○○○
Suasana kali ini bisa di katakan hening, hanya detik demi detik suara jam dinding yang memenuhi pedengaran sang pria yang sedang merebahkan diri di sofa hitam di suatu Studio milik Bigbang.
pria itu tengah fokus menatap benda pipih dengan layar 7 inci yang sedari tadi hendak ia pegangi, sambil sesekali menyunggingkan senyumnya dan berdecak kagum.
"siapa itu ji?"
jiyong terperanjat kaget karna tiba-tiba saja suara Taeyang membuyarkan lamunanya yang tengah meratapi potret lisa di handphone milik nya.
"istri nya CEO kim"
"aku diam-diam memotretnya tadi malam, di acara pesta pemegang saham"
"kau tahu, dia alasanku tertarik menanam saham disana, saat dia bicara terdengar meyakinkan, sangat..."
"lalisa ?"
"kau mengenalnya yongbae?" tanya jiyong yang mulai menatap taeyang antusias.
"ya, dia berteman dengan hyorin, sesekali mereka bertemu, seperti ke salon atau bahkan ke mall, ku dengar dia satu tingkat di bawah hyorin saat kuliah dulu"
"aku menyukainya" ucap jiyong yang tak sadar mengucapkan kata-kata itu sambil tak henti memandangi potret lalisa sambil tersenyum.
"hyak !! sadarlah jiyong dia sudah menikah, terlebih istri seseorang dari perusahaan ternama, mereka tidak akan membiarkan sang princess terjebak scandal denganmu"
"memangnya kenapa kalau sudah menikah? ayolah aku hanya sedang menyukainya, dilihat dari sudut manapun dia tipe ku"
taeyang menggelengkan kepalanya terheran-heran dengan temanya itu, pasalnya ia tak pernah main-main dengan ucapanya, apa lagi ia selalu mewujudkan setiap keinginanya itu.
"bagaimana dengan kiko?"
"lupakan sejenak gadis tukang selingkuh itu, aku lebih tertarik padanya"
"dia terlihat sangat berkelas dan santai, bahkan kami sepertinya sudah tidur bersama semalam"
taeyang membelalakan matanya terkejut mendengar penuturan dari temanya itu, tidak, ia tidak percaya dengan kata-kata jiyong.
KAMU SEDANG MEMBACA
FUR LALICE (jilice) (GDlisa)
Fanfictionapa impian seorang wanita ? punya karir yang bagus? menikahi pria kaya ? begitu juga lalice. hidupnya terlalu mudah, sampai ia berada di titik jenuh untuk tidak merasakan apapun di hatinya.