13

5K 824 40
                                    

Entah mengapa hari ini perasaan Minhyun tak tenang, pertama pikirannya melayang jauh kepada ucapan dari ayah mertuanya. Rasanya Minhyun ingin marah, namun ia tak bisa. Bagaimanapun juga disini ia yang salah. Dan yang terakhir entah karena apa pikiran Minhyun tidak bisa untuk fokus. Seperti ada sesuatu yang mengganjal dihatinya. 

Untuk kesekian kalinya pria itu kembali menghela nafas kasar, entah untuk keberapa kalinya tangannya bergerak untuk mengacak-acak rambutnya. Pikirannya hari ini benar-benar tidak bisa untuk diajak kompromi, bahkan tumpukan kertas berisikan dokumen penting itu belum Minhyun sentuh sama sekali.

Perasaannya benar-benar campur aduk sekarang, dan Minhyun benar-benar resah.

Suara ketukan pintu itu membuat Minhyun mengangkat kepalanya, menoleh menatap kearah pintu yang sudah menampilkan sosok sekertarisnya.

"Ada apa?"tanya Minhyun tanpa menyuruh sekertarisnya itu masuk kedalam ruangannya.

"Bapak sebentar lagi harus menghadiri rapat pak, dan tanda tangan kontrak kerja di pulau Sulawesi untuk minggu depan"ujar sekertarisnya itu.

Minhyun menganggukkan kepalanya, kemudian ia segera menyuruh agar sekertarisnya itu segera kembali keruang kerjanya. Hembusan nafas kembali keluar dari mulut Minhyun, pikirannya yang tengah kacau membuat Minhyun merasa berat untuk menghadiri rapat hari ini.

Setelah merapihkan jas yang ia kenakan, sebelum akhirnya ia meraih ponselnya. Baru saja tangannya bergerak untuk memasukan benda persegi panjang tersebut kedalam saku jasnya sebuah getaran yang disertai dengan ringtone menandakan bahwa ada panggilan telepon membuat Minhyun mengurungkan niatnya. 

Tanpa melihat siapa yang mengirimkan panggilan tersebut, dengan cepat Minhyun langsung menggeser layar ponselnya untuk menerima panggilan tersebut dan mendekatkan benda tersebut ketelinganya.

"Hallo?"sapa Minhyun sambil menahan ponselnya diantasa bahu dan juga telinganya.

"Minhyun?" Tanya seseorang disebrang sana. 

Minhyun mengernyitkan keningnya heran, merasa familiar dengan suara ini namun siapa.

"Ya, ini siapa?"

"Ini Mark" jawab orang tersebut. 

Minhyun terdiam untuk beberapa saat. Masih tidak menyangka bahwa yang tengah menelponnya ini adalah Mark.

"Kenapa?"

"Dateng kerumah sakit XXX" Mark menjeda ucapannya.

"Hira ada disini"

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kata orang, penyesalan itu selalu datang terlambat. Dan memang benar, untuk kali ini Minhyun merasakan itu semua. Awalnya ia pikir semuanya akan baik-baik saja, Minhyun kira anak-anaknya akan mengerti dengan apa yang terjadi. Nyatanya, sekarang. Tidak ada yang mengerti semuanya.

him not mine; Hwang Minhyun✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang