20

4.2K 699 14
                                    

Hira side

Aku tidak pernah menyangka hal seperti ini terjadi kepadaku. Aku adalah wanita yang memimpikan sebuah pernikahan indah layaknya dinegeri dongeng, aku ingin berjalan diatas altar dengan ayahku yang menggenggam erat tanganku. Dekorasi gedung indah dengan didominasi oleh warna putih, dan gaun putih impianku. Namun semuanya terasa menyedihkan, jauh dari harapanku. Pernikahan yang tidak pernah aku bayangkan terjadi, meskipun bersama dengan orang yang ku cintai. Tidak ada genggam tangan ayah yang menuntunku menuju altar, tidak ada dekorasi indah, dan juga gaun pernikahan yang aku impikan.

Mungkin jika malam itu aku tidak mendengar perbedatan antara pria yang membawaku kabur hampir setengah tahun itu bersama dengan pria yang ku ketahui bernama Jonghyun itu mungkin aku tidak akan mengetahui kebohongan yang sangat menjijikkan, dan juga kenyataan pahit yang menbuatku jatuh ke dasar jurang.

"Gua gak pernah mau ikut campur sama urusan lo! Tapi lo bener-bener brengsek Hyun! Tau bajingan gak!? Ya itu lo!" Teriakan keras itu berasal dari luar kamar yang ku tempati.

Aku masih ingat, saat itu beberapa teman mas Minhyun datang untuk membantu mempersiapkan acara pernikahanku esok pagi. Awalnya aku senang, tak masalah jika ayah tidak menuntunku menuju altar, ataupun pernikahan impianku. Aku senang, setidaknya mas Minhyun benar-benar menjadi pria gentle karena berani menikahi ku, namun suara teriakan itu kembali terdengar. Membuatku langsung luruh dibalik pintu kayu bercat putih itu.

"Sinting lo! Gak kurang apa Bona!? Lo udah punya anak Hyun! Bini lu nungguin lu terus! Tapi kenapa lu malah kaya gini! Nikahin anak orang tanpa ijin! Gak ada otak lo!"

"Udah Jong, udah"

"Biarin Ki! Biar ni bangsat mikir! Punya otak tapi gak pernah dipakek, kemana otak lo!? Ditaro ke selangkangan apa didengkul! Tolol! Lebih idiot!"

"Jaga mulut lo brengsek! Gua nikahin dia bukan karena itu!!"

"Terus karena apa!? Bona kurang apa!? Inget dulu lu mau nikahin Bona perjuangannya kaya mana bangsat! Inget anak lo anjing! Otak lo dipakek! Kalo bisa cewek itu gua bawa kabur biar ga nikah sama cowok bangsat kaya lo!"

"Lo ga akan bisa bawa dia pergi!"

Dan setelah itu aku mendengar suara teriakan serta debumam yang sangat keras, khas perkelahian. Karena aku ingat, esoknya saat kami melakukan pemberkatan aku bisa melihat bekas luka diujung bibirnya, tidak terlalu terlihat karena tertutup oleh makeup yang menutupi luka-luka diwajahnya. Namun ujung bibirnya yang robek, serta saat aku masuk dan melihat kak Jonghyun yang duduk agak jauh dari altar dengan sebuah plaster menempel di pelipisnya sudah menjadikan bukti bahwa keduanya bertengkar.

Jika kalian bertanya kenapa aku masih bertahan dengan Minhyun padahal aku tahu jika Minhyun menjadikan ku yang kedua.

Maka aku hanya bisa menjawab, pria itu terlalu egois. Tidak mau melepaskanku namun ia tidak mau melepaskan Bona. Minhyun terlalu serakah, ia berpikir ia bisa menggenggam aku dan Bona dalam waktu yang sama. Namun ia salah, Minhyun tidak bisa menggenggam kami dalam genggamannya dalam waktu yang bersamaan, dan akhirnya ia harus melepaskan salah satunya untuk menggenggam yang masih bertahan digenggamnya dengan erat. Aku sudah tidak bisa menghitung, berapa banyak kata pisah yang aku lontarkan kepadanya, berapa banyak surat gugatan cerai yang berakhir ia robek karena ia tidak ingin.

Minhyun memang seegois itu. Namun sekarang? Bahkan disaat keadaanku dalam posisi lemah, kata yang selalu ia tolak terlontar dari bibirnya.

Sakit? Jelas, ini terlalu mengejutkan untukku. Kehilangan sosok yang hadir dalam diriku namun tidak sempat aku sadari sudah membuat sebagian jiwaku pergi, dan sekarang? Disaat aku membutuhkannya untuk selalu berada disampingku, namun ia memilih untuk kita berpisah. Kata yang belum sempat aku pikirkan karena kehilangan janin didalam perutku karena perbuatan putra tersayangnya itu.

him not mine; Hwang Minhyun✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang