Minhyun tidak pernah melupakan bagaimana rasa gugupnya saat ia datang kerumah Hira untuk pertama kalinya, bahkan ia masih ingat bagaimana rasa sakitnya sebuah pukulan keras yang melayang dipipinya. Ia masih ingat itu, bagaimana tangisan ibu mertuanya yang tak terima ketika mengetahui bahwa Hira sudah menikah dan mengandung Hyunjin tanpa sepengetahuan keluarga besar wanita itu. Bahkan masih Minhyun ingat, ketika Hira menangis memohon maaf kepada kedua orang tuanya hingga jatuh pingsan. Wanitanya itu tidak sekuat yang ia lihat, banyak beban yang tersembunyi tanpa Minhyun ketahui.
Bahkan sampai sekarang, Minhyun tidak tahu seberapa besar sakit yang Hira rasakan. Hingga akhirnya ia sadar, pria itu sudah melukai Hira sangat banyak. Bahkan tidak bisa terhitung lagi. Jika ada hal yang bisa membuat Hira melupakan rasa sakit itu, Minhyun yakin itu pasti adalah hal yang sangat sulit untuk didapatkan.
Minhyun meremas tangannya yang terasa basah akibat keringat, sama seperti ketika mengucapkan janji setia diatas altar. Minhyun menghela nafas panjang, kemudian ia kembali menetralkan detak jantungnya. Ia tengah berada dikediam keluarga Hira, sebuah rumah yang tak kalah mewahnya dari rumahnya dan juga Bona, maupun rumahnya dan juga Hira. Rumah yang dibangun oleh ayah Hira sebagai tempat menginap jika ia datang ke Indonesia untuk menjenguk Hira, ataupun sekedar liburan saja.
"Ayah!"
Minhyun mengangkat kepalanya, senyumnya merekah takkala melihat sosok Varo yang berlari kearahnya dengan semangat. Anaknya itu terlihat menggemaskan dibalik balutan baju kodok dengan kaos berwarna putih didalamnya. Minhyun menundukkan tubuhnya, membuka tangannya lebar membuat Varo langsung berlari kedalam pelukannya. Melingkarkan tangan mungilnya dileher Minhyun dan menyembunyikan wajahnya dipundak Minhyun.
Minhyun tersenyun kecil, kelakuan anak bungsunya ini benar-benar membuatnya gemas. Rasanya tidak rela jika Minhyun harus melepaskan keluarga kecilnya ini, namun ia tidak boleh egois. Cukup sekali saja Minhyun memaksakan kehendaknya, tidak untuk sekarang. Melepaskan Hira adalah yang terbaik, membuat nama wanita itu tidak diikuti dengan embel-embel istri kedua, dan juga pengganggu rumah tangga orang.
"Anak ayah makin gembul banget ini, makan apa sih?"tanya Minhyun sambil mengusap pipi Varo yang berada dipundaknya.
Varo mengangkat wajahnya, membuatnya bertatapan dengan wajah Minhyun. Sontak Minhyun tertawa kecil, rambut yang tidak menutupi bagian keningnya, serta pipi putih gembilnya membuat Varo nampak lucu. Mirip dengan Hira, anaknya ini mirip dengan sang bunda sementara Hyunjin menurun sepertinya.
"Ayah kemana aja? Aku kangen loh sama ayah"ujar Varo dengan suara cempreng miliknya.
Minhyun tertawa, kembali mencium wajah Varo. Iapun rindu dengan putra kecilnya ini.
"Ayah gak kemana-mana kok, pulang yuk sama ayah? Kita kerumah sakit nemenin bunda, bunda kangen sama Varo"ujar Minhyun yang dialas anggukan antusia oleh Varo.
"Bunda sakit ya yah? Sakit apa?"tanya Varo lagi.
Minhyun tersenyum kecil, "Perutnya bunda sakit. Mangkanya dek Varo jangan nakal ya sama bunda?"jawab Minhyun yang langsung dibalas anggukan oleh Varo.
"Pinter anak ayah, yuk cari kakek sama nenek. Kita pamit dulu"ujar Minhyun yang langsung dibalas anggukan semangat oleh Varo lagi.
—
Hira menghela nafas panjang, matanya tertuju kepada televisi yang terpasang didinding didepannya, suara dari pembawa berita yang tengah menyampaikan hot issue yang tengah terjadi di Indonesia itu membuat Hira kembali menghela nafas. Ia tidak suka dengan acara-acara seperti ini, namun tidak ada yang bisa ia lihat selain acara berita seputar artis jika pagi seperti ini. Tidak ada Hyunjin yang bisa ia ajak bercerita karena putra sulungnya itu berpamitan beberapa saat yang lalu untuk pergi kerumah ayah Hira yang berada di Indonesia untuk menjemput kedua orang tua Hira, tidak ada Varo yang membuat Hira merasa senang karena mendengar celotehan yang bisa membuat Hira merasa lucu sekaligus kesal ini. Dan juga tidak ada Minhyun, karena Minhyun ikut keluar bersama dengan Hyunjin. Membuat Hira yang hanya tersisa diruang rawat VIP itu sendirian.
Hira pikir Minhyun sekarang sudah berada di pengadilan untuk mengurus surat perceraian keduanya. Bohong jika Hira mengatakan bahwa ia senang karena akhirnya ia terbebas dari Minhyun, Hira benar-benar tidak siap. Kehilangan calon anaknya karena kebodohannya sendiri sudah membuatnya cukup terluka, dan sekarang ia harus siap kehilangan sosok Minhyun. Pria yang mencintainya, dan juga melukainya sama besarnya. Tidak apa jika Minhyun meminta untuk berpisah, namun tidak sekarang. Tidak disaat Hira membutuhkan Minhyun sebagai penyemangatnya. Tidak disaat Hira membutuhkan Minhyun sebagai tempat bersandarnya, Hira membutuhkan pria itu. Tapi kenapa Minhyun malah ingin berpisah dengannya? Kenapa harus sekarang? Kenapa tidak sejak kemarin-kemarin saja, saat Hira yang sudah siap untuk ditinggalkan.
Apakah Minhyun marah kepadanya karena Hira sudah lalai menjaga calon anak mereka? Tapi seharusnya Hira yang marah, ini semua bukan salahnya. Kenapa? Kenapa Minhyun malah bersikap seperti ini. Ini bukan membuatnya sembuh tapi malah membuatnya semakin terluka.
Hira kembali menghela nafas, pikiran pagi ini benar-benar tidak fokus. Berlalu banyak yang ia pikirkan, bukan fisiknya yang sakit namun batinnya, seharusnya Hira tidak perlu dirawat seperti ini. Karena fisiknya tidak apa-apa, mungkin jika menimbulkan bekas maka bekas itu akan hilang dalam jangka waktu yang bisa ditentukan. Beda dengan batin, jika batinnya terluka. Maka berapa lama waktu yang digunakan Hira untuk menyembuhkan luka batinnya itu?
Suara decitan pintu itu sontak membuat Hira mengalihkan perhatiannya kearah pintu, matanya membelo sempurna. Tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang.
Bona, dan ketiga anak Minhyun yang lainnya. Jangan lupakan wajah bersalah Jinyoung yang saat ini tengah menunduk. Sungguh, kenapa pagi ini harus diawali dengan seperti ini. Otaknya tidak bisa berpikir lagi sekarang, semuanya seorang buram. Apakah Bona datang untuk mengucapkan selamat karena akhirnya Hira akan pergi, dan berhenti menjadi peganggu rumah tangannya. Atau malah ingin menjenguknya, dan mengucapkan kata maaf karena perbuatan Jinyoung yang membuat Hira kehilangan calon bayinya.
Mengingat hal itu membuat batin Hira kembali tersiksa, ia kehilangan kebahagiaannya. Kebahagiaan yang bahkan belum pernah ia lihat, namun sudah direnggut paksa oleh seseorang.
"Kalian mau apa?"
---
TbcUntuk kalian yang comment mau lihat Bona masuk kedalam cerita ini
KAMU SEDANG MEMBACA
him not mine; Hwang Minhyun✓
FanfictionImagine story off Hwang Minhyun x OC. story by; Kairzel