah seorang remaja, masih ingin merasakan kasih sayang kedua orang tuanya. Tidak peduli seberapa kuat Hyunjin berusaha baik-baik saja, pada nyatanya ia tidak baik-baik saja.
"Ayah jangan gitu, aku gak mau" Hyunjin menggelengkan kepalanya kuat-kuat, menarik lengan kemeja sang ayah. Percis seperti yang ia lakukan 10 tahun yang lalu.
Minhyun menggelengkan kepalanya, ia mengigit bibir bagian bawahnya. Bukan hanya Hyunjin yang menolak perpisahan ini, Minhyunpun sama. Ia tak mau, tapi Minhyun tidak bisa menyakiti Hira lebih lama. Mendengar raungan Hyunjin, dan suara tangis putranya itu membuat hati Minhyun seperti teriris, maka yang ia lakukan adalah menarik tubuh Hyunjin kedalam pelukannya. Memeluk putra kesayangannya erat, menghirup aroma yang sama seperti tubuhnya. Putranya ini benar-benar mirip dengannya.
"Maaf, maaf"bisik Minhyun lirih yang semakin membuat Hyunjin menangis keras.
Karena pada dasarnya, Hyunjin tetaplah putra kecil kesayangannya.
Keduanya terus menangis hingga tanpa menyadari bahwa Hira yang selama itu pura-pura tertidur, dan menguping pembicaraan keduanya ikut menangis dalam diam.
Ini adalah akhir, karena Minhyun bukan miliknya maka Hira harus rela melepaskan Minhyun.
---
TbcTapi ini beneran gak bakalan banyak, cuman sebentar lagi. Dan kita bakalan berpisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
him not mine; Hwang Minhyun✓
FanfictionImagine story off Hwang Minhyun x OC. story by; Kairzel