22

4.1K 651 25
                                    

Sudah seminggu setelah Hira dirawat, keadaannya mulai membaik. Meksipun emosional  wanita itu sering tidak stabil, namun setidaknya Hira tidak lepas kendali seperti saat Bona datang menjenguk. Dan sejak kemarin Hira sudah diperbolehkan untuk pulang kerumahnya. Hira tetap kembali pulang kerumahnya dengan Minhyun, sementara mama kembali kerumah yang berada di Jakarta.

Minhyun masih mengambil jatah cuti, seluruh pekerjaannya diambil alih oleh Minki. Fokusnya sekarang masih tertuju kepada sosok yang tengah duduk bersandar diatas ranjang. Menatap kearah jendela kamar yang terbuka lebar, membuat hembusan angin malam itu masuk kedalam kamarnya. Minhyun menghela nafas, sejak kemarin Hira tidak mau keluar dari kamarnya. Bahkan saat waktu makanpun Minhyun harus menyuruh pembantu untuk membawakan makanan kedalam kamar Hira, sementara Minhyun harus mengurus Varo dan juga Hyunjin yang masih sakit.

Minhyun menutup pintu kamarnya secara perlahan, kemudian ia berjalan mendekat kearah Hira. Seolah menyadari kehadirannya, Hira menoleh. Menatapnya dengan pandangan kosong, tidak ada kehangatan disana. Minhyun menghela nafas, semakin dekat dengan Hira. Minhyun bisa merasakan kesedihan yang teramat sangat.

"Kenapa mas?"tanya Hira dengan suara pelan.

Minhyun menggelengkan kepalanya, mendudukkan dirinya dipinggir ranjang. Kemudian manarik tangan mungil Hira yang semakin kurus kedalam genggamannya.

"Makan yuk?"tawar Minhyun yang dibalas gelengan oleh Hira.

"Aku gak lapar"jawabnya yang membuat Minhyun menghela nafas.

Sedari tadi pagi Hira menolak untuk makan, bahkan makan malam yang diletakkan diatas nakas masih penuh. Tidak tersentuh sama sekali.

"Tapi kamu belum makan dari pagi Hir"ucap Minhyun.

Hira menggelengkan kepalanya, ia menundukkan kepalanya. Tangan kanannya yang tidak berada digenggam Minhyun bergerak menyentuh perutnya.

"Dia aja gak bisa nikmatin makanan lagi, jadi buat apa aku makan?"tanya Hira dengan pelan.

Suaranya terdengar lirih, hampir menangis. Namun nyatanya wanita itu sudah menangis, air mata yang mengalir tanpa persetujuannya. Melihat hal itu sontak membuat tangan Minhyun terulur untuk mengapus air mata wanitanya itu. Tangan besarnya menangkup wajah Hira. Membuat Hira menatap kearahnya, Minhyun tersenyum kecil. Berusaha untuk memberikan energi positif agar keadaan sedih ini segera berakhir. Bukan karena Minhyun tidak sedih, namun ia lelah melihat Hira yang selalu menangis seperti ini.

"Dia udah tenang disana, kamu jangan sedih lagi. Nanti dia ikut sedih"ujar Minhyun.

Hira menggelengkan kepalanya, "Meskipun aku gak tahu dia. Tapi kehadiran dia itu udah nyatu sama jiwa aku, dia pergi. Aku yang paling merasa kehilangan"

Minhyun tersenyum, ia menganggukkan kepalanya. Ia tahu itu, namun kesedihan terlalu berlarut-larut itu tidak baik bukan?

"Kamu gak kasian sama badan kamu? Kalo kamu gak makan, kamu bisa makin sakit. Gak mau sembuh?"tanya Minhyun.

Hira menggelengkan kepalanya, "Aku mau sembuh"jawab Hira yang membuat Minhyun tersenyum tipis.

Minhyun melepaskan genggamannya, kemudian ia meraih piring yang belum tersentuh sama sekali. Padahal selepas makan malam 30 menit yang lalu dan setelah menidurkan Varo dikamar Hyunjin, Minhyun memutuskan untuk kembali kekamar dan berharap bahwa Hira menghabiskan makanannya namun ia malah melihat Hira yang tengah melamun.

"Makan ya?"tawar Minhyun yang diangguki oleh Hira.

Dengan sigap Minhyun mengambil sendok dan menyuapi Hira dengan perlahan, membiarkan Hira menikmati makan malamnya. Minhyun meletakkan piring tersebut ke atas pahanya, kemudian ia mengambil gelas yang juga sudah disediakan sebelumnya. Hendak  menyerahkan kearah Hira, namun gerakannya terhenti karena pertanyaan yang terlontar dari bibir Hira.

"Kenapa kamu masih ada disini? Dan kapan kamu mau ngasih surat gugatan cerai sama aku?"

Minhyun terdiam, ia melanjutkan niat awalnya. Menyerahkan gelas minuman tersebut dan membantu Hira untuk meminumnya, setelahnya ia meletakan gelas tersebut keatas nakas.

"Kapan kamu cerain aku?"tanya Hira lagi. Menuntut jawaban dari Minhyun.

Minhyun menghela nafas kemudian ia menjawab dengan suara pelan.

"Nanti, setelah kamu sembuh"


Sebulan sudah berlalu, keadaan masih sama. Tidak ada yang berubah kecuali kedua orang tua Hira yang kembali pulang ke Queensland. Hubungan Minhyun dan Hira masih merenggang, dan Varo yang semakin lengket dengan Minhyun. Hira sudah sembuh, benar-benar sembuh fisiknya. Namun tidak dengan hatinya, wanita itu tidak dalam keadaan baik bahkan sampai saat ini.

Surat gugatan cerai selalu terbayang-bayang dipikirannya. Benar-benar membuat Hira tidak bisa tertidur nyenyak, Minhyun sudah kembali kepada aktivitas awalnya. Sering membagi waktu untuk tinggal di kediaman Bona maupun Hira meskipun ia lebih sering menghabiskan waktu dengan Hira. Soal Bona, Hira tidak pernah mau mengetahui tentang keadaan istri pertama suaminya dan juga ketiga anaknya.

Hira masih sama, masing suka berdiam diri dan jarang memakan makanannya sebelum Minhyun datang dan menyuapinya. Entah mengapa Hira benar-benar ingin menghabiskan waktu yang tersisa sebelum berpisah dari Minhyun dengan baik. Biarkan luka itu menjadi kenangan, dan Hira ingin membuat kenangan manis bersama dengan Minhyun. Ia benar-benar ingin melakukan itu. Bahkan sekarang, sejak sebulan yang lalu. Baru kali ini Hira memeluk tubuh Minhyun yang tertidur disampingnya, menenggelamkan wajahnya didada Minhyun, membuat pria itu akhirnya menggeliat pelan dan terbangun dari tidurnya.

"Kamu gak tidur?"tanya Minhyun dengan suara serak.

Hira menggelengkan kepalanya, Minhyun merubah posisinya menjadi menyamping, membuat Hira dengan leluasa menenggelamkan wajahnya didada Minhyun, tangan mungilnya memeluk tubuh kekar Minhyun sementara Minhyun membalas pelukannya, semakin membawa Hira kedalam dekapannya yang nyaman.

"Tidur, udah malem"ujar Minhyun sambil menepuk-nepuk punggung Hira pelan.

Hira hanya terdiam, kemudian menggelengkan kepalanya. Ia melepaskan pelukannya, kemudian menarik tubuhnya sedikit menjauh dari Minhyun. Menatap wajah Minhyun dalam diam. Sementara Minhyun hanya diam, bingung dengan tingkah Hira.

Tiba-tiba Hira mendekatkan wajahnya kearah Minhyun sebelum akhirnya mengecup bibir pria itu dengan cepat, gerakan tiba-tiba yang membuat Minhyun terdiam seribu bahasa.

"Ka-kamu ngapain?"tanya Minhyun gugup.

Hira tersenyum manis, tangannya terulur untuk mengusap wajah Minhyun dengan perlahan sebelum akhirnya kembali mengecup bibir Minhyun dengan pelan.

Ia menatap Minhyun dalam, kemudian ia mendekatkan wajahnya kearah Minhyun. Mencium bibir suaminya itu dengan pelan, hanya beberapa detik karena belum sempat Minhyun membalas ciuman Hira. Wanita itu melepaskannya, menatapnya dengan nafas tersengal-sengal.

"Buat malam ini sebelum kita berpisah, aku mau kamu jadi milik aku seutuhnya. Cuman malam ini sebelum besok aku tanda tangan surat cerai kita?"tanya Hira dengan suara serak.

Minhyun hanya terdiam, kemudian ia menangkup wajah Hira dan mencium bibir wanita itu dalam. Menjawab pertanyaan Hira lewat tindakannya.

---
Tbc

him not mine; Hwang Minhyun✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang