14

4.8K 782 22
                                    

Panjang banget.

Hari itu, mungkin adalah hari dimana sosok Minhyun yang benar-benar lemah terlihat. Dengan penampilan yang terbilang sangat berantakan, Minhyun melangkahkan kakinya dengan pelan menyusuri koridor rumah sakit tempat dimana Hira dirawat.

Tangannya mengepal erat, wajahnya terlihat bengap, hidungnya memerah, serta mata yang masih berair. Benar-benar membuatnya terlihat menyedihkan, seolah tidak perduli dengan tatapan bingung yang dilayangkan kepadanya Minhyun terus berjalan dengan pandangan kosong. Pikirannya masih melayang jauh  entah kemana, perasannya benar-benar kacau sekarang.

Rasanya ia ingin marah kepada dirinya sendiri yang terlalu bodoh untuk tidak mengetahui tentang keberadaan calon buah hatinya yang sekarang sudah pergi jauh. Air mata itu kembali turun, mengalir dengan bebas dikedua pipi Minhyun. Seolah tidak ada niat untuk menghapusnya, Minhyun membiarkannya begitu saja. Benar-benar seperti orang yang terlihat putus asa.

Keadaan Hira terbilang lemah karena mengalami pendarahan, dan juga mengalami keguguran. Sudah bisa untuk dilihat. Namun Minhyun seolah tidak punya tenaga untuk menatap wajah istrinya tersebut dan memilih untuk pergi entah kemana, yang jelas Minhyun tak kuat jika berada diruangan itu lagi.

Keadaan ruangan itu terbilang sepi, tidak ada yang mengeluarkan suara. Bona menatap Jinyoung dengan tatapan tak percaya, sementara Eunbi maupun Seonho hanya terdiam tanpa mengeluarkan suara. Jinyoung sendiri sudah terisak pelan.

"Mama gak pernah nyangka kakak bakalan ngelakuin hal kaya gitu sama tante Hira"ucap Bona pelan.

Jinyoung menggelengkan kepalanya, "Kakak gak tau maaa.... Kakak refleks gitu aja.... Kak" Jinyoung menjeda ucapannya. Terlalu bingung untuk menjawab pertanyaan dari Bona.

Bahkan dirinya sendiri masih tidak menyangka bahwa ia akan melakukan hal tersebut.

"Kakak bener-bener nyesel ma"lanjut Jinyoung yang dibarengi dengan suara pintu terbuka.

Menampilkan sosok Minhyun dengan penampilannya yang benar-benar terlihat kacau. Wajahnya memerah, menatap Jinyoung dengan tatapan kosong miliknya.

"Kamu nyesel setelah bikin calon anak ayah pergi? Adik kamu pergi?" Ucapan Minhyun itu sontak membuat seluruh orang yang ada diruangan itu terdiam.

Jinyoung menundukkan kepalanya dalam, sementara Bona langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Merasa tidak percaya dengan ucapan Minhyun.

"Kenapa diem? Kamu biasanya bakalan ngatain bunda Hira jalang, pelacur, perusak kebahagiaan mama. Kenapa sekarang malah diem?"tanya Minhyun seraya mendekat kearah Jinyoung yang masih terduduk dihadapan Bona.

Kini tatapan Minhyun beralih kepada Eunbi, dan juga Seonho. Menatap kedua anaknya dengan pandangan sayu.

"Coba jawab ayah, kenapa kalian selalu anggep bunda sebagai perusak kebahagiaan mama?"tanya Minhyun lagi.

Eunbi maupun Seonho terdiam, Bona yang berada disamping Minhyun langsung menggenggam erat tangan Minhyun. Membuat Minhyun menoleh kearahnya, menatapnya dengan pandangan bingung.

"Mas...jangan"ujar Bona pelan.

Minhyun menggelengkan kepalanya, "Kenapa? Kenapa aku gak boleh jelasin semuanya sama anak-anakku?"tanya Minhyun kepada Bona.

Bona menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha untuk membuka Minhyun tidak mengucapkan hal apapun.

"Awalnya aku pikir semuanya bakalan biasa aja Bon, mungkin anak-anak bakalan marah sebentar. Tapi aku gak nyangka kalo jadinya kaya gini, apalagi Jinyoung,"Minhyun langsung menatap kearah Jinyoung "ayah bener-bener gak nyangka sama kamu"lanjut Minhyun.

him not mine; Hwang Minhyun✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang