04

5.5K 903 42
                                    

Sore ini sekolah Hyunjin mengadakan sparing futsal dengan sekolah sebelah yang tak lain adalah sekolah Jinyoung, yang notabenenya anak dari istri pertama ayahnya.

Setelah mengganti seragamnya dengan baju futsal, Hyunjin langsung memilih untuk keluar dari ruang ganti. Namun tiba-tiba suara yang Hyunjin hafal sebagai suara milik suadara beda ibu dengannya. Membuat Hyunjin menghentikan langkahnya.

"Gimana, enak gak ayah ada dirumah lo terus?"pertanyaan itu membuat Hyunjin sontak menghentikan langkahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana, enak gak ayah ada dirumah lo terus?"pertanyaan itu membuat Hyunjin sontak menghentikan langkahnya. Ia menoleh, menatap kearah Jinyoung yang tengah bersandar diloker khusus tempat meletakkan barang-barang.

Hyunjin menghela nafas, "Maksud lo apa?"tanya Hyunjin dengan nada sedikit kesal.

Bibir Jinyoung terangkat, membentuk sebuah senyuman sinis.

"Gak emak lo, gak adek lo. Sama-sama suka buat hidup keluarga gue ancur"ucap Jinyoung.

Hyunjin menggeram. "Tutup mulut lo sat!"seru Hyunjin.

Jinyoung terkekeh, "Kenapa? Emang benerkan kenyataannya?"

"Sialan!"

Jinyoung kembali terkekeh, "Keberadaan nyokap lo, cuman bikin keluarga gue hancur doang!"

"Anjing! Tutup mulut lo bangsat!"










Hyunjin membuka pintu kamar Hira dengan cepat. Kemudian ia menghambur kedalam pelukan Hira, membuat Hira yang masih menatap beberapa desain baju langsung menatapnya dengan tatapan kaget. Hyunjin masih menggunakan baju futsalnya, memeluk Hira dengan erat. Menenggelamkan wajahnya dileher Hira.

"Kakak kenapa?"tanya Hira lembut sambil mengusap rambut Hyunjin.

Ada saat-saat tertentu bagi Hira untuk memanggil Hyunjin dengan kata Kakak. Seperti sekarang, entah apa yang membuat Hyunjin memutuskan untuk memeluknya. Tapi Hira yakin, ada suatu hal yang terjadi kepada Hyunjin. Dan itu bukanlah hal baik.

Hyunjin melepaskan pelukannya, ia memilih untuk duduk ditepi ranjang sambil menatap Hira.

"Ayah sama Varo kemana, bun?"tanya Hyunjin.

Hira mengusap surai anaknya, "Ayah lagi pergi beliin Varo makanan. Kenapa?"

Hyunjin menggelengkan kepalanya, ia menggenggam erat tangan Hira. Mengusapnya perlahan.

"Pasti bunda capek"ucap Hyunjin yang membuat Hira mengernyit.

"Bunda gak capek, kan bunda udah pulang dari sore. Iya, motor Hyunjin ada di garasi. Tadi ayah servis motor Hyunjin, katanya biar Hyunjin gak usah servis lagi bulan depan"terang Hira.

Hyunjin menganggukkan kepalanya, ia menatap wajah Hira. Kemudian sekelebat ingatannya tentang kejadian sore tadi kembali berputar, andai saja Felix tidak datang. Mungkin Hyunjin sudah menghajar wajah Jinyoung.

Tak apa jika ia dihina, asalkan jangan menghina bunda, dan adiknya. Hyunjin tidak terima.

"Tadi aku ketemu sama Jinyoung bun"ucap Hyunjin.

Hira mengangkat satu alisnya, "Terus gimana? Kamu gak ribut sama diakan?"tanya Hira penasaran.

Hyunjin menghela nafas panjang, membuat Hira menatapnya dengan pandangan bertanya.

Ada suatu kejadian dimana Hyunjin maupun Jinyoung bertengkar, dan hal tersebut membuat Minhyun harus menghukum kedua anak laki-lakinya itu.

Hira menggoyangkan bahu Hyunjin, "Gak ributkan?"tanya Hira lagi.

Hyunjin menghela nafas, "Hampir"jawabnya yang membuat Hira mendelik.

"Astaga kakak! Bunda udah bilang, jangan ribut sama Jinyoung lagi. Gimanapun dia sodara kamu"ujar Hira dengan nada sedikit kesal.

Hyunjin mendengus, "Gak ada sodara yang dengan entengnya nyalahin sodaranya sendiri bun"jawab Hyunjin.

Hira menghela nafas, ia mengusap rambut Hyunjin pelan.

"Jinyoung cuman kesel aja kak, coba kalo kamu yang ada diposisi dia. Pasti kamu bakalan selalu nyalahin bunda juga"ucap Hira yang mencoba untuk memberi pengertian kepada Hyunjin.

"Bunda gak suka kamu ribut, gimanapun juga Jinyoung adik kamu. Meskipun kalian beda beberapa bulan"ujar Hira lagi.

Hyunjin berdecak, "Malesin banget punya sodara kaya dia bun"balas Hyunjin yang membuat Hira langsung mencubit pinggang Hyunjin.

"Udah ah kamu mandi sana, bau habis main futsal"usir Hira yang dibalas dengan wajah malas Hyunjin.

"Aku wangi bun!"balas Hyunjin yang membuat Hira langsung terkekeh.

"Iya-iya wangi, wangi keringat"sahut Hira yang membuat Hyunjin merengut.

Hyunjin langsung beranjak. Berjalan mendekat kearah pintu kamar Hira, sebelum keluar. Hyunjin menghentikan langkahnya, menatap Hira yang masih terus duduk diposisinya.

"Bun, kalo bunda udah capek. Akhiri aja bun, aku gak tega liat bunda nangis karena gosip murahan itu"ucap Hyunjin pelan namun masih bisa terdengar oleh Hira.

Hira tersenyum menatap pintu kamarnya yang tertutup, kemudian ia menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.

Bukan sekali dua kali Hyunjin menyuruhnya untuk berhenti, namun Hira tak bisa melakukan itu semua.

Ada alasan yang membuatnya memilih untuk bertahan bersama dengan Minhyun walau banyak orang yang mengatakannya murahan.

Tapi ada pula saatnya dia untuk berhenti. Tapi bukan sekarang. Mungkin esok, ataupun lusa.

----
Tbc

Heuheuheu

him not mine; Hwang Minhyun✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang