Hyunjin tidak bisa menyangkal bahwa hatinya sekarang benar-benar terluka, ia sempat bahagia saat mendengar kabar dari Seungmin bahwa bundanya sudah sadar. Membuat pria itu langsung berlari masuk kedalam rumah sakit, dan memilih menggunakan tangga darurat hingga akhirnya sampai diruangan Bundanya ia menyesal. Rasa bersalahnya benar-benar menyelimuti hatinya, Hyunjin tidak bisa menerima kenyataan bahwa bundanya terluka. Lebih besar daripada luka yang diterimanya, bundanya bukan hanya terluka fisik. Namun batinnya wanita yang selalu ingin Hyunjin lindungi itu ikut terluka.
"Gue gak tahu apa yang dokter omongin, tapi saat dokter keluar. Bunda udah nangis"
Suara berat milik Felix terdengar, namun Hyunjin tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari pintu kaca yang menampilkan sosok Bundanya yang terdiam dengan wajah yang basah akibat menangis. Sudah tidak ada alat bantu pernafasan dihidungnya, namun wajah pucat bundanya masih terlihat.
"Kalian pada balik aja"ujar Hyunjin pelan tanpa mengalihkan perhatiannya kepada sahabatnya.
"Tap—"
Belum sempat Felix menyelesaikan ucapannya, Jisung terlebih dulu memotong. Menatap Felix dengan tatapan tajam, membuat Felix menghela nafas kemudian menganggukkan kepalanya pasrah.
"Yaudah kita balik dulu, kalo ada apa-apa chat kita aja. Salam buat bunda"ujar Jisung yang membuat Hyunjin mengangguk.
Setelah memastikan bahwa ketiga sahabatnya sudah pergi, dengan pelan Hyunjin membuka pintu kaca ruangan VIP yang ditempati Bundanya. Dencit pintu membuat bunda menoleh, menatapnya dengan nanar hingga hatinya seperti tercubit karena melihat keadaan bundanya yang seperti ini.
"Bun"lirih Hyunjin sebelum akhirnya mempercepat langkahnya untuk sampai kehadapan Bundanya dan langsung memeluknya, membiarkan wanita yang sangat-sangat teramat ia cintai itu memeluknya. Menumpahkan semua kesedihannya dibahunya.
"Maaf ya kak"
Hyunjin melepaskan pelukannya, menatap bundanya dengan pandangan bingung, terkejut, dan ekspresi yang membuat Hira semakin menangis.
"Bun, kenapa minta maaf?"tanya Hyunjin pelan.
Hira menggelengkan kepalanya, "maaf karena udah bikin adik kakak pergi. Maaf bunda gak bisa jaga adik bayi buat kakak sama dek Varo"jawaban bundanya itu sontak membuat Hyunjin langsung kembali menarik bundanya kedalam pelukannya.
Ia menggelengkan kepalanya, tidak setuju dengan ucapan Bundanya. Ini bukan salah bundanya, tidak. Bundanya tidak bersalah atas apapun. Bahkan bundanya adalah korban disana.
"Maaf ya kak"ujar Hira lirih ditengah isak tangisnya.
Hyunjin menggelengkan kepalanya, tanpa sadar air mata yang sudah ia tahan tumpah. Rasanya benar-benar sesak mendengar suara sedih milik bundanya, seperti ada yang menikam jantungnya, membuatnya terluka hingga menimbulkan rasa sakit yang tidak bisa Hyunjin ucapkan.
Setelah hampir 10 menit, akhirnya tangisan Hira mereda. Membuat melepaskan pelukannya, menatap mata ibunya dalam. Kemudian tangannya terulur untuk menghapus bekas air mata yang masih tersisa diwajahnya.
"Bunda mau makan?"tanya Hyunjin pelan.
Hira menggelengkan kepalanya, karena ia tidak merasakan lapar sama sekali. Hyunjin menghela nafas panjang, kemudian dengan pelan ia menuntut agar Hira kembali ke posisi awal.
"Kakek sama dek Varo nanti sore kesini, Bun"ujar Hyunjin.
Hira hanya menganggukkan kepalanya lemah, kemudian ia melirik kearah pintu. Seolah mengerti pemikiran Hira, Hyunjin langsung menggenggam tangan Hira erat.
"Ayah lagi pergi bun, habis bunda dipindahin keruang rawat. Ayah langsung pergi, kemungkinan sebentar lagi pulang"ujar Hyunjin.
Hira hanya terdiam, kemudian ia menutup matanya dengan perlahan bertepatan dengan sosok Minhyun yang masuk kedalam ruang inapnya, membuat Hira langsung membuka matanya. Mengalihkan atensinya kearah pintu, menatap sosok Minhyun dengan keadaan kacau. Bahkan wajah pria itu benar-benar sembab.
Hyunjin menghela nafas, ia bangkit dari posisinya, dan melangkah kakinya keluar ruangan. Memberikan ruang agar Minhyun bisa berada dengan Hira. Setelah pintu kembali tertutup, pertanda bahwa Hyunjin sudah pergi dari ruangan itu. Tidak ada yang Minhyun lakukan selain berjalan cepat kearah Hira yang masih terbaring dan memeluknya erat. Menghirup aroma wanita itu dalam-dalam untuk memenuhi rongga dadanya.
"Maaf"bisik Minhyun pelan.
Benar-benar pelan, bahkan Minhyun sempat ragu Hira bisa mendengarnya atau tidak.
Hening cukup lama, hingga suara tangis Hira terdengar. Tangan lemah wanita itu berusaha untuk membalas pelukan Minhyun. Entah mengapa hatinya sakit saat melihat keadaan Minhyun seperti ini, seharusnya ia marah dengan pria ini. Seharusnya seperti itu, tapi Hira tidak bisa memungkiri bahwa hatinya juga sakit melihat keadaan Minhyun yang tidak baik-baik saja.
"Aku yang harusnya minta maaf"ujar Hira pelan.
Minhyun menggelengkan kepalanya, hatinya tidak sanggup mendengar perkataan Hira selanjutnya. Masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa anaknya yang belum sempat melihat dunia sudah pergi. Bahkan belum sempat Minhyun melihat sosok dari buah hatinya itu.
"Ssst, bukan salah kamu. Bukan salah kamu"balas Minhyun pelan.
Minhyun melepaskan pelukannya, menatap wajah Hira yang masih basah karena air mata terus-menerus mengalir dari kedua mata indahnya. Minhyun mencondongkan tubuhnya kearah Hira, mengecup keningnya lama. Membuat Hira memejamkan matanya, hingga suara Minhyun terdengar.
"Now, let's end it all"
----
TbcBoom
KAMU SEDANG MEMBACA
him not mine; Hwang Minhyun✓
FanfictionImagine story off Hwang Minhyun x OC. story by; Kairzel