19

3.9K 765 69
                                    

Tidak ada satupun keinginan Hira untuk melihat Bona, dan ketiga anaknya berada diruang rawatnya sekarang. Bahkan Hira tidak pernah berharap jika Bona akan meminta maaf secara langsung kepadanya atas apa yang sudah anak laki-lakinya perbuat, Hira tidak pernah mengharapkan hal itu. Tapi mengapa sekarang malah seperti ini, Bona yang duduk disamping ranjang rawatnya sementara 3 orang lainnya berdiri disamping wanita yang merupakan istri pertama dari Minhyun itu.

"Kalian mau apa?"Hira mengulang pertanyaan.

Otaknya tidak bisa diajak berpikir sekarang. Terlalu penuh didalam kepalanya, sehingga kehadiran 4 orang dihadapannya benar-benar membuat Hira tidak menyangka. Terlebih jika melihat Jinyoung yang masih menundukkan kepalanya, hatinya benar-benar terluka. Karena Jinyoung ia kehilangan satu kebahagiaannya.

"Hira, kita disini mau jenguk kamu" Bona menatap wajah Hira yang nampak pucat itu.

Mendengar perkataan Bona itu entah mengapa malah membuat Hira terkekeh, tidak merasa simpati dengan perhatian yang ucapkan oleh Bona kepadanya. Mereka datang karena Minhyun memarahi Jinyoung tidak mungkin kejadiannya seperti ini. Sebenarnya Hira tidak benci dengan Bona, tapi karena tingkah Jinyoung kepadanya membuat rasa benci yang selama ini ia tahan tumbuh. Ia muak dengan semua ini, kenapa Tuhan tidak berhenti membuatnya menderita.

"Basi, mending kalian pergi. Kedatangan kalian gak bisa bikin anakku balik lagi"ujar Hira datar.

"Hira"panggil Bona.

Ia terkejut mendengar ucapan Bona, terlebih saat ia tahu Jinyoung semakin mempererat genggaman ditangannya.

Hira mengangkat kepalanya, menatap Bona dengan tatapan kosong. Tapi Bona tahu, wanita itu terluka, tatapan kosong itu membuat Bona mengerti bahwa Hiralah yang menanggung beban paling banyak. Wanita itu yang paling terluka, disini Hiralah yang paling terluka bukan Bona.

"Pergi"

Bona menggelengkan kepalanya, tangan kanannya terulur hendak menyentuh pergelangan tangan kiri Hira yang terpasang oleh infus namun dengan cepat ditepis oleh Hira. Wanita itu menatap Bona tajam, terlihat kilat kemarahan dimatanya. Namun kesedihan yang paling jelas terlihat dimata wanita itu.

"AKU BILANG PERGI! GAK PUAS KALIAN SEMUA BIKIN HIDUP AKU MENDERITA!"sentak Hira yang membuat Eunbi langsung memeluk Seonho.

Kaget dengan teriakan Hira yang membuat keduanya langsung melangkah mundur, sementara Bona langsung berdiri, Jinyoung yang ada dibelakangnya masih terus menundukkan kepalanya. Benar-benar takut, rasa bersalah semakin menghantuinya.

"AKU BILANG PERGI!"


Minhyun mempercepat langkahnya agar segera sampai diruang rawat Hira. Entah mengapa perasaannya tak enak, membuat Minhyun memutuskan untuk segera datang kerumah sakit sendirian, meninggalkan Varo dan juga Hyunjin dikediam mertuanya. Ia tak tenang meninggalkan Hira sendiri, terlebih saat ia melihat sebuah mobil yang terlihat mirip dengan milik Bona terparkir dihalaman parkir rumah sakit.

Minhyun mempercepat langkahnya saat atensinya melihat sosok Seonho dan juga Eunbi yang saling berpelukan didepan  kamar Hira. Perasaan Minhyun semakin tak tenang, kesalahan meninggalkan Hira sendiri diruangannya. Ia menyesal sudah memilih untuk ikut dengan Hyunjin yang hendak menjemput kedua mertuanya.

Tanpa memperdulikan kedua anaknya itu, Minhyun langsung membuka pintu kamar Hira kasar. Matanya langsung membelo saat infus yang tadinya masih terpasang dipergelangan tangan kiri Hira terlepas, membuat darah segar mengalir dari pergelangan tangan istrinya itu.

"PERGI! AKU BILANG PERGI! PERGI!"

Hira memukul ranjang rawatnya dengan keras, tangannya terulur untuk mengambil sebuah gelas kemudian ia melemparkannya keatas lantai. Membuat gelas itu langsung pecah, Minhyun melangkahkan kakinya mendekat, ia tidak perduli dengan fakta bahwa masih ada Bona disana. Yang ia pikirkan adalah keadaan Hira sekarang.

"ANAK AKU PERGI KARENA KAMU! KAMU UDAH BUNUH ANAKKU!!" Hira berteriak histeris, air matanya sudah mengalir.

Tangannya terulur memukul perutnya yang rata seperti dulu. "LIHAT! KAMU UDAH BUNUH ANAK AKU!"Hira kembali berteriak histeris.

Suara tangisnya membuat Minhyun benar-benar terluka, dengan cepat Minhyun langsung menangkap kedua tangan Hira, kemudian menarik wanita itu kedalam pelukannya. Hira memberontak, berusaha memberontak dengan cara memukul-mukul punggung Minhyun keras. Namun Minhyun tidak merasakan sakit, pukulan Hira terlalu lemah.

"Pergi! Apa sih kurang buat hancurin hidup aku? Bahkan saat Minhyun juga mau ngelepasin aku?"


Berkali-kali Minhyun mencium punggung tangan kiri Hira, tepat dimana bekas infus yang kemarin malam terpasang disana sudah dipindah ketangan kanan karena Hira melepaskannya tadi. Hira sudah tertidur saat dokter menyuntikkan cairan yang membuat Hira tertidur, ruangannya sudah dibersihkan kembali. Pecahan kaca sudah dibuang, dan juga infus dipindah kepergelangan tangan kanan Hira.

"Aku gak bisa pikir kalo Hira bisa lepas kendali kaya tadi"

Minhyun menoleh kearah kiri, menatap Bona yang masih berada diruang rawat Hira. Sementara Jinyoung, Eunbi, dan juga Seonho berada diluar ruangan setelah Minhyun menyuruh ketiga anaknya itu. Minhyun menghela nafas.

"Gak seharusnya kamu dateng kesini"ujar Minhyun dengan suara pelan.

Bona mengernyitkan keningnya, "Kenapa gak boleh? Aku cuman mau minta maaf sama dia. Gak ada maksud apapun lagi"balasnya.

Minhyun hanya diam, terlalu malas untuk menjawab ucapan Bona. Fokusnya sekarang hanya tertuju pada Hira, wanita itu pasti benar-benar tertekan.

"Tapi kamu serius mau cerai sama Hira?"tanya Bona yang merasa tidak yakin dengan ucapan Minhyun malam itu.

Minhyun hanya terdiam, "Kamu tega buat Hira tambah trauma lagi?"tanya Bona lagi.

Minhyun kembali menatap Bona dengan pandangan datar, "Dan biarin dia terluka karena perlakuan anak-anak yang gak terima dia?"

"Kamu seharusnya senang aku ambil keputusan ini, kamukan yang dari dulu mau aku cerai sama Hira?"terdengar kekehan kecil diujung ucapannya.

"Dan kamu pikir hidupku bakalan bahagia setelah kamu cerai sama dia sementara hati kamu sepenuhnya udah untuk dia?"

----
Tbc

him not mine; Hwang Minhyun✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang